Vague - 1

215 11 0
                                    

Cast : Nayeon//Seokjin
Company, Friendship, Trust Issue
Words : 3.3 k
Written by : Hiraethskies

"Bagaimana kalau bagian interview-nya setelah foto dia?"

Sontak kening Nayeon mengerut begitu mendengar ide buruk itu. Meski matanya masih terpaku pada gerak jemari Jin yang menunjuk pada satu lembar foto seorang idol wanita, batinnya memberontak saran Jin.

Foto itu memang sangat memiliki nilai yang tinggi. Mulai dari si idol wanita yang berubah menjadi sosok yang amat anggun dengan tule putih menutupi setengah wajahnya, berbeda jauh dengan gaya bold yang biasa ditampilkannya di atas panggung. Belum lagi tentang keuntungan besar yang pastinya akan dikantongi perusahaan mereka setelah edisi ini terbit.

Majalah Vague, yang dipimpin Nayeon dan Jin, sangatlah beruntung bisa mendapatkan kesempatan langka melakukan interview dan juga photoshoot dengan salah satu member girlgroup yang namanya tengah naik. Lewat kenalan, mereka bisa menyelip di antara jadwal padat tur dunia girlgroup tersebut. Ya meskipun butuh keluar uang lebih banyak dari biasanya, namun mereka yakin akan dapat keuntungan lebih dari dua kali lipat dari apa yang sudah mereka keluarkan.

Dan inilah yang diyakini Nayeon dan Jin sebagai puncak kejayaan majalah mereka yang sudah beredar di pasaran selama empat tahun.

"Orang-orang tidak akan peduli dengan interviewnya kalau ditaruh belakangan."

Jin tidak memprotes apapun keputusan Nayeon. Dia tidak sebaik Nayeon untuk melihat estetika dari tampilan majalah. Keputusan kreatif majalah mereka sepenuhnya ada di tangan Nayeon yang memiliki latar belakang pada bidang seni dan tata busana,

Sementara Jin, dia menguasai seluruh seluk beluk keuangan dari perusahaan kecil ini. Dia baru benar-benar melek akan namanya fashion semenjak diajak bergabung oleh Nayeon yang tak lain juga sahabatnya.

"Final ya?" Jin memastikan dan baru bergerak untuk mengumpulkan kertas-kertas di permukaan meja setelah mendapat anggukan persetujuan Nayeon.

"Kita akan segera balik modal!" seru Nayeon sambil merenggangkan ototnya.

Jin ikut tersenyum, membayangkan angka penjualan yang meroket, pundi-pundi uang yang masuk, serta probabilitas kemajuan dari perusahaannya. "Terima kasih karena Hyeri."

"Tentu saja, tanpa dia mana mungkin kita dapat kontak manajer Lisa."

"Sebetulnya ada yang mau kubicarakan," Nayeon menghempaskan dirinya di kursi yang menghadap meja kerja Jin. Mengistirahatkan pergelangan kakinya yang pegal bukan main karena mengenakan heels terlalu lama, "ini tentang Hyeri."

Jin menduduki ujung mejanya, menatap Nayeon yang lebih rendah dari dia. "Begini. Aku minta persetujuanmu juga untuk menaikan jabatan Hyeri—"

"-well, dia memang berhak."

"Tapi bukan jadi karyawan biasa," Jin berucap perlahan, berhati-hati dengan ucapannya. Salah satu alis Nayeon terangkat, menanti lanjutan. Kata-kata yang sudah disusunnya beberapa hari belakangan buyar begitu saja. Jin menjadi ragu. "Aku tidak tahu kamu setuju atau tidak. Ini ideku saja sih tapi ya—"

"-Jin," Nayeon menekankan namanya. Sungguh terkadang ia jengah menghadapi Jin yang terlalu bertele-tele. "Intinya saja."

"Aku ingin dia juga bisa mengambil keputusan."

"Maksudmu... eksekutif?"

"Dengar," Jin bangkit dan pindah ke meja di depan kursi, tepat di hadapan Nayeon, "Hyeri sangat pintar dan jeli. Lulusan sekolah bisnis dengan nilai tinggi dan punya koneksi yang sangat banyak."

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang