Cast : Dahyun//Yeonjun
Ghost au
Words : 3.4 k
Written by : HiraethskiesDahyun berdiri tegak di depan ranjang seorang wanita yang tertidur pulas. Mungkin sudah jutaan kali dia datang ke kamar ruang inap itu, hanya untuk diam dan menanti. Tidak seharipun dilewatkan tanpa berkunjung ke ruang rawat inap.
Ruangan itu berukuran sedang. Sekat yang dibatasi dengan helaian kain menjadi pembatas antar ranjang. Ranjang wanita itu tepat berada di bagian paling pojok, dekat dengan jendela. Sehingga cahaya matahari menelisik masuk lewat jendela, memberikan kehangatan di ruangan yang dingin itu.
Dahyun menghela napas. Pundaknya turun dikala dia memperhatikan garis-garis halus di wajah kakaknya, tepatnya di daerah sudut matanya. Dia mencoba membangkitkan memori atas paras cantik kakaknya dua puluh tahun yang lalu. Rambut yang digelung, pakaian sederhana namun modis, serta tubuhnya yang sedikit lebih pendek beberapa centi dari Dahyun, itulah hal yang sangat diingat Dahyun tentang kakaknya.
Kini kakaknya terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit dengan beragam alat di tubuhnya yang menjaga dia untuk tetap hidup.
Tak ada lagi aura menyenangkan di sekitar wanita itu. Yang ada hanya suara mesin EKG yang memberikan pertanda masih adanya kehidupan di tubuh wanita itu. Orang-orang yang berada di sekitarnya tidak lagi tersenyum riang dan bersenda gurau. Yang ada mereka pasti menitikkan air mata berada di dekat kakaknya.
Termasuk Dahyun sendiri.
Semenjak kakaknya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri hingga sekarang menjadi koma, Dahyun rajin mengunjungi. Membuang berjam-jam waktunya hanya diam dan memperhatikan sebelum kembali ke tempat asalnya; sebuah studio yang pernah ditinggalinya beberapa kilo dari rumah sakit. Dahyun menanti dan dengan sabar terus menanti tanpa tahu kapan akhirnya.
Berbeda dengan kakaknya, Dahyun masih tetap sama seperti dua puluh tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah. Fisiknya, pakaiannya, sifatnya. Semua masih sama.
Rambut cokelatnya lebih sedikit berantakan dibiarkan tergerai hingga ke dada, menutupi sweater kuning yang kusam dan bernoda merah. Mungkin ada sedikit perubahan di bagian kepalanya yang sekarang agak melengkung ke dalam akibat hantaman tongkat bisbol. Tapi tidak apa, rambut masih bisa menutupinya dengan baik.
Bagi Dahyun waktunya berhenti saat umurnya sembilan belas tahun. Tepatnya pada saat tengah malam ia pulang ke rumah sendirian setelah mengikuti les bahasa Perancis. Sebuah hantaman di kepala membuatnya langsung tidak sadarkan diri. Dia terbangun dengan kerumunan polisi yang mengelilinginya, tangisan menjerit orang tua dan kakaknya, dan dia yang terpisah dari tubuhnya sendiri.
Sampai sekarang pun nyeri masih dirasakan di kepalanya, tepat di mana hantaman itu berada yaitu belakang kepala.
Tatapan kosong Dahyun terarah kepada kakaknya. Di ujung matanya, ia menangkap dua orang pria berdiri mengapit sisi ranjang. Di sebelah kirinya seorang pemuda bertubuh jangkung dan bertopi baret. Nama dia Yeonjun. Satu-satunya manusia yang mau bersahabat dengan Dahyun yang notabenya adalah hantu gentayangan.
Sementara di sebelah kanannya, pria yang tidak kalah jangkung dengan cardigan sampai jeans serba hitam. Dia adalah Namjoon si Malaikat Maut. Dia pula yang pertama kali menyapa Dahyun saat gadis itu sadar telah mati. Dengan bangga Namjoon mengaku jika dia malaikat yang mencabut nyawa gadis itu.
Dahyun menghabiskan banyak waktu dengan manusia dan malaikat maut itu. Tapi hanya Yeonjun yang dia akui sebagai teman. Si Malaikat Maut terlalu serius, omongannya terlalu tajam, dan terlalu mengintimidasi untuk diajak berteman.
"Sekarang apa yang aku perlu lakukan?" gumam Yeonjun, lebih tepatnya kepada dirinya sendiri. Dia menatap kosong tubuh kakak Dahyun, sedikit menyesal untuk datang hari ini padahal masih banyak tugas yang belum diselesaikannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/235978577-288-k605795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️
FanficKumpulan short stories yang sayang buat dibuang dan dianggurin jadi draft. (Cast : BTS, Twice, TXT)