Surat

86 6 0
                                    

Cast : Sana // Yoongi
Lokal au, bestfriend to lover
(This short story contains harsh words)
Words : 1.1 k
Written by : Hiraethskies

Punggung Yoongi tampak kecil dari sudut pandang Sana. Pria berambut hitam itu berdiri di tepi atap gedung. Memandang lurus ke hamparan hutan yang mengelilingi kampus.

Sana melangkah mundur. Dia tidak yakin harus menemui Yoongi.

Tidak setelah dia mencurahkan perasaan kepada Yoongi yang dipendamnya selama ini dalam sebuah surat. Ditambah lagi ajakan untuk berpacaran. Sana malu. Dia seperti kerasukan saat itu, memberikan surat itu kepada sahabatnya dan meresikokan pershabatan yang sudah terjalin lima tahun lamanya.

Selama itu pula Sana menyukai Yoongi.

Dan hari ini dia akan mendapatkan jawaban apakah perasaannya ini sia-sia atau tidak. Kisah cinta bertepuk sebelah tangan sudah siap menyambut di hadapan Sana.

Bagaimanapun keputusan Yoongi. Sana akan menerimanya.

Hal yang membuat Sana menyukai Yoongi adalah kecuekannya. Entah apa itu masuk akal atau tidak. Saat Yoongi bersikap cuek, saat itu juga jantung Sana berdegub cepat dan matanya berbinar penuh kekaguman. Karena hanya kepada Sana, Yoongi menurunkan kadar kecuekannya.

Ada satu garis tipis yang memisahkan antara perasaan mencintai dan peduli dengan sesama.

Yoongi bukan tipikal yang begitu peduli dengan kehidupan percintaannya. Yang dia pikirkan hanya kerja, kerja, dan kerja. Bahkan Sana ragu apa Yoongi tahu apa rasanya mencinta dan dicinta.

Sana membulatkan tekatnya. Dia sudah sejauh ini. Tidak ada kata kembali.

Angin bertiup lembut, menyeret helaian rambutnya mengikuti arus angin. Sana bersedekap, berusaha melindungi dinginnya udara musim gugur.

Sana mengambil kesimpulan jika Yoongi ingin mendramatisir suasana. Dia yakin Yoongi 'yang asli' tidak akan memintanya bertemu di tempat ini hanya untuk memberi surat. Sana kenal betul dengan Yoongi. Pria itu seharusnya meletakkan surat balasan di mejanya saat melintas untuk keluar kelas.

Ya, seharusnya begitu. Sana tidak tahu harus berekspektasi apa. Apalagi dengan perubahan sikap Yoongi. Apakah dia akan menolak Sana dan memastikan agar Sana tidak terlarut dalam kesedihan? Apakah itu alasannya Yoongi memaksa bertemu?

Saat semakin dekat, Sana menyadari Yoongi memegang surat pemberiannya. Sana menelan ludah dan menarik napas dalam-dalam. Dadanya berdebar tidak karuan.

"Yoongi," panggil Sana. Si pemilik nama itu pun menoleh.

Wajahnya datar. Seperti biasa.

Tidak ada senyuman. Seperti biasa.

Yoongi hanya mengangkat surat yang diselipkan di antara kedua jarinya. Tanpa mengucap sepatah katapun dia menghampiri Sana dan menyerahkan surat itu.

Kertas yang dilipat empat itu masih terlihat sama seperti saat Sana melipatnya. Tidak kusut.

Apakah Yoongi tidak bisa memberi pertanda? Sekedar sambutan hangat atau apapun yang bisa mengurangi keresahan Sana. Pria itu betul-betul tidak peka.

"Ini," Yoongi mendorong itu lebih jauh karena Sana hanya termenung memandang surat.

Ingin rasanya Sana berlari pulang saat itu juga. Pipinya terasa panas meskipun udara sedang sejuk-sejuknya. Dia bahkan tidak berani menatap manik mata Yoongi.

Sana pun akhirnya mengambil surat itu. Di saat yang sama Yoongi berjalan meninggalkannya.

Apakah ini tolakan?

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang