Arvin datang//18

13 3 0
                                    

Bahagia itu datang bersama sabar dan perginya bahagia bersama ikhlas.

.......


Hari semakin menjelang siang, disinilah mereka berada di salah satu warung di daerah puncak, adira hanya diam dan mengikuti apa mau arvin, mungkin hari ini terakhir untuknya mengikuti keinginan arvin, dan setelah itu ia akan bangkit dari luka yang telah arvin berikan padanya, gue akan berhenti setelah hari ini, tapi gue udah sejauh ini, tapi gue gamau terus ngikutin hati gue karna itu akar dari luka fikirnya.

"Dir pesen apa?" tanya arvin yang duduk di salah satu bangku yang berhadapan dengan dira

"Bu saya jus alpuketnya satu ya" Pesan adira pada ibu penjaga warung.

"Saya kopi bu" Pesan arvin

Setelah sekitar kurang lebih 10 menit pesanan mereka pun datang, dan tidak ada yang memulai pembicaraan baik arvin maupun adira, dira menunggu arvin berbicara dan menjelaskan padanya, tetapi lihat arvin malah diam saja dan itu membuat dira kesal.

"Dir lo lagi ada masalah?" Tanya arvin dan mendapat gelengan dari dira

"Cerita dira, jangan bikin otak gue bertanya-tanya kaya gini" Kata arvin kesal, dirapun meninggalkan arvin dan membayar minumannya dan juga minuman arvin tentunya.

"Gue nungguin dia jelasin tapi dia malah kaya gitu ke gue" gerutu adira yang sedang kesal dan sedikit berlari ingin cepat sampai ke villa.

Akhirnya adirapun sampai di villa dan dira menaruh belanjaannya di meja bar dan meninggalkannya disana, ia berlari ke kamarnya yang berada dilantai paling atas.

Sedangkan vina dan rangga yang tengah berada di sofa yang melihatnya hanya bertanya-tanya ada apa dengan dira .

"Ka dira kenapa ya? Belanjaannya mana?" Tanya vina pada rangga

"Emang kak dira gak cerita sama kamu? kalo lagi punya problem?" Rangga berbalik bertanya pada vina, dan vina hanya diam mencerna kata rangga, benar dirinya tidak pernah mendengarkan adira bercerita dan adira selalu terlihat baik-baik saja jika didepan vina, ia harus bertanya pada kakaknya ini.

"Aku nyusul ka dira dulu, kamu lihat dibawah ada belanjaan yang kak dira beli gak" Ucap vina pada rangga dan melangkahkan kakinya menuju lantai dimana kamar kakaknya berada.

"Ka dira ini vina, vina masuk ya" Kata vina

Disini dira berada dikasur tengah memeluk guling, ia menjauh dari vina agar emosinya tidak meluap karna ia terlalu kesal pada arvin, tapi vina malah menghampiri kakaknya ini, disinilah ujian adira dimulai ia harus bisa menahan kekesalannya pada arvin karna jika tidak vina akan menjadi pelampiasaan dira, ia tidak mau membentak vina maka dari itu ia akan berusaha menahannya.

"Ya masuk" Kata adira dan mengubah posisinya menjadi duduk, dan vina pun melangkahkan kakinya ke kamar adira.

"Ka lo kenapa? Lo gamau cerita ke gue? Gue ade lo ka, gue bisa jadi temen cerita lo, gue selalu cerita sama lo apapun yang terjadi sama gue, sedangkan lo? Selalu nyembunyiin apapun hal tentang lo dari gue, gue ade lo kan ka? Lo gak percaya sama gue? Terus buat apa kak gue cerita sama lo kalo gue gak percaya sama lo? Seharusnya kita bisa saling terbuka, bisa saling berbagi cerita, dan bertukar cerita ka, bukannya nyembunyiin masalah kaya gini" To the point vina yang kesal kepada adira, vina memang sedari dulu tidak pernah mendengarkan adira bercerita, jadilah emosinya dan kekesalannya meluap, sedangkan adira membiarkan vina untuk mengeluarkan isi hatinya untuk dirinya.

"Gue bukan gak mau cerita sama lo, gue cuma gak mau, intinya adahal yang harus lo ngerti dan gue gak mau ngebebanin lo" ucap dira

"Bareng-bareng ka, gue elo kita harus bisa semakin terbuka satu sama lain" kata vina menunjuk dira

ADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang