DUA PULUH DUA

138 25 0
                                    

Rasanya aku sudah kehilangan kesadaran cukup lama, bangun-bangun aku malah sudah berada di sebuah hutan dengan tubuh terikat di pohon Pinus yang menjulang tinggi.

Aku melihat Jake berkumpul bersama beberapa antek-antek nya, tak lupa dengan beberapa senjata yang mereka bawa.

Apa-apaan sih?!

Ini kenapa meraka kayak mau tawuran?

"Tuan putri udah bangun?” itu suara Jake. Suara menyeramkan yang sangat malas aku dengar. Hanya buat merinding saja.

Tapi, aku tak boleh kelihatan lemah. Aku harus kuat. Aku yakin Sunghoon akan datang menolongku.

”Heh orang gila! Lo ngapain sih nyulik gue segala? Bocah freak! Gue bilang, gue buka Ara. Gue ini Jean!” aku memakinya,namun dari raut wajahnya dia tampak kesal.

”Gede juga nyali lo buat ngomong kayak gitu, lo gak tau gue?”

”Sampah masyarakat!”

Sontak penuturanku, mengundang gelak tawa bagi mereka semua.

Jake beranjak dari duduknya, dia kemudian menghampiri ku dan menekan kedua pipiku.

”Mulut lo ini, harus di kasih pelajaran!” Plak! Wajahku terhempas ke sisi kiri saat dia menamparku cukup kencang.

Sialan. Dasar berandalan. Pantas saja masuk penjara. Orang seperti dia tidak pantas bersekolah. Otaknya minus.

”Dasar banci! Beraninya sama cewek. Kenapa nyulik gue? Karena gak berhasil mancing Sunghoon ya? Beda level bego. Sunghoon orang berpendidikan sementara lo orang dengan otak minus. Jadi, Sunghoon gak akan mau terlibat sesuatu sama orang yang otaknya minus kayak lo.”

Jake tampak marah. Wajahnya menggeram kesal dan tangannya mengepal kuat.

Dia lantas menampar wajahku beberapa kali tanpa bergeming apapaun.

Plak!

Plak!

Plak!

Plak!

Tamparan ini belom ngebuat gue puas, tunggu sampe Sunghoon dateng.” dia mengacak-acak rambutku sebelum kembali duduk.

”Korek dong, gue mau ngerokok sambil nungguin si bajingan dateng.” ku lihat Vernon memberikan korek pada Jake yang duduk seperti seorang raja, sementara yang lain tidak di perkenankan duduk.

CK.

Sedeng.

”Sunghoon gak bajingan, tapi lo yang bajingan.” Jake kembali tertawa bersama teman-temannya.

”Tunggu aja, Lo bakal tau sebajingan apa si Sunghoon itu.”

Beberapa menit kemudian, datanglah Sunghoon dengan gerombolannya.

”Woi banci! Lepasin cewek gue! Kalo sampe lo lukain dia buat yang kedua kali, gue bakal bunuh lo dengan tangan gue sendiri.” aku terperangah mendengarnya.

Kulihat Jake berjalan menghampiriku, dia lantas menjambak rambutku dengan kencang.

”Kayak gini?” Dia tersenyum puas.

”BANGSAT! BERANI BANGET LO  NYENTUH DIA!” Jake lantas tertawa. Dia kemudian menampar pipiku dengan cukup keras sehingga emosi Sunghoon kian membara.

”Cewek ini bakal jadi saksi, siapa yang bakal mati di antara kita. Cakrawala atau Rajawali.” Sunghoon mengepalkan tangannya.

Pria itu sudah tampak kesal dan tak kuasa menahan emosi. Matanya sengit menatap Jake lekat, begitpun anggota rajawali saat menatap anggota cakrawala.

”Hari ini, kita bakal tau siapa raja sesungguhnya. Juga, gue bakal balas kekalahan gua waktu itu. Gua jamin, kali ini, lo bakal mati di tangan gue.” Sunghoon membuang ludah, dia lantas tertawa mendengarnya.

”Banyak bacot lo banci! Serang!” instruksi Sunghoon dan mereka semua mulai berkelahi satu sama lain.

Membuat aku yang menyaksikan langsung, bergidik ngeri. Mereka saling menghajar satu sama lain tanpa mempedulikan rasa sakitny. Bahkan sampai ada yang membawa rantai dan gagang baseball untuk berkelahi.

Ini gila. Bahaya! Kalau tetap di biarkan berkelahi, salah satu dari mereka bisa mati.

Aku tak boleh diam saja.

Lantas, aku berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat tubuhku. Aku menggesek-gesek tali tersebut karena ku pikir cara ini akan berhasil.

Terus melakukannya sampai aku kehilangan banyak tenaga dan menghabiskan banyak waktu.

Tapi, sedikit demi sedikit talinya mengendur.

”Polisi! Gue harus telepon polisi!” begitu talinya lepas, aku segera pergi mencari ponsel.

Berharap menemukannya satu agar bisa segera menghentikan tawuran yang ku lihat di depan mataku.

”Ini dia.”

Begitu berhasil mendapatkan ponsel, aku segera pergi mengendap-endap mencari tempat yang aman untuk menghubungi polisi.

”Halo dengan kantor polisi?”

”....”

”Pak! Tolong pak, ada tawuran di sini. Mereka semua bawa senjata”

”.....”

”Lokasinya kalo gak salah di hutan Pinus Cikole, tolong cepet Dateng pak!”

Tuts ...

”Jean.” aku terkejut saat seseorang tiba-tiba muncul di hadapanku.

”Heesung?”

”Ayo pergi” dia menarik tanganku namun dengan cepat aku menolak.

”Sunghoon gimana?”

”Santai, dia bisa jaga diri. Kita juga udah telepon polisi.”

Tapi, tetap saja.aku tidak tega meninggalkan Sunghoon. Gimana kalau dia kenapa-kenapa? Gimana kalau Jake macam-macam? Jake itu orang yang tak terduga.

”Ayo, Jean ...” Heesung kembali menarik tanganku.

”Tapi Sunghoon bakal baik-baik aja kan?” Heesung mengangguk tegas.

”Ini mandat Sunghoon, jadi jangan buat gue ngerasa bersalah kalo gak berhasil selametin lo.” aku melihat Sunghoon sejenak, dia tampak serius sekali di sana. Berusaha untuk mengalahkan Jake agar bisa kembali dengan selamat.

Baiklah Sung, aku percaya kamu. Kamu pasti akan kembali dengan selamat.

Aku pamit dulu, semoga kita bisa cepat ketemu.

”Yaudah ayo.”

Sunghoon, semoga kamu baik-baik aja. Aku bakal nunggu kamu di markas.




🔸🔸🔸







Tbl tbl tbl

Dugum" gimana nasib Sunghoon sama anak Cakrawala dong

Jangan lupa pren, vote dan komennya yukkk

Never Ending ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang