Vague - 2

141 11 0
                                    

Jin sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Nayeon di ambang pintu ruang rapat dengan kedua tangan terlipat di dada dan mata yang menatap tajam. Sudah terlampau biasa dia menghadapi Nayeon yang bisa membludak kan amarah kapan saja.

Di kepalanya dia hanya memikirkan pertemuan dengan utusan perusahaan percetakan yang kini tengah berbincang dengan Hyeri. Sehingga dia cepat-cepat membereskan barang bawaannya. Rapat baru saja selesai dan dia harus segera menyusul Hyeri untuk membicarakan beberapa hal teknis dengan utusan perusahaan itu. Dia tidak punya waktu untuk meladeni  Nayeon.

Lagipula bukan hanya dia yang ingin meluapkan amarah, Jin pun ingin melakukan hal yang sama. Dia menahan diri untuk tidak berteriak membentak memanggil Nayeon yang sekonyong-konyong pergi begitu saja dari ruang rapat, memberikan contoh yang sangat buruk terhadap bawahannya.

"Perusahaan Han Digital Printing," ucapan Nayeon agak kencang, berhasil menghentikan pergerakan tubuh Jin. Dia memang sudah menyadari cepat atau lambat Nayeon akan mengetahuinya. Menurut Jin percuma memberikan Nayeon tempat untuk ikut campur, wanita itu hanya akan menentang segalanya, "perusahaan yang baru berdiri satu tahun dan biaya operasional yang sangat besar. Kau sudah gila?"

Jin menghela napas, dia memberanikan diri menatap Nayeon, "Itu keputusan yang baik."

"Kamu menginvestasikan uang sebanyak itu ke perusahaan yang diragukan kredibilitasnya," Nayeon berucap geram. Jin memutuskan untuk segera meninggalkan ruangan sebelum amarah Nayeon betul-betul meletus. Semua karyawan akan mendengar pertengkaran hebat ini. Nayeon bergerak cepat menghalangi jalan Jin, "kamu ingin menghancurkan perusahaan ini?"

Jin membalas tatapan sengit Nayeon yang berdiri tepat di hadapannya, "Kamu tidak tahu apa-apa. Ini keputusan yang baik untuk mengurangi biaya."

"Kata siapa?" Nayeon berbisik penuh sindiran, "kata Hyeri si eksekutif itu?"

Jin berdecak tidak percaya dan menghela napas. Apakah Nayeon harus semarah ini dengan fakta kalau dia tidak ikut campur? Toh apa bedanya dia yang tidak ikut campur dengan masalah website? Jin tidak marah atas keputusan-keputusan yang dibuat Nayeon.

Jin tidak peduli lagi dengan tubuh Nayeon yang lebih kecil ataupun hati Nayeon yang menjerit penuh kepedihan, dia melewati Nayeon tanpa rasa iba ataupun ketakutan atas hancurnya hubungan mereka.

Retakan itu perlahan tampak pada hubungan persahabatan yang katanya tak terpisahkan.

.

Empat hari terakhir adalah hari-hari terpanjang bagi Nayeon dan Jin. Perang dingin berlangsung setelah pertemuan mereka di ruang rapat. Berjumpa tanpa menyapa, perbincangan tanpa senyuman, cibiran pelan yang terlontar di antara bibir mereka.

Setiap malam Nayeon menimbun kekesalannya. Layaknya ludah, Nayeon dilepeh begitu saja oleh Jin. Dia mempertanyakan posisinya di kantor itu. Kehadiran Hyeri menghancurkan seluruh pekerjaan dan persahabatannya, andai kala itu ia berkata tidak pada permintaan Jin. Apakah hal ini terjadi?

Sementara itu di sudut kota lainnya, Jin terbaring di balik selimut, merutuki betapa keras kepalanya Nayeon dan tidak dewasanya wanita itu. Semua keputusan yang dibuat semata-mata untuk kebaikan perusahaan, kalau Nayeon memang tidak setuju seharusnya dia bilang sedari awal, bukannya diam dan mendelik tidak suka pada apapun perbuatan jin.

Mungkin hari esok semua akan kembali seperti semula.

Kedua benak itu mengharapkan satu hal yang sama dibalik kedengkian mereka. Namun esok hari juga tak membawakan perubahan yang tak berarti.

Tiap kali bertemu, amarah mereka tersulut perlahan. Kantor yang awalnya tenang itu kini selalu terdengar perdebatan panjang. Membuat karyawan berhenti bekerja dan menyimak apa kali ini yang diperdebatkan. Hal-hal yang dulu tak berarti, kini menjadi sesuatu masalah besar.

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang