ENAM

175 40 0
                                    

Aku membuka mata perlahan-lahan, padanganku masih sedikit buram dan kepalaku pening bukan main. Pukulan tadi membuat kepalaku terasa berat. Sepertinya kepalaku terluka.

Aku memperhatikan tubuhku yang terikat di atas bangku, ikatannya benar-benar kencang sehingga kurasakan perihnya.

“Udah bangun lo?“ ku lihat seorang laki-laki bediri di hadapan ku sambil menghisap rokoknya.

“Lepasin gue brengsek!“ aku memekik.

“Ngapain? Nanti Sunghoon juga dateng.“ aku mengerutkan dahi, jangan bilang penculikan ku ini berhubungan dengan Sunghoon? Tapi apa hubungannya denganku? Kami bahkan tak memiliki hubungan apapun, tapi kenapa malah aku jadi sandera nya?

“Lo idiot ya?! Gua gak ada hubungan apa-apa sama Sunghoon—“ prak! Kepalaku terhempas ke kiri, sebuah tamparan keras yang berhasil membuat sudut bibirku berdarah.

“Lancang banget lo ngatain gue idiot?!“ laki-laki itu tersulut emosi, dia membuang puntung rokoknya asal dan menatapku lekat kali ini.

“Kasih tau gue, kenapa lo bisa hidup lagi?!“ dia mengcengkram kedua pipiku, aku meringis pelan.

“Apa maksud lo?“

“Padahal gue yang nembak lo sampe sekarat, gue lihat pemakaman lo juga. Tapi kenapa? Kenapa lo bangkit lagi dari kubur?“ aku benar-benar bingung sebenarnya dia bicara apa, siapa yang tertembak? Siapa juga yang mati? Dasar tak waras.

“Lo ngomong apa, huh?! Gue bukan pacar Sunghoon yang lo maksud. Kita beda orang!“

“Padahal.“ dia kembali menekan pipiku. “Lo yang buat gue di penjara dan sekarang gue udah bebas. Gue bakal bales dendam sama kalian berdua, pertama buat Sunghoon yang udah mukulin Hanbin sampe gak bernyawa dan lo yang berani masukin gue ke penjara.“ dia menghempaskan wajahku.

“Well, nyawa harus di balas dengan nyawa dan penjara harus di balas dengan penjara juga. Gue bakal buat hidup kalian berakhir hari ini juga.“ kecamnya.

Jujur aku tak takut, malah aku bingung. Sebenarnya apa yang dia bicarakan ini? Penjara? Nyawa? Memang Sunghoon pernah membunuh orang? Dan katanya dia adalah pacar Sunghoon yang memenjarakannya. Padahal aku bertemu dengan Sunghoon baru-baru ini. Sunghoon itu murid pindahan yang kebetulan pintar sehingga masuk kelas unggulan.

“Dasar pengecut! Kalo lo punya masalah sama Sunghoon, lo gak perlu nyekap gue kayak gini!“ semburku kali ini, pokoknya dia itu terlalu kekanak-kanakan sekali.

“Berisik!“ prak! Dia kembali menamparku, kali ini kedua sudut bibirku berdarah karena ulahnya. Memang dasar kurang ajar, sialan sekali berani merusak wajahku.

“Sunghoon gak akan dateng kalo cuma gue ancem doang, tapi kalo gue udah bawa kelemahannya dia bakal dateng kesini meski sedang sakit sekalipun. Bukannya Sunghoon itu adalah kelemahan bagi genk Cakrawala, jadi dengan begitu genk rajawali bisa di atas cakrawala kalo Sunghoon mampus!“ aku mendesah kasar, laki-laki ini keterlaluan. Tapi juga membuatku bingung, pokoknya benar-benar bingung. Memang kapan sih aku pacaran dengan Sunghoon? Itu pertanyaan yang terus muncul di benakku.

“Jean! Lo ada di dalem?!“ kami berdua sama-sama menoleh ke sumber suara.

“See? Pangeran kodok lo dateng, jadi lo tetep diem di sini sampai gue kelar habisin Sunghoon.“ gertaknya yang kemudian pergi mengunci ruanganku.

Aku mendengar suara perkelahian yang hebat di luar sana. Ada ringisan juga yang mengerikan, pokoknya aku harus bisa keluar. Aku tak bisa mengandalkan Sunghoon saja, bagaimana kalau dia benar-benar mati karena berkelahi sendiri? Aku tidak mau ambil resiko kalau nantinya aku ikut mati, aku tak bisa meninggalkan ibu panti dan adik-adikku.

Kemudian aku berusaha untuk melepaskan ikatan yang melilit tanganku, aku memperhatikan sekeliling ruangan ini. Barangkali ada sesuatu yang dapat membantuku.

Dan itu dia, aku lihat tasku di gantung di atas pintu. Dengan begitu aku bisa menghubungi polisi secepatnya.

“Sunghoon sialan, kenapa masalahnya harus ngelibatin gue? Pasti ibu khawatir sekarang karena gue belom pulang.“ aku mendengus pelan.

Brak!

Aku terkejut ketika seseorang mendobrak pintu dengan begitu kencang.

“Jean lo gapapa?“ itu adalah Sunghoon, dia terlihat seperti pahlawan misterius yang datang dari kegelapan untuk menolong ku, wajahku sudah babak belur ku lihat.

“Jake berani nampar lo?!“ Sunghoon membolak-balikan rahang ku.

“Gue gapapa, tolong lepasin talinya. Sakit banget.“ dengan cepat Sunghoon melepaskan tali yang melilit kedua tangan dan kakinya.

“Ayo kita cepet pergi, mumpung mereka lagi pada pingsan.“ Sunghoon menggengam tanganku, ini pertama kalinya. Dia tampak berbeda dari Sunghoon yang biasanya.

Aneh namun aku lebih suka versi yang heroik seperti ini.

“Hati-hati.“ aku mengambil tas ku dan kami berdua segera pergi meninggalkan markas anak rajawali tersebut.

Pokoknya benar-benar mengerikan sekali. Semua orang pada tak sadarkan diri di tangan Sunghoon, aku kagum namun merasa ngeri juga. Sunghoon ternyata jago berkelahi.

Wah, next time kalau aku bikin gara-gara lagi bisa di bikin pepes olehnya.

“Cepet naik.“ titahnya, dan aku segera naik ke atas motornya.

“Pegangan.“ Sunghoon meraih tanganku dan melingkari nya di perut. Membuatku stagnan dan jantungku mulai berdegup tak karuan.

Kami berdua akhirnya pergi meninggalkan markas Rajawali dengan kecepatan tinggi.

Entah kemana Sunghoon mau membawaku, tapi hari ini benar-benar melelahkan sekali. Bisa-bisanya aku di culik oleh orang tak di kenal dan semua itu karena Sunghoon? Ha, Sunghoon memang pembawa sial.

“Berhenti sebentar deh,“ pintaku, mendadak kepalaku pusing sekali.

Kami menepi sebentar, aku segera turun. Sebab kepala ku berputar seperti gasing, pandanganku mulai buram.

“Lo kenapa?“ tanya Sunghoon khawatir.

“Kepala gue pusing banget.“ aku meremas kepalaku.

Tercium bau anyir darah.

“Bau darah, jangan bilang lo—“ Sunghoon dengan cepat memeriksa kepalaku. Dan benar saja, rupanya penyebab kepalaku pusing adalah bau anyir darah itu. Pasti karena pukulan tadi.

Kencang sekali sih, sampai-sampai aku langsung pingsan.

“Jangan bilang ini ulah Jake juga yang berani nimpuk kepala lo dengan benda keras?“ aku mengendikksn bahu, tak yakin juga sebab dia ada belakang ku.

“Gue pusing banget.“ aku mulai hilang tenaga dengan cepat Sunghoon menangkap tubuhku.

“Denger gue, jangan sampe lo hilang kesadaran. Gue bakal panggil ambulan buat jemput lo, gue janji. Bakal gue bunuh Jake kalau sampai lo parah.“ dan detik selanjutnya aku hilang kesadaran. Rasanya sudah tidak kuat sekali menahan rasa pening ini.



🔸🔸🔸

Si Sunghoon kadang ngesslin kadang sweet gini, gimana kagak mleyot coba Weh

Jangan lupa pren, vote dan komennya yuuu

Never Ending ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang