DUA PULUH TIGA

179 21 1
                                    

”Sunghoon meninggal, Je. Kepala belakangnya di tembak sama vernon.”

Rasanya seperti di timba belasan beton. Hatiku hancur, sehancur-hancurnya saat mendengar kabar duka yang di sampaikan Jungwoon padaku.

Ini mimpi kan? Bohongan kan ya? Tidak mungkin. Sunghoon bilang dia tak terkalahkan. Dia juga ahli berantem kok, jadi gak mungkin dia ketembak.

”INI BUKAN WAKTUNYA BERCANDA! BILANG SAMA GUE KALO SUNGHOON CUMA LUKA KECIL.”

Jungwoon tertunduk lemah. Begitupun dengan Heesung yang tak bergeming apapun setelah mendnehaf penuturan Jungwoon padaku.

”JUNGWOON! JAWAB JUJUR, SUNGHOON BAIK-BAIK AJA KAN?” Aku masih berusaha untuk Megan air mataku, aku tak boleh menangis. Aku tak boleh percaya begitu saja.

Aku yakin ini akal-akalan sunghoon dan anak Cakrawala. Jungwoon pasti bohong.

”Lo pasti salah info kan? Yang ketembak itu Jake, bukan Sunghoon. Iya kan?!” Jungwoon masih setia dengan keheningannya, begitupun Heesung yang tampak tak berdaya saat melihatku terus bicara dengan nada tinggi.

Ada apa dengan kalian, Ha?!

”KALIAN TULI?! GUE NANYA DI JAWAB, BANGSAT!” Emosiku pecah, aku sudah tidak mampu membendung air mataku yang sedari tadi ku tahan untuk tidak keluar.

”Sebelum sunghoon di makamin, mending kita ke rumah sakit untuk lihat jasadnya yang terakhir kali.”




🔸🔸🔸

Aku mematung hebat saat melihat Sunghoon yang terbujur kaku di atas ranjang. Wajahnya pucat dan kulihat jidatnya bolong akibat timah panas yang menembus kepalanya.

Hatiku rasanya tercabik-cabik. Air mataku spontan membanjiri wajahku dan tubuhnya bergemetar hebat. Rasanya kakinya sangat lemas menopang tubuhku yang terasa berat.

”Enggak, Sung. Lo mati bohongan kan? Lo lagi bercandain gue kan? Iya kan?” aku memeluk jasadnya, tubuhnya terasa dingin sekali. Aku juga sudah tidak bisa mendengarkan detak jantungnya.

ENGGAK!

SUNGHOON BELUM MATI!

”Sung, ayo bangun. Ini gue, Jean. Gue mau jadi pacar lo lagi. Gue juga mau pulang ke rumah orang tua kandung gue asal lo bangun. Jadi, Sung. Cepet bangun, anterin gue pulang ke mereka. Gue mau di aterin sama lo ...”  tangisannya ku pecah saat melihat Sunghoon tetap pada posisinya. Tertidur pulas dengan tubuh yang dingin dan kaku.

”SUNGHOON! BANGUN! CEPET BANGUN! LO GAK BOLEH MATI! LO HARUS ANTERIN GUE PULANG ...” aku menggoyangkan-goyangkan tubuh sunghoon, tapi pria itu tak kunjung membuka mata.

Hei, Sunghoon. Apa segitu nikmatnya tidur di rumah sakit? Cepat bangun sialan!

Aku terus menangis di hadapan Sunghoon, sampai-sampai aku tidak sadar kalau air mataku membasahi tubuhnya.

”SUNGHOON! CEPET BANGUN, BRENGSEK! JANGAN TIDUR MULU!” aku kembali memeluk tubuh dinginnya.

Lantas ku buka jaketku karena aku tak tega melihat dia kedinginan.

”Enggak, lo gak boleh kedinginan. Nanti lo sakit, kalo lo sakit, siapa yang anterin gue sekolah? Iya kan?” aku menyelimuti jaketku untuknya.

”Sunghoon, jangan tinggalin gue. Lo harus anterin gue pulang, hiks ...” aku menggenggam tangannya, menciuminya beberapa sambil terus menangis.

Sialan. Kenapa air mataku ini semakin parah. Kenapa tidak mau berhenti?

”Jean ... Udah Jean. Jangan di tangisin terus, kasian Sunghoon.” Heesung berupaya untuk menenangkanku.

”Semua karena genk motor sialan kalian, coba kalo cakrawala gak ada, mungkin sunghoon gak bakal mati ketembak!” tiba-tiba aku menyalahkan anak Cakrawala. Entah kenapa aku tak bisa menerima kematian sunghoon yang mendadak ini. Aku butuh seseorang untuk di salahkan. Dan orang-orang itu adalah anak Cakrawala. Mereka yang membuat Sunghoon berkahir tragis begini.

”Gapapa, terserah lo mau marah sama siapa aja. Yang penting sekarang, lo harus ikhlasin dia, Sunghoon gak mau kita nangis di pemakamanya.” Hesung kembali menenangkanku namun tetap saja. Aku masih kacau dan tidak terima atas kematian sunghoon.

”Ikhlas? Gimana bisa? Sunghoon mati tiba-tiba. Dan di saat gue baru mau belajar cinta sama Sunghoon, dia malah pergi gitu aja.”  aku ambruk ke lantai, memeluk lututku erat sambil kembali menangis di bawah.

”Gapapa Jean, nangis yang banyak. Sunghoon bilang, sambil mukulin jasadnya pun gapapa. Dia udah puny feeling bakal meninggal di TKP.” hatiku kian hancur saat mendengarnya. Tangisku kembali pecah, membuat Heesung reflek merengkuh tubuhku.

”Nangis Jean.  Pukulin gue semau lo, kalo itu bisa buat lo lega.”






🔸🔸🔸







Gatau mau ngetik apa, pas ngetik jadi sensitif banget. Serasa ada di antara mereka, sampe mau nangis. Tapi, gatau menurut kalian sih

Sunghoon, kamu laki-laki baik. Idaman pula

Jujurly, gua suka banget sama story yg ada nangis bombaynya. Karena seru aja gitu woi, kek menantang emosi haha

Jangan lupa vote dan komennya prennnn

Never Ending ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang