Lavender

284 14 0
                                    

Drabble
Cast : Seokjin
Words : 420
Written by : Hiraethskies

Derap langkahku menggaung bagaikan gema di lorong panjang itu. Lorong itu seakan tidak berujung. Dominan warna putih membuat seluruh ruas dari ruang itu sama saja. Beberapa orang menyingkir begitu aku berlari. Mataku yang basah bergerak cepat memindai satu per satu nama ruangan yang tertera di depan pintu ruangan.

Pikiranku kalut, nyaris kehilangan kewarasan. Berita itu seakan meruntuhkanku di tempat.

Seokjin.

Satu-satunya nama yang terpatri di kepalaku saat berita itu datang. Bagaimana dia tersenyum kepadaku, bagaimana dia merengkuhku tepat beberapa jam sebelumnya. Mendapatkan kabar jika kendaraannya terlibat kecelakaan, aku hancur.

Kamar Lavender 4

Aku langsung menerobos masuk begitu membaca papan nama itu. Napasku tertahan, bersiap untuk yang terburuk. Kaki ku lemas melihat punggung Seokjin duduk di samping ranjang. Sweater abu-abu pemberianku masih dikenakannya dengan baik. Dia menoleh ke arahku, terkejut karena suara bantingan pintu yang kubuat.

"Seokjin!"

Aku langsung menerjang ke arahnya, mendekapnya seerat mungkin. Dengan cepat aku memeriksa keadaan Seokjin, memastikan jika tidak ada satupun luka, setidaknya pada wajahnya. Aku meringis melihat lebam keunguan di sudut bibirnya, tapi selain itu semuanya baik-baik saja.

"Kamu gak apa-apa kan? Kamu gak apa-apa kan?" kataku dalam satu tarikan napas. Seokjin langsung kembali membawaku ke dalam pelukan. Perasaan lega mengalir di seluruh tubuhku. Merasakan kehangatannya di dekapanku membayar semua kekhawatiran tak berarti.

Aku tumpahkan semua kekhawatiranku seharian ini. Bagaimana aku tidak ketar-ketir ketika mendengar motor yang dikendarainya sampai terlindas truk? Pemikiranku langsung membayangkan Jin ikut tergilas dan meninggal. Pemikiran yang membuatku ketakutan setengah mati.

Aku bertekuk lutut di sampingnya dan menangkupkan wajahnya dengan kedua tanganku, kembali memeriksa luka yang kini menghiasi wajah tunanganku.

Seokjin menatapku dalam diam. Ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir deras.

"Aku langsung ke sini tahu pas denger berita," ucapku di antara tangis sesenggukan.

"Kamu gak jadi fitting baju dong?" tanya Seokjin lembut.

Aku memukul paha Seokjin dengan pelan. Bisa-bisanya dia mengkhawatirkan masalah itu padahal keadaannya, "Buat apa aku fitting baju kalau ternyata calon suamiku kenapa-kenapa?"

Seokjin tersenyum lemah, mengaitkan untaian rambutku ke belakang telinga, "Maaf ya, undangannya jadi banyak yang rusak."

"SEOKJIN! Ini bukan masalah undangan! Kamu kecelakaan dan malah mempermasalahkan undangan!"

Aku gusar. Seokjin memang selalu bisa mencairkan suasana. Tapi kondisi sekarang membuat guyonannya terdengar menyebalkan. Aku hampir mati ketakutan dan dia menanggapinya sebagai lelucon.

"Ehm, kalian boleh udahan berantemnya?"

Aku segera menoleh ke ranjang. Hoseok, kawan Seokjin yang sukarela membantu menyebarkan undangan, duduk bersandar di kepala ranjang. Tangannya di gips dan lehernya dikelilingi oleh collar penyangga.

"Kalian membuatku iri tahu," gerutu Hoseok, yang hanya bisa melirik kepada aku dan Seokjin tanpa menggerakan lehernya.

"Astaga, maafkan aku, Hoseok" kataku malu, baru menyadari ada yang keadaannya lebih mengenaskan dibandingkan dengan tunanganku.

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang