26

32.7K 2.5K 77
                                    

Maapin ya, kalo ceritanya gaje😭

*
*
*

"KENZI! KENZI! KENZI!!" teriak Bela menggelagar disudut lapangan ditemani Acha dan juga Rina.

"Duh gak usah triak-triak juga Bel, bungeng nih kuping gue!" kesal Acha.

Bela tidak mendengarkan teguran Acha, malah semakin mengencangkan teriakannya.

"KENZIIIIII!!! SEMANGATTTTT!!!" teriak Bela.

Memang, kelas 12 Ipa 2 sekarang tengah tanding Futsal dengan kelas 12 Ipa 4, yang kebetulan jadwal olahraga mereka sama.

Teriakan para penonton ditepi lapangan semakin riuh dan ramai, saat Arga dengan mulusnya mencetak gol digawang lawan.

"Yuhuuuuu!! SEMANGAT ARGA!"

"ARGA! ARGA!

Priiiittttttttt

Suara pluit Pak Anton menghentikan pertandingan mereka.

"Oke anak-anak, kalian boleh istirahat, tingkatkan lagi kemampuan futsalnya, dan, Arga? Main kamu tadi sangat bagus, tingkatkan lagi ya!" ujar Pak Anton.

Arga hanya tersenyum tipis menanggapi pujian Pak Anton.

"Baiklah, Bapak pergi dulu, semangat!!!" pesannya sebelum benar-benar pergi.

Bela ce'es langsung saja menghampiri Kenzi ce'es untuk memberikan botol minuman yang telah ia beli tadi pagi.

"KEKEEN!!" sapa Bela dengan semangat 45.

"Eh ada Abeell." Kenzi menyapa balik.

"Nih, gue beliin minum." Ujarnya memberikan botol aqua.

"Woaah, makasi ya." Kenzi menerima botol aqua itu, sedangkan Bela hanya mengangguk sebagai jawaban iya.

"Cuma Kenzi aja nih yang dikasih minum? Gue nggak?" canda Rio.

"Yee, beli sendiri sono." Ujar Bela tertawa.

Arga duduk ditepi lapangan sambil meluruskan kakinya, peluh keringat telah membasahi sekujur tubuhnya.

"Kak Arga, ini minuman buat kakak." Ujar siswi kelas 10 menghampiri Arga ce'es.

"Wihh ada paketan ya bos."

Arga diam tanpa melirik perempuan itu, matanya menatap dingin kearah depan, tanpa mau mengambil minuman itu.

"Kak Arga." Ujar siswi itu lagi.

"Ambil napa Ga, kasian." Kata Bagas.

"Gue gak aus." Ucap Arga dingin.

Perempuan itu menghembuskan nafasnya pelan, "Yaudah, aku duluan ya kak!" ujarnya dengan ceria, lalu pergi meninggalkan lapangan.

Teman-teman Arga sudah biasa melihat pemandangan seperti ini, jadi ia memilih diam, percuma juga dinasihatin, gak bakal mempan untuk seorang Arga menurutinya.

Hening beberapa saat, hingga akhirnya Rio membuka suara.

"Eh itu bukannya Fiona ya?" tunjuk Rio pada Fiona dan seorang laki-laki.

"Mana?" tanya Rina.

"Ituu, yang lagi sama cowok."

"Oh iya, itu Fiona. Siapa tuh cowoknya?"

"Tuh kan apa gue bilang! Fiona tuh ke perpus mau pacaran, bukan baca buku!" heboh Bela.

"Gak boleh berasumsi sendiri." Peringat Bagas.

Arga {Complete}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang