Sahabat Lama

226 24 0
                                    

Cast : Dahyun//Yeonjun
Long Lost Friend, Re-connect
Words : 1 k
Written by : Hiraethskies

Dalam waktu satu jam, seluruh karir Yeonjun hancur begitu saja. Kerja keras tak lagi ada arti, ambisi mati tak tersisa.

Semua pihak menekannya untuk mengakui perbuatan kotor orang lain. Pemilik agensi dan manajer yang memaki tak henti, telepon dari wartawan yang terus menerus berdatangan, kata-kata kasar dari kolom komentar yang ditujukan kepadanya. Bahkan ribuan pesan semangat dari penggemarnya menjadi tidak berarti.

Yeonjun ketakutan akan kehilangan semua jerih payahnya setelah ini. Dia takut akan dicap buruk dan mengubur diri dari dunia entertainment.

Dan semua kesialan itu berawal dari tuduhan anonim. Di balik akun tak bernama, sebuah cerita palsu dibeberkan. Dengan penjelasan yang begitu mendetail dari si pemilik akun menjelaskan kronologi penipuan yang dituduhkan kepada Yeonjun. Cerita yang terlalu jelas seakan si pemilik akun yang melakukannya.

Yeonjun tahu kisah yang dibeberkan itu. Tapi bukan dia pelakunya dan dia tahu betul cerita sesungguhnya.

Semua orang menyukai skandal dan gosip. Mereka kan mengorek mencari informasi hingga ke akar-akarnya tanpa tahu validitasnya. Setelah mengetahui sampai akar, dengan sombongnya mereka akan menjatuhkan dan akan terus berusaha membuat orang yang dijatuhkan tersungkur tak berdaya.

Kini posisi Yeonjun sudah bertekuk lutut. Cerita bohong itu menjadi makanan sedap bagi para pemburu skandal. Artikel yang entah darimana sumbernya terus bermunculan. Yeonjun berusaha untuk kembali berdiri. Dia tidak melakukan apapun dan tidak seharusnya dia dituduh macam seorang pembunuh.

Yeonjun menahan diri begitu dia terhubung lewat telepon dengan si pemilik akun anonim itu. Dulu dia sangat mengenal wanita itu luar dan dalam. Gadis yang dulu sangat cerdik dan penuh pesona kini berubah menjadi sosok penjilat yang menjijikan. Kata kasar tergantung di tenggorokannya, dia ingin memaki menyalurkan semua emosinya terhadap wanita itu.

"Kita perlu bertemu."

Kalimat singkat itulah yang mengawali dan mengakhiri sambungan telepon mereka. Kedua sahabat yang sudah terpisah itu kini akan bertemu lagi, bukan untuk mengenang masa lalu, namun untuk memutuskan masa depan mereka.

.

Kehangatan yang dulu hadir di antara mereka bersembunyi jauh di masa lalu. Kini hanya kegusaran dan rasa muak yang hadir. Sisi terujung dari kafe dipilih Yeonjun. Meskipun hal itu tidak mengurangi tatapan orang-orang disekitarnya. Mereka berbisik, melirik diam-diam, dan pastinya membuka artikel-artikel itu.

Rahang Yeonjun mengeras menatap Dahyun. Dia duduk manis dan meneguk kopi panasnya, tanpa peduli dengan tatapan aneh di sekitar mereka. Dia tidak terlihat terganggu, malah senang bisa mengeluarkan Yeonjun dari sarang dan menghadapi akibat dari kehebohan yang dibuatnya.

"Kamu senang sekarang? Memutarbalikkan fakta," geram Yeonjun.

"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu."

"Kamu si penipu brengsek itu dan aku yang membantumu membayar ganti rugi mereka. Kamu tidak ingat?"

Dahyun mengulum senyum penuh arti. Dia betul-betul berubah total dari saat terakhir mereka bersama. Secara fisik memang tidak ada yang berbeda. Namun kini jiwa Dahyun begitu busuk. Yeonjun tidak lagi mengenali siapa gadis yang duduk di seberangnya.

"Kamu benar-benar menggelikan," gumam Yeonjun, "apa maumu sebetulnya?"

"Tebaklah. Kamu itu sahabatku. Bukankah kamu seharusnya juga tahu?"

Yeonjun bisa saja membanting meja dan meneriaki Dahyun dengan makian. Dia bisa saja melempar gelas di hadapannya. Namun semua mata masih memperhatikan setiap gerak geriknya. Dia tidak mungkin menjorokkan diri ke jurang lainnya.

Tangan Yeonjun sudah mengepal sempurna di bawah meja, mengumpulkan semua amarahnya dalam kepalan itu.

"Kita tidak pernah bertemu lagi semenjak perpisahan di Daegu. Empat tahun yang lalu! Dan kamu berharap aku bisa mengerti isi otakmu itu? Aku bahkan tidak tahu siapa kamu sekarang!"

Senyuman di bibir Dahyun meluntur. Tatapannya tiba-tiba berubah menjadi kosong.

"Katakan apa maumu!" desak Yeonjun. "Cepat katakan, dasar kamu wanita penjilat!"

"UANG!"

Bentakan keras yang keluar dari bibir Dahyun langsung membuat seisi kafe terdiam dan menatap mereka terang-terangan. Suara Dahyun bergetar ketakutan. Air mata tergenang di matanya. Kepalan tangan Yeonjun melemah seiring dengan kesenyapan.

"Aku butuh uang!" Dahyun mengulangi dengan nada yang tegas, "berikan aku uang dan aku akan mencabut semua tuduhan itu."

"Hanya karena uang?"

"Tidak, lebih dari itu."

Tali simpati mereka kembali tersimpul, menjembatani jarak diantara mereka. Yeonjun menyadari ada yang salah dari Dahyun. Sebuah masalah besar yang tidak mampu dihadapi sahabat lamanya. Masalah yang membuat Dahyun menangis di hadapannya.

Seketika Yeonjun menyadari tidak seharusnya dia membentak dan meluncurkan kata tidak pantas. Seharusnya dia sadar dari awal atas gelagat aneh sahabatnya sendiri.

Masa lalu Dahyun mungkin memang buruk, menipu untuk menambah uang jajan. Tapi Yeonjun hadir di saat titik balik kehidupan Dahyun. Dia hadir disaat Dahyun merubah kecerdikannya untuk melakukan hal yang lebih baik. Dahyun sudah berubah menjadi manusia baik dan berprinsip.

Mata Yeonjun ditutupi dengan amarah dan egonya sendiri. Dia menjadi buta akan keadaan orang-orang di sekitarnya.

"Ada apa?" pertanyaan itu akhirnya diluncurkan Yeonjun.

Dahyun awalnya enggan bicara. Dia malu dengan keadaannya saat ini, sangat rendah dan tak punya harga diri. Berteriak dengan segenap kekuatannya jika ia membutuhkan uang, menyerang Yeonjun dengan membabi buta hanya demi uang. Padahal dia bisa menempuh jalan lain untuk mengumpulkan uang.

Sayangnya dia tidak punya banyak waktu dan satu-satunya hal yang tercetus di kepalanya untuk menarik perhatian Yeonjun adalah dengan menyebarkan berita palsu.

"Rumah," Dahyun perlahan membuka mulut, "rumahku akan disita bank dan kami tidak punya uang sepeserpun. Bahkan untuk makan sehari-hari aku harus bekerja."

Dahyun menunduk dalam. Merasa lebih malu lagi. Yeonjun benar. Dia wanita penjilat yang melakukan apapun demi makan sehari-hari.

"Aku bekerja di karaoke, bar malam, dan..."

Tangis memutus ucapan Dahyun selanjutnya. Yeonjun tahu kata selanjutnya namun ia memilih untuk diam. Sejujurnya dia masih terguncang dengan ucapan Dahyun. Sejak lama memang kehidupan Dahyun kurang begitu beruntung tapi Yeonjun tidak berpikir Dahyun akan melakukan pekerjaan itu.

"Aku-- aku tidak tahu lagi bagaimana. Sungguh aku minta maaf telah menuduhmu. Aku tidak berpikir panjang. Kamu seorang artis, Yeonjun. Aku kehabisan ide untuk menarik perhatianmu. Aku betul-betul butuh uang."

Hati Yeonjun melunak bahkan sejak Dahyun berteriak kencang. Amarahnya terusir dan digantikan oleh kepedihan. Sahabatnya jungkir balik bekerja demi hidup, sama seperti yang ia lakukan untuk sampai ke titik saat ini. Sahabatnya berusaha keras untuk tidak kehilangan apa yang dimilikinya, sama seperti dia yang tiba-tiba ingin menghajar Dahyun yang hampir menghancurkan karirnya.

Sebetulnya apa yang membedakan mereka selain keadaan?

Telepon genggam Yeonjun berdering, manajernya menelepon.

"Kita sudah dapat IP Address si pembuat onar. Kepala agensi ingin kita segera melaporkan--"

"Jangan," Yeonjun menatap Dahyun yang masih menangis. Sesak perlahan bergerumul di dada. Lehernya tercekat menahan air mata.

Mereka adalah sahabat dan sudah yang seharusnya saling membantu untuk bangkit, bukan saling menyerang.

"Aku bisa mengurus masalah ini sendiri."

.

Hiraethskies's note : Halo! Jadi gimana short stories yang udah kalian baca? Aku harap bisa ngehibur kalian ya:) Aku mau ada pengumuman sedikit. Jadi minggu depan aku udah mulai kuliah lagi, jadi kemungkinan aku agak jarang updatenya. Tapi aku usahain bakal tetep terus update kok❤️

Terima kasih udah baca dan ngasih support buat aku!❤️

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang