No : 14

7.9K 852 11
                                    

Jam pelajaran pertama untuk kelas XII IPA 2 harus kosong karena sang guru yang mengajar sekaligus merangkap menjadi wali kelas itu ada urusan yang sangat mendadak dan lebih penting. Kelas jadi ramai dengan obrolan murid-murid meski sudah diberikan tugas.

Sang wali kelas harus memgantar muridnya yang tumbang saat Upacara Bendera tadi ke rumah sakit. Kini ia di UGD, dengan si murid yang masih terlihat lemas dan menunggu orangtuanya datang.

Milan sendiri tidak paham kenapa ia bisa pingsan saat Upacara. Mungkin karena tidak tidur semalam. Tapi sebelum-sebelumnya Milan pernah begadang semalamam dan ia baik-baik saja. Mungkin karena sakit kepala kemarin. Toh, Milan juga masih merasakan sakit di kepalanya.

Kurang dari 30 menit orangtua Milan sudah tiba, si wali kelas pamit pulang. Kini Milan di bilik UGD hanya bersama ibunya sementara ayahnya mengurus administrasi. Pun, mereka masih harus menunggu hasil cek darah Milan. Mereka harus tau ada apa sebenarnya dengan Milan.

"Pusing yang kemaren masih?"

"Masih Ma." jawab Milan lemas. Kepalanga sudah dielus-elus lagi oleh ibunya.

Matanya terpejam, pikirannya mengawang kemana-mana. Seperti semuanya menumpuk di kepalanya. Mungkin seharusnya Milan tidak perlu terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan, sakit kepalanya itu mungkin dari sana juga.

Saat suster kembali bersama dokter yang tadi memeriksa Milan, mereka membawa hasil cek darah. Milan sebenarnya tidak sakit, sakit kepalanya hanya karena setres dan tensi yang tinggi. Tidak perlu dirawat inap, hanya perlu istirahat yang cukup, makan makanan sehat dan tidak lupa obatnya dikonsumsi.

Setelah ayahnya selesai mengurus administrasi, Milan lekas dibawa pulang. Anak itu hanya diam, pun kedua orangtuanya. Mereka hanya bingung, apa yang Milan pikirkan sampai bisa setres seperti itu. Memang setres bisa memicu banyak penyakit, mereka hanya tidak menyangka kalau itu terjadi pada Milan, bahkan sampai pingsan di sekolah.

"Motor kamu gimana Mil?"

"Aku udah minta tolong Oji, nanti dia kesini ngambil kunci. Aku mau tidur."

"Obatnya jangan lupa lho Mil."

"Iya Maa~" Milan hanya menyahut panjang, sambil melenggang cepat ke kamarnya dan lekas membanting diri di kasur.

Kepalanya sudah tidak terlalu sakit. Milan yakin kalau setelah tidur nanti ia akan membaik. Milan hanya tidak perlu memikirkan sesuatu terlalu jauh, ia harus melupakannya sejenak. Apapun itu. Kalau ia tidak mau hal seperti ini terulang lagi.

Matanya mengerjap, memandang laci di meja belajarnya. Milan lupa kalau ia tidak boleh setres. Ia tarik napas dalam-dalam, dan memejamkan matanya perlahan. Yang kali ini, ia harus tidur. Tidak ingin memikirkan apa-apa lagi.

Tapi tiba-tiba handphone bergetar pelan. Ingin diabaikan, tapi tidak bisa karena tangannya sudah lebih dulu refleks mengambil handphone.

Nathan:
[Mau ketemu.]

Hanya dua kata itu. Milan rasa Nathan tidak tau kalau ia sebenarnya sudah di rumah, kalau ia tidak sekolah hari ini. Tapi dipikir-pikir, ia tidak bisa kesana menemui Nathan, pun Nathan tidak mungkin kesini karena tidak ada yang mengantar. Akhirnya Milan memutuskan untuk menemui Nathan sore nanti, setelah ia mambaik.

Toh Milan yakin kalau bertemu Nathan bisa jadi obat segala penyakitnya.

Baru Milan mau membalas pesan Nathan, tapi handphonenya sudah bergetar lagi lebih dulu. Pandangan Milan agak menyipit, untuk memastikan kalau ia tidak salah baca.

Nathan:
[Aku di depan.]

Sontak Milan kaget bukan main. Harusnya Nathan tidak tau kalau Milan sudah pulang. Harusnya yang Nathan tau Milan masih di sekolah. Milan cepat bangkit dari kasur dan hampir berlari ke arah pintu. Baru pintunya dibuka, sosok Nathan muncul di depan mata. Tapi... tampilannta berbeda.

No Voice (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang