Part 46

74 4 0
                                    

Part 46

Sosok lelaki tampan duduk santai di depan rumah yang masih terasa asing baginya. Rumahnya dulu berada di gang, sekarang ia tinggal di rumah milik temannya yang depannya langsung jalan raya membuat ia memilih keluar melihat keramaian jalanan kota tersebut, ditemani secangkir susu rasa cokelat. Sosok lelaki yang baru saja mendapat musibah bertubi-tubi kini tengah merenung apa yang terjadi di dalam kehidupannya, saat SMP ayahnya meninggal dunia karena bunuh diri tak kuasa menanggung malu akibat bangkrutnya usaha yang didirikannya bertahun-tahun, sosok itu rapuh hatinya kembali mengalami kejadian pahit dimana sebelah kakinya terluka dan mengakibatkan dirinya tak bisa mengikuti kegiatan basket lagi serta sekarang ia dan keluarganya baru saja diusir oleh pemilik rumah kostnya karena berbulan-bulan tak bisa membayar sewa.

Sosok itu ialah Elang Novandinata, lelaki yang baru menginjak umur 17 tahun itu nampak murung dan memilih duduk sendirian di depan rumah. Adik-adiknya dan ibunya tengah berada di dalam menonton televisi mungkin ada yang tidur. Elang menolehkan kepalanya ke samping dimana ada kado dari teman-temannya, memang ulang tahunnya bersamaan dengan ulang tahun adik bungsunya. Tapi tahun ini sangat beda sekali, Elang pernah merasa menyerah dalam hidupnya yang terus diuji oleh sang Kuasa namun itu tak berguna, menyerah menurutnya itu bukan dirinya. Elang berusaha bangkit, bangkit dalam kehidupannya yang penuh kepahitan. Baru saja ia dengar, ibunya terkena phk tapi ibunya nampak berbohong padanya dan adik-adiknya. Sedih? Pasti, Elang bingung harus bagaimana dengan kondisinya yang seperti ini. Belum lagi sppnya dan adik-adiknya yang sudah menunggak. Jika dirinya dan adik-adiknya tak segera membayar, tamatlah dirinya dan adik-adiknya karena pastinya akan dikeluarkan dari pihak sekolah.

Dua kali, Elang mendapat suara peringatan namun ia tak berani memberikannya pada ibunya. Ibunya telah bekerja sangat keras, Elang sebagai anak sulung serta satu-satu anak laki-laki harus mencari jalan keluarnya.

"Apa gue harus keluar sekolah? "Elang tertawa miris jika itu benar terjadi.

Ia memiliki impian sangat besar nantinya, apakah impiannya itu bisa menjadi kenyataan? Apakah hidupnya harus sulit dan penuh kepahitan seperti ini? Ia tak tau dan hanya bisa berpasrah saja. Elang yakin kebahagiaan itu akan datang namun masih belum waktunya saja datang sekarang. Tuhan sedang mengujinya dengan memberikannya cobaan bertubi-tubi.

Elang memejamkan matanya, terlalu lama memikirkan kepedihan hidup membuat kepalanya makin pening dan sekarang ia mulai memikirkan kebahagiaan kecil beberapa jam yang lalu.

"Elang, Lea belikan jaket lho bagus kan? Style ala korea, ntar Elang tambah ganteng. "

Ucapan Lea selalu membuat perasaan senang, berulang kali tingkah Lea yang konyol itu selalu berhasil membuat dirinya tertawa. Sungguh bahagianya memandangi raut wajah Lea yang sedang antusias terhadap sesuatu.

" Lea Lea, lo imut, cantik, lucu, comel ah banyaknya. "Elang terkekeh pelan lalu membuka kembali maniknya.

" Andai saja lo ditakdirkan buat gue, ah enggak lah. Gue gak boleh maruk, Lea milik Daniyal. "Elang menghembuskan napasnya begitu berat dan rasanya dadanya sesak sekali.

" Gue suka sama lo, gue cinta sama lo. "Elang mengusap wajahnya lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya.

" Tapi gue gak boleh egois, Daniyal udah baik sama gue. Rasanya kayak gak tau diri aja. "tangan Elang meraih secangkir susu dan meminumnya.

Selanjutnya, Elang meraih jaket yang masih terbungkus plastik bening. Jaket berwarna hitam dan kuning. Ia tersenyum lalu membuka bungkusnya dan mencoba memakai jaket kado dari Lea.

" Ada parfum? "Elang tersentak kala saat tangannya mencoba merogoh saku jaket ternyata ada sekotak parfum berukuran kecil.

" Lea.. "lirih Elang.

Dulu hanya sebatas menganggumi sosok gadis centil dari kejauhan saat masih MOS kelas 10 tapi makin lama ia jatuh hati pada pesona gadis itu semenjak gadis itu menjadi teman sekelasnya ditambah lagi sikap perhatian Lea itu yang membuatnya seringkali tak bisa tidur. Seiring berjalannya waktu ia sadar, hanya nama Daniyal yang berada di hati Lea.

Bukanya dibilang gampang baper atau apa, memang ia sangat menyukai wanita perhatian seperti ibunya. Wanita yang memiliki sikap keibuan dan suka perhatian itulah yang membuatnya kagum. Yah mungkin bisa dibilang salah satu tipe istri idaman Elang di masa depan nantinya.

"Mikirin istri idaman? Hidup gue aja masih gini-gini amat. "Elang memilih tak melepaskan jaket dari Lea, rasanya hangat sekali dan cocok ia pakai.

" Sekarang yang harus gue pikirin, gue harus cari uang yahh walau kondisi yang tak memungkinkan. "Elang menatap kakinya, dokter menyuruhnya untuk istirahat selama seminggu dan pastinya membayangkan itu baginya sangat membosankan.

Elang akan gunakan waktu dalam seminggu itu membantu ibunya bekerja. Apalagi Nara, yang mungkin saja masih merasa takut semenjak kejadian kecelakaan kemarin lalu pasti Nara masih ingin di rumah dan membuat ibunya juga di rumah.

"Hey kak! "

Elang tersentak kaget kala seseorang menepuk bahunya dari belakang.

" Tiara, ngagetin aja kamu itu. "Elang menyuruh Tiara duduk di sampingnya. Btw, Tiara berusia 15 tahun (Smp).

" Kamu kok gak tidur? "tanya Elang cemas pada adiknya.

" Belum ngantuk. "Tiara menggelengkan kepalanya, lalu ia menyenderkan kepalanya ke pundak kakaknya.

" Kakak juga ngapain di sini? Padahal cuaca lagi dingin banget." Tiara menatap wajah kakaknya, seperti ada sesuatu yang disembunyikan kakaknya.

Dan ia baru sadar kalau kakaknya sekarang memakai jaket baru pemberian dari Lea.

"Kakak lagi pengen aja dan sama kayak kamu. Gak bisa tidur. "Elang terkekeh pelan.

" apa kakak lagi suka sama seseorang? "tanya Tiara penasaran.

" Ah enggak. "Elang langsung gugup, sungguh ia tak bisa menyembunyikan perasaannya jika sudah berhadapan dengan adiknya.

" Kakak bohong ih, suka sama kak Lea kan? Hayoloh ketauan! "Tiara terkikik geli saat kakaknya salah tingkah.

" Percuma goda kakak, kak Lea itu pacarnya kak Iyal. Kakak mah cumah ngagumin doang kok. "Elang merangkul adiknya itu.

" Bertepuk sebelah tangan, duh kasihan kakakku ini."Tiara mencubit pipi Elang pelan.

"Gapapa, daripada mati rasa. "
" Huh. "

" Oh ya yang lain, udah tidur kah? "tanya Elang bingung pada Tiara.

" Udah kak, ayo kak tidur. Kakak juga banyakin istirahat, libur seminggu nih. "

" Tiara... "Panggil Elang pada adiknya.

" Iya kak? "

" Maafin kakak ya, keadaan kakak ini--"ucapan Elang terpotong kala jari telunjuk adiknya berada di hadapan bibirnya.

"Kakak jangan salahin diri sendiri. Disini kakak gak salah kok, ini sudah takdirnya keluarga kita dan kakak jangan merasa terbebani sendirian. Masih ada adik-adik kakak, kita saling sama-sama menguatkan. "Tiara tersenyum lembut, melihat kakaknya murung begini hatinya menjadi sedih dan ia tau kakaknya sudah sangat bekerja keras sampai sekarang ini.

" Sayang kamu. "Elang memeluk adiknya erat, bebannya sedikit lebih ringan setelah mendengar ucapan Tiara.

" Sayang kakak juga, kakak jangan sedih gini. Kasihan Nara sama ibu. "Tiara membalas pelukan kakaknya.

" Iya ya. "Elang mengusap rambut adiknya pelan.

...

Baby Breath (Sequel My Baby Boy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang