No : 23

8.7K 775 22
                                    

Seperti anak orangutan yang tidak mau lepas dari gendongan induknya, Nathan sejak bangun tidur masih menggelendot malas pada Thalia di sofa depan TV. Memang sedang hari libur, keduanya juga tidak punya rencana apapun hari ini. Sejak bangun tidur, belum mandi, belum makan, keduanya langsung bermalas-malasan.

Jarang Thalia jadi bermalas-malasan seperti ini, tapi orang bilang, bawaan hamil memang bisa jadi malas. Tapi rasanya untuk seharian ini Thalia jadi sangat malas, padahal kemarin masih seperti biasa, mungkin karena lelah juga setelah lima hari penuh mengajar sampai sore. Tidak ada yang menegur Thalia, malah membiarkan, sesekali tidak apa, Thalia juga butuh istirahat.

Bedanya dengan Nathan, ia malas karena memang tidak ada yang jadi penyemangat untuk akhir pekannya. Sudah seminggu Milan tinggal bersama neneknya di kampung, sekalian mengisi waktu liburan kuliah. Nathan pikir tidak akan semembosankan ini, ternyata malah bosan parah. Bertukar pesan, telpon, dan video call jelas tidak cukup. Ia jadi mensesalinya kenapa libur kuliah Milan tidak sama seperti libur sekolah, meski Nathan hanya homeschooling.

“Dek, temenin Mama beli sayur yuk.”

Nathan mendongak, melihat ibunya yang sudah siap berangkat, “Aku?”

“Iya, ayok. Cuma di depan situ doang. Temenin sebentaaar aja. Yuk.”

“Dah sana, temenin.” Thalia menyiku lengan Nathan, ia hanya memberikan lirikan, lalu pandangannya kembali lagi pada acara kartun di TV.

Sebenarnya Nathan malas, kalau bisa ia ingin seperti Thalia yang akan malas-malasan seharian. Tapi permintaan ibunya ini juga tidak bisa diabaikan, meski hanya menemani beli sayur untuk bahan masakan hari ini. Nathan mengalah dengan dirinya sendiri, ia bangkit dari sofa, melenggang ke kamarnya sebentar untuk cuci muka dan mengambil sweater, lalu menyusul ibunya di teras. Nathan lihat ayahnya juga disana, sedang mengamati tanaman hiasanya yang sudah mulai ditumbuhi rumput.

“Loh? Sama Adek?” senyum Austin mengembang, heran, tapi banyak mengejeknya. Buat Nathan hanya melengos malas melenggang ke luar pagar sementara Austin jadi cekikikan lucu.

“Kaki Lia bengkak lagi, jadi ngajak Adek aja.”

Nathan masih bisa mendengar obrolan singkat antara kedua orangtuanya. Pandangannya fokus pada layar handphone, tapi lekas dimasukan ke saku waktu ibunya juga sudah keluar pagar. Mereka siap berangkat. Iya, jalan kaki karena sebenarnya tidak jauh. Nathalia mengajak Nathan hanya agar ada teman mengobrol, padahal akhirnya Nathan hanya jadi pendengar yang baik. Kalau mejawab pun hanya sesekali, dengan isyarat pula, bukan dengan suaranya.

Belakangan, sejak kejadian lalu, Nathan memang lumayan sering menggunakan suaranya, tapi tetap sangat pelan, dan lebih sering menggunakan isyarat, kadang malah dicampur, buat yang diajak mengobrol harus lebih cermat karena harus mendengar dan membaca sekaligus. Meski belum sepenuhnya kembali bicara menggunakan suara, setidaknya Nathan sudah banyak peningkatan. Tidak hanya dengan Milan, dengan anggota keluarganya kini Nathan sudah tidak pikir dua kali kapan ia ingin menggunakan suaraya. Siapa yang tidak bangga dengan usaha Nathan? Semuanya bangga.

Belanja sayur ini berlangsung cepat, Nathalia tidak ikut menimbrung dengan obrolan ibu-ibu lainnya lebih lama, alasannya karena mau mampir ke mini market juga. Tapi ya memang benar, habis dari sana, keduanya mampir ke mini market untk membeli keperluan lain. Nathalia melenggang sendiri, Nathan juga sama, ia memilih ke etalase makanan ringan. Butuh persiapan amunisi untuk waktu bermalas-malasannya.

“Dek? Ayo, udah belum?”

Kepalanya mengangguk, tapi langkahnya yang siap menyusul ibunya berhenti. “Aku mau es krim.” Pintanya dengan isyarat.

“Ya udah, Mama di kasir. Beliin Lia juga, Dek.”

Nathan hanya menjawab dengan isyarat jarinya, tanda oke. Lalu ibunya lekas pergi sementara Nathan sibuk memilih es krim. Stroberi enak, tapi pasti cokelat dan vanila juga enak. Nathan juga lihat ada es krim blueberry, yang itu juga pasti enak. Sesaat ia melirik ibunya, sudah mengeluarkan dompet untuk bayar, Nathan tidak punya waktu banyak, ia ambil semua yang menurutnya enak. Dibawa ke kasir cepat-cepat. Waktu ibunya melirik, Nathan hanya memberikan cengiran lebar.

No Voice (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang