13. Dunia yang Hancur

8 2 0
                                    

"Dina, kenapa kamu tidur di sini, bangun, kamu nggak sekolah?" Tante Lina berupaya membangunkan keponakannya yang sedang tertidur di sofa.

Dina perlahan membuka matanya. Mengucek sebentar. Namun, saat ia menatap Tante Lina di depannya, seketika ia terkesiap. Sontak, Tante Lina merasa terkejut dengan reaksi Dina.

"Kenapa, Din? Kenapa kamu kaget kayak gitu?" Tante Lina mengerenyitkan dahi.

Dina langsung teringat dengan chat semalam yang ia baca mengenai Bang Idham, klub malam dan uang dalam amplop. Apa Tante Lina benar bekerja sampingan sebagai PSK. Ia hendak menanyakan hal itu, namun masih ia urungkan.

"Nggak apa-apa, Tan," kata Dina pelan. Ia diam sebentar sebelum teringat sesuatu. Sekolah.

"Terlambat!" decak Dina. Ia berdiri dari sofa biru.

"Tenang, Din. Masih jam 6. Ayok mandi sebelum kamu telat."

Dina tersenyum kecut.

"Mandi lalu makan yah. Tante udah buatin sarapan juga."

Dina mengangguk.

"Tante sudah antar Qila ke sekolah," kata Tante Lina lagi.

Dina masih berdiri di depan Tante Lina. Mereka saling menatap untuk beberapa detik sebelum Dina berkata, "Tante nggak kerja?"

"Hari ini Tante mau istirahat sebentar," jawab Tante Lina sambil memekarkan senyum.

"Bukannya Tante udah dapat orderan, ya?" satire Dina.

Tante tidak bereaksi berlebih. Ia sudah tahu kalau Dina mulai curiga dengan profesi yang ia jalani selama ini. Selain itu, semalam, lipstik, beberapa komstik dan HP-nya ada di luar tas yang sering ia kenakan. Tidak mungkin pencuri, kan? Pencuri mana yang tidak mengambil HP dan uang 10 juta yang sudah ada di depan mata? Jadi, ia sangat yakin kalau yang melakukan hal itu adalah keponakannya, Dina, dengan tujuan mencari tahu akan pekerjaannya.

"Kamu buka HP, Tante?" tanya Tante Lina lembut lalu mengajak Dina kembali duduk di sofa dengan menggenggam tangan Dina.

Sontak, Dina langsung meghempaskan genggaman tangan sang Tante.

"Kenapa, Din?"

"Kenapa? Tante bilang kenapa?" Napas Dina sudah mulai tidak terkontrol tanda emosi. "Jadi itu alasan Tante selalu pulang pagi? Tante ... Tante bekerja sebagai PSK, menjajakan kenikmatan di pinggir jalan. Di mana harga diri Tante sebagai seorang perempuan?! Tante tahu? Selama ini Dina sangat mengidolakan Tante, sangat suka melihat Tante berpampilan cantik saat bekerja, sangat suka dengan semangat Tante bekerja. Tapi ... ternyata Tante hanya pelacur yang bekerja di klub malam!"

Tante Lina membisu, diam seribu bahasa saat mendengar semua uneg-uneg yang Dina koarkan. Ia sudah yakin, suatu saat nanti, Dina pasti tau apa yang ia lakukan setiap malam. Jadi, ia sudah persiapkan mental untuk menghadapi amarah sang keponakan.

"Kenapa Tante diam? Jadi memang benar kalau Tente bekerja di sana?" Isakan Dina tidak bisa dibendung sekarang. Perlahan butiran air keluar dari matanya.

"Dina, kamu dengerin Tante dulu." Tante akhirnya angkat suara.

"Dina nggak perlu dengar penjelasan apa-apa lagi. Yang jelas Dina tahu sekarang. Tante yang Dina idolakan kini sudah bukan idola lagi, sudah tidak bisa dibanggakan lagi. Karena Tante hanya perempuan rendahan yang bekerja sebagai pelacur dan sering dipakai sama Om-om nggak jelas!!" Jeritan tangis mengakhiri kalimat Dina. Ia membenamkan kepala di kedua tangan.

"DINA!!" Suara Tante Lina meninggi.

Tante Lina hampir melayangkan tamparan ke arah Dina. Namun tiba-tiba ia teringat akan pesan sang kakak untuk menjaga Dina dan Syaqila dengan baik. Sehingga, tangan yang sudah hampir mendarat di pipi Dina itu seketika tertahan. Dan yang terjadi, ia malah memeluk Dina.

How The Love WorksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang