Cast : Momo//Jimin
Celebrity, award show
Words :788
Written by : HiraethskiesJimin
Kamu tidak menyapaku tadiMomo
Aku tidak lihat:(
Sedang diajak ngobrolJimin
Padahal aku udah lama-lamain jalan di depanmuMomo
Sungguh maaf:(
Kamu tampil setelah ini kan?Jimin
Iya, ini lagi siap-siap
Setelah itu foto bersama di akhir
Ingat!!Momo
Aku selalu ingat oke!
Kamu lihat saja aku dibelakangmu nanti
Semangat Jiminku!! Aku akan bersorak untukmu!!Jimin
>3Jimin menyerahkan ponsel kepada manajernya. Senyum masih mengembang di bibir, mengingat jika kekasihnya akan menonton dan bersorak untuknya. Dia senang kekasihnya tidak perlu mencuri-curi pandang hanya untuk menatapnya. Kekasihnya hanya perlu menatap layar dan dia akan ada di sana.
Sorakan riuh terdengar teredam dari pusat arena. Grup idol serta penggemarnya berkumpul di arena untuk merayakan acara penghargaan tahunan. Jimin sendiri tidak memungkiri tanpa penggemar, grup idol bukanlah apa-apa. Bahkan bagi group besar seperti dia. Percuma mereka latihan setengah mati tanpa ada yang menonton dan bersorak untuk mereka. Bagi Jimin, penggemar adalah segalanya baginya.
Tapi kadang kala, Jimin sedikit kurang nyaman dengan kultur penggemar. Konsep memiliki seakan lekat di mata para penggemar. Jimin harus berdedikasi menciptakan persona tertentu yang disukai penggemar. Dengan hati-hati dia memilah bagian mana dalam dirinya yang akan diperlihatkan kepada penggemar. Yang sudah pasti, masalah kehidupan pribadi ia tutup rapat-rapat dari konsumsi publik, apalagi masalah percintaan.
Jimin tak habis pikir, perkara dia mencintai dan menjalin hubungan dengan seseorang menjadi sebuah skandal besar dan seakan-akan patut untuk dipergunjingkan. Dia juga manusia. Dia ingin dicintai dan mencintai. Namun dengan statusnya sebagai public figure, dia harus menutupnya dan menjaga sikap. Tidak boleh menunjukkan cintanya kepada pasangannya.
Apalagi kalau orang-orang tahu dia mengencani sesama idol. Mencintai seseorang adalah skandal dan patut dipergunjingkan. Jimin tidak mengerti mengapa, tapi itulah hukum alam bagi orang-orang yang bekerja di industri hiburan.
Jimin dan Momo baru saja menjalin hubungan. Semua orang terdekat mereka mengetahuinya. Mereka bisa puas berdekatan di depan orang terdekat, tapi harus jaga sikap begitu mereka tampil di publik.
Tidak ada lirikan apalagi tatapan. Penggemar mereka akan dengan cepat menangkap sedikit pergerakan mereka dan membangun sebuah asumsi.
Seakan ada kutukan di dunia hiburan, siapapun yang menunjukkan hubungan blak-blakan, karir mereka akan menurun. Jimin masih ingin tampil dan memberikan seluruh jiwa dan raga di atas panggung, namun dia juga masih ingin menjalin hubungan dan menjaga perasaan pasangannya.
Ini hal yang rumit, namun Jimin dan Momo yakin bisa mengatasinya.
.
Penampilan malam itu sungguh luar biasa. Sorakan penggemar terdengar riuh, meneriaki Jimin dan teman-temannya dan ikut bernyanyi sepanjang penampilan. Jimin mengerahkan semuanya. Apa yang dia latih sebulan penuh, dia tunjukkan kepada penggemar.
Sesaat dia menyisihkan Momo dari pikirannya, fokus pada penampilan. Dia yakin Momo menyaksikan bagaimana dia tampil di atas panggung.
Nafasnya sudah mulai teratur meskipun keringat masih bersimbah. Jimin dan member lainnya kembali diperintahkan untuk naik panggung untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada penonton. Sebetulnya Jimin sedikit heran, dia tidak diberikan waktu untuk berganti baju atau membenarkan penampilan. Mereka langsung disuruh naik lagi ke atas panggung.
Jimin berada di barisan paling depan. Grupnya akhir-akhir ini tengah berada di atas awan. Popularitas mereka naik tajam dan membuat dia makin harus berhati-hati dalam bersikap.
Suara familier terdengar tepat di belakangnya. Jimin merasakan segerombolan wanita sudah berbaris di belakang. Jimin yakin Momo menepati janjinya untuk berdiri tepat di belakangnya, seperti janji mereka di awal.
"Aku di sini!" suara itu agak keras, berusaha mengalahkan suara pembawa acara. Itu Momo.
"Apa? Kamu bicara sama siapa?" tanya orang lain di belakangnya.
"Dia!"
Mata Jimin bergerak cepat menyisir kerumunan penonton. Salah seorang penggemar dengan kamera berlensa besar terarah kepadanya, penggemar itu berdiri di tengah kerumunan.
Penggemar yang satu itu selalu hadir di acara akhir tahun dengan kamera besarnya, memotret Jimin setiap saat. Jimin sendiri kadang suka melipir ke akun sosial medianya untuk melihat-lihat hasil fotonya. Dia juga tahu gaya hasil foto penggemar itu, tidak banyak yang diburamkan dan filter-filter yang terlalu berlebihan.
Setelah menemukan seseorang yang akan memotret, Jimin mencondongkan tubuhnya agak ke belakang. Tatapannya terpaku tepat kepada Taehyung yang punya kepekaan tinggi. Dia dan Taehyung terpisah oleh dua member lainnya. Butuh beberapa saat sebelum Taehyung ikut menoleh dan menaikkan kedua alisnya seakan bertanya 'ada apa?'
"Bergeserlah ke kanan!" kata Jimin agak keras, berharap Momo akan mendengarnya dan melakukan perintahnya. Taehyung mengerutkan dahi, tidak paham yang dengan apa yang dimaksud Jimin.
Respon gerakan langsung ia tangkap dari ujung matanya. Momo bertukar tempat dengan member grupnya agar berada di tempat yang Jimin minta.
"Stop!" seru Jimin.
Taehyung melirik ke arah pergerakan itu. Dia menyeringai geli dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Jimin.
Dengan senyuman lebar Jimin kembali menghadap ke depan dan berusaha memberikan ruang bagi Momo agar hadir di foto yang sama dengannya.
Mereka berdua memasang senyum terbaik. Hanya ini satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️
FanfictionKumpulan short stories yang sayang buat dibuang dan dianggurin jadi draft. (Cast : BTS, Twice, TXT)