TUJUH

168 38 0
                                    

Katanya selama dua hari ini aku hilang kesadaran, begitu aku sadar tadi suster yang sedang merawatku langsung heboh memanggil dokter.

Dia bilang kondisi aku mulai membaik usai tak sadarkan diri selama dua hari.

“Jean? Apa yang sakit Nak?“ itu suara ibu, dia tampak khawatir dan menangis melihatku.

Aku menggeleng kecil. “Maaf buat ibu khawatir.“

“Nak Sunghoon udah cerita semuanya, dan jujur aja ibu gak respect banget sama dia karena dia anak genk motor. Kamu tau kan ibu benci anak nakal? Meskipun ibu tau gak semua anak motor itu nakal.“ imbuhnya.

Jujur aku bingung sendiri. Masih bertanya-tanya apa alasan anak Rajawali menyekap ku seperti dua hari yang lalu. Motifnya sih ingin balas dendam namun ku rasa dia salah menculik seseorang. Aku ini bukan pacar Sunghoon.

“Tapi Sunghoon udah nolongin aku.“

“Iya ibu tau, mulai sekarang kamu jangan terlalu dekat Sunghoon. Ibu gak mau kamu kenapa-kenapa lagi, paham?“ aku mengangguk lemah.

Tok! Tok!

Ibu menoleh ke belakang.

Itu Sunghoon. Dia datang kemari dengan buah tangan.

“Aku boleh gak jengukin Jean, Tante?“ aku terkekeh pelan, kemana embel-embel mom nya? Pasti ibu memarahi Sunghoon habis-habisan. Aku yakin itu.

“Kebetulan, tolong jagain Jean. Ibu mau keluar urus administrasi sebentar.“ dia mengangguk, dan ibu melenggang pergi meninggalkan ruanganku.

“Gimana kondisi lo?“

“Oke.“

“Masih ada yang sakit?“

“Sedikit pusing.“

Sunghoon mengulum bibirnya, “Ada hal penting yang harus lo tau.“ aku menatapnya lekat.

“Gue rasa kita harus pacaran mulai detik ini juga.“ aku membelalakan mata setelah mendengar ucapannya. Apa katanya? Pacaran? Dia gila ya?

“Lo gila ya?"

"Iya, gila karena lo."

"Gue tampol ya lo!“

“Bercanda, Bubu.“

“Najis!“

Sunghoon menarik napas. “Setelah ini Jake bakal usik hidup kita berdua sebelum dendamnya terbalaskan. Dia pingin salah satu dari kita lenyap.“ Gila!

“Loh, gue kan gak salah apa-apa. Gue ini korban.“ Sunghoon mengangguk.

“Tapi Jake pikir lo itu Ara.“ kali ini aku mengerutkan dahi. Ara? Siapa? Pacarnya kah?

“Ara?“ aku membeo.

“Pacar gue yang udah meninggal.“ aku beroh ria. Pantas saja Jake menganggapku pacar Sunghoon saat itu jadi karena wajah kita mirip.

“Wajah kalian mirip banget.“ aku terdiam ketika Sunghoon mengusap pipiku.

“Kenapa lo bisa mirip Ara?“ Aku mendengus kasar, dengan cepat menyingkirkan tangannya.

“Lo pikir gua yang request punya muka kayak gini sama Tuhan?“ Sunghoon tertawa pelan.

"Tapi setelah gue perhatiin lebih dalem, kalian itu orang yang beda. Lo bar-bar asli, beda sama Ara yang anak rumahan dan pendiem.“ aku berdecak.

“Setelah ini gue gak mau berurusan sama Jake lagi, tolong jelasin ke dia kalo gue bukan Ara. Kalo perlu kasih unjuk KTP gue.“ tegasku padanya.

“Masalahnya gak segampang itu, Maemunah.“ dia menyentil dahiku pelan.

Aku meringis pelan. Enak aja nama ku di ganti Maemunah. Dasar paijo.

“Ikutin kata gue kalo lo mau aman, kalo semisal lo nolak buat jadi pacar gue, Siap-siap di culik lagi sama Jake.“ mendadak sekujur tubuhku merinding. Membayangkan di sekap beberapa jam saja sangat mengerikan, apalagi berhari-hari. Bisa-bisanya aku sekarat lagi.

“Gak mau.“

“Yaudah kita pacaran.“

“Gak mau.“

“Terus lo mau langsung gue nikahin sekalian?“

“Gue tampol lo ya!“

Sunghoon terkikik. Dia senang sekali membuatku emosi padahal aku baru sadar.

“Pacaran atau lo di culik Jake?“

Dua pilihan itu benar-benar berat. Jujur saja aku tak mau memilih keduanya. Pertama Sunghoon itu bukan tipeku, dia adalah rivalku. Kedua, aku sama sekali tak kenal Jake tali kalau di pikir-pikir seram juga kalau sampai aku kembali di sekap ke markasnya yang kumuh.

“Cepet jawab.“

“Gak ada pilihan lain?“

“Jadi istri mau?“

Aku mendengus kasar. “Tapi gue punya syarat.“

“Apa?“

Aku mengulum bibirku. “Kalau di sekolah kita rival tapi di luar kita pacar. Gimana?“

“Kenapa peraturannya harus kayak gitu? Nanti kalo gue nyaman duluan apa ada dispensasi buat perasaan gue?“ aku mendesah kasar, lama-lama Sunghoon itu gila juga ya.

“Lo pikir gue mau beneran jadi pacar lo? Ha, mimpi aja lo.“

Sunghoon merotasi kan bola matanya, dia kemudian membasahi kedua bibirnya dan menatapku lekat. “Oke! Ayo kita pacaran kayak gitu.“ Sunghoon mengulurkan tangannya, dan kami berjabat tangan.

“Tapi boong. Lo pacar resmi gue sekarang!“ dia kemudian mengusap pucuk rambutnya sambil tersenyum riang seperti bocah yang kedapatan uang lima ribu rupiah.








🔸🔸🔸



Nah loh, gemas bukan main

Si Sunghoon orangnya suka gaspol tapi Jeannya tukang emosi

Emang udah cocok banget dah wkwk

Jangan lupa vote dan komennya pren biar rame kek pasar

Never Ending ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang