When Namjoon Met Tzuyu

137 9 0
                                    

Cast : Tzuyu//Namjoon
This short story is adopted and inspired by scenes in movie When Harry Met Sally (1989) directed by Rob Reiner.
Words : 1.2 k
Written by : Hiraethskies

Aku dan Namjoon kembali dipertemukan. Setelah nyaris belasan tahun terpisah. Aku tidak bisa bilang kami adalah sahabat atau bahkan teman. Seakan dua manusia yang bertolak belakang dipertemukan. Kami tidak pernah bisa bersatu dulu. Aku yang penuh dengan optimisme dan Namjoon yang hidup dengan pola pikiran pesimisme. Bahkan hingga sekarang kami masih sering berdebat dan bertengkar, padahal kami sudah memasuki tahap teman.

Lalu apa yang membuat kami bisa berteman? Nasib.

Hati kita masih sama hancur akibat kisah cinta kami. Kondisi kami tidak jauh berbeda; aku yang memutuskan menyudahi pertunanganku dan Namjoon yang sudah bercerai beberapa bulan dengan istrinya. Dan Tuhan memutuskan untuk mempertemukan lagi dua orang menyedihkan ini. Kami mencoba untuk berdamai dan memulai hubungan pertemanan ini.

Hari ini kami berjanji untuk membeli hadiah untuk sahabat kami yang akan menikah. Ini menyedihkan, sungguh. Aku seharusnya sudah berada di atas pelaminan atau mungkin sudah menempati rumah di Amerika jika saja aku dan mantanku tidak bosan dengan hubungan kami. Oh, sudahlah Tzuyu.

"Bagaimana dengan aquarium?" Namjoon menunjuk sebuah akuarium berukuran sedang.

"Kamu kira Jihyo dan Hoseok bisa memelihara bintang?"

Namjoon meringis pelan, ragu dengan keputusannya sendiri. Dia mengajakku memutar ke bagian lain dari toko peralatan rumah itu. Kami sudah menghabiskan waktu satu jam hanya berputar, menunjuk ini dan itu, dan kemudian meragukan itu sebagai barang yang tepat karena banyak alasan.

"OH!" seruku riang, meraih salah satu handuk jubah. Di sampingnya berjejer warna lain yang senada. "Ini lucu!"

Helaan nafas terdengar dari sebelahku, Namjoon menggeleng, "Kamu tahu? Di pernikahanku waktu itu, seseorang memberikan ini dan akhirnya itu hanya menjadi keset."

"Kamu benar-benar tidak bisa menghargai pemberian orang," kataku sinis, mengembalikan jubah handuk ke tempatnya.

"Kami sudah punya kado handuk banyak, buat apa kami pakai juga jubah itu," balas Namjoon.

Aku dan Namjoon memutuskan untuk memutar untuk terakhir kalinya sebelum mencari makan malam. Rak demi rak kami lewati tanpa rasa tertarik sedikitpun.

Hampir semua barang yang kami lewati adalah barang yang sudah kami tunjuk dan tolak. Perihal kado ini memusingkanku. Kukira dengan adanya Namjoon akan memudahkan mencari kado, karena dia sudah pernah menikah pastinya. Setidaknya dia memberikan gambaran. Tapi yang ada dia hanya menolak rekomendasiku.

Aku sedang memperhatikan deretan jam dinding, memeriksa apakah ada bentuk jam yang menarik dan kulewatkan sebelumnya. Tapi sama saja, aku sudah meneliti tiap jam itu tadi.

Ketika aku berbalik, Namjoon tidak ada di sampingku, melainkan duduk di kursi yang dijadikan display. Dia tengah asik berbincang dengan pegawai toko yang pastinya sedang mempromosikan kursi itu.

"Tzuyu! Kemari!" kata Namjoon dengan semangat.

Aku menghampiri dengan ragu. Kita tidak mungkin membelikan kursi kan?

"Coba duduk," Namjoon bangkit dan menyuruhku untuk duduk.

"Kita cari barang--"

"Coba dulu."

Aku menurut dan duduk di kursi itu. Layaknya kursi lainnya, aku tidak merasakan perbedaan. Harganya pasti jauh lebih mahal dari batasan yang kami sudah tetapkan di awal.

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang