Part 47

286 10 0
                                    

Part 47

"Kamu buat bunda khawatir aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu buat bunda khawatir aja. Sakit kok gak bilang sih, malah bunda taunya dari Lea. "Nadya menghembuskan napasnya lelah, ia mengusap rambut Daniyal lembut.

Suhu Daniyal masih saja tinggi dan kini malah anaknya itu mengadu kepalanya tengah pusing.

" Kecapekan nih pasti. Kata Lea juga, kamu sempat mimisan di sekolah. Seringnya begadang ini. "omel Nadya dengan nadanya yang kesal.

Daniyal memang sangat sulit dinasehatin, sama seperti Syifa dan inilah akibatnya jika tak mau mendengar nadehat dari orang tua.

" Lea cerita banyak ya bun? "tanya Daniyal, suaranya lemah sekarang. Tubuhnya menggigil membuat bundannya memberikan selimut tebal berdouble.

" Iyalah, bentar lagi juga ke sini. "

" Jangan dong bun! "Daniyal menggeleng lemah.

" Biarin, biar kamu cepat sembuh diurus sama pacarmu. "Nadya terkikik geli, ia malah menggoda anaknya. Memang anaknya itu tak pernah cerita soal asrama jadi begini rasanya menggoda Daniyal, baginya menyenangkan sekali.

" Bunda, jangan gitu dong. "Daniyal mendengus dan enggan menatap bundannya sekarang.

" Halah jangan ngeles, dalam hatimu juga bunda tau pasti mau banget. "Nadya tersenyum lebar lalu merapikan buku-buku sekolah Daniyal ke lemari meja belajar.

" Bunda, biar Daniyal aja. "

" Gapapa, bunda udah lama gak beresin kamar kamu. Dulu bunda seneng banget beresin kamar anak-anak bunda eh sekarang dah gede dah bisa sendiri. "Selepas membersihkan kamar Daniyal, Nadya meminta bibi membuatkan minuman hangat untuk Daniyal.

" Waktu bisa cepet banget, dulu kalau kamu sakit gini suka manja sana bunda, sekarang dah ada yang manjain kamu. "

Daniyal menutupi wajahnya dengan selimut, ia tak mau bundanya melihat wajahnya yang memerah.

" Maafin bunda ya sayang, bunda nanti harus nemenin Nevan. "Nadya meraih tangan anaknya dan memijitnya pelan.

Daniyal kembali menatap bundanya sendu.

" Bunda, jangan minta maaf ke Daniyal. Daniyal yang salah, Bun. Seharusnya Daniyal jadi anak nurut dan tidak membantah ucapan bunda. "Daniyal menggenggam tangan bundanya.

Nadya tersenyum lebar dan tak disangka air matanya keluar begitu saja. Daniyal yang tau itu segera memposisikan duduk dan menyeka air mata bundanya.

" Bunda, jangan nangis, "ujar Daniyal.

" Bunda sebenarnya tidak melarang kamu ataupun menghentikan kamu yang suka gambar dan lukis. Bunda hanya ingin kamu tau tempat dan waktu. Boleh nak kamu melakukan hobbymu itu tapi bunda minta, kamu juga harus bisa membagi waktu. Kamu tau, bunda dikasih kabar kamu sakit langsung bunda panik ke rumah. Bunda panggil dokter juga dan sedihnya bunda tau dari orang lain meski itu pacar kamu. "Nadya mengusap sisi pipi Daniyal lembut.

" Maaf---"

"Jangan minta maaf, Daniyal. Kamu sudah sering meminta maaf karena sakit gara-gara begadang gini, tiap orang juga kondisi tubuhnya beda. Tubuh kamu gak kuat kalau begadang apalagi akhir-akhir ini kamu sering menggambar sampai mimisan kemarin. Sekarang, bunda hanya minta kamu bisa bagi waktu, insyaAllah kamu tidak akan mengalami kesulitan. "

" Kalau kamu belum yakin, kamu bisa merenungkan. Memikirkan apa itu baik saran dari bunda atau tidak tapi bunda yakin kamu bisa memilih cara yang terbaik menurut kamu sendiri. Meskipun, bunda tidak tau apa yang kamu kerjakan sampai kamu begadang, tidak mungkinkah kamu hanya menggambar tanpa alasan? "lanjut Nadya. Nadya memandang raut wajah Daniyal yang sudah terbaca baginya, seprang ibu yang sudah membesarkan dan merawat anaknya dari kecil hingga dewasa pastinya sudah tau bagaimana sikap anaknya dan gerak-gerik anaknya. Nadya tau bahwa Daniyal tengah menyembunyikan sesuatu dan ia yakin bahwa apa yang dikerjakan Daniyal sampai membuatnya sakit pasti ada alasannya.

"Maafin aku, Bun. Sebenernya, aku kerja keras akhir-akhir ini. "

" Kerja? Emangnya kamu kerja apa? "

" Aku punya tempat les lukis dan aku juga buka jasa pembuatan cover untuk novel. "Daniyal menundukkan wajahnya, rasa bersalah karena menyembunyikan rahasianya sekian lama.

" Kenapa kamu kerja nak? Apa kamu butuh uang banyak? Untuk apa? "Tanya Nadya beruntun.

" Aku hanya ingin menunjukkan suatu saat nanti kalau aku ini bisa lebih baik dari abang. Ayah sering membedakanku dengan Bang Adit, perkataan ayah kemarin membuatku kepikiran terus Bun. Aku gak mau dicap anak tak berguna oleh bunda dan ayah dan juga--"Daniyal mendongakkan wajahnya, menatap raut wajah bunda yang mendung.

"--Aku iri melihat bang Adit yang selalu membanggakan ayah dan bunda. Bang Adit punya banyak sekali prestasi dalam bidangnya apalagi piala berjejeran di ruang keluarga dan ayah yang selalu mengungkit-ungkit prestasi bang Adit di depanku. Aku iri bun, aku iri atas pencapaian abang saat masih sekolah. "

Nadya langsung memeluk Daniyal erat. Sungguh tak disangka anaknya bisa serapuh ini karena ucapan Bryan yang mungkin tak sadar menyakiti batin Daniyal. Bryan memang selalu membandingkan antara Adit dan Daniyal pasti tidak ada anak yang tidak sakit hatinya kala dibeda-bedakan oleh orang tua dan lebih sakitnya dibedakan dengab saudara sendiri.

"Kenapa kamu tak bilang ke bunda? Kamu selalu diam seperti ini jadi bunda tidak tau kalau kamu selalu memikirkan perkataan ayahmu itu. "Nadya melepas pelukannya dan kini menangkup pipi anaknya.

" Bunda, tolong jangan marahin ayah. Ucapan ayah memang benar, aku jadi anak selalu menyusahkan ayah dan bunda. "

" Enggak sayang, semua anak bunda itu sama dimata bunda. Gak ada yang lebih menonjol, semuanya rata. Jangan berkata tidak berguna, kamu anak bunda yang membanggakan bunda juga. Bunda senang banget kamu bisa menggambar sebagus itu. "Nadya menggelengkan kepalanya cepat, ia tak menyetujui ucapan Daniyal baru saja dilontarkan tadi.

" Setiap anak bunda dan ayah itu memiliki bakat yang luar biasa. Bang Adit yang jago basket dan sekarang mau jadi pengusaha, kamu sangat pintar mat dan gambar terus kamu ingin jadi arsitek kalau nggak jadi desain, Syifa yang ingin jadi dokter dan memang suka semua pelajaran IPA dan terkahir, Nevan yang akhir-akhir pintar sekali dalam menyampaikan pendapat, berpidato dan paling bagus kalau presentasi. Semuanya anak bunda itu menakjupkan, bunda bangga memiliki anak hebat seperti kalian. Udah ya nak, tolong jangan berkata seperti itu lagi. Hati bunda ikut sedih dan bunda harap kamu jangan membenci ataupun iri pada bang Adit. Sekarang bunda tanya, apa bang Adit pernah sombong ke kamu? "

" Tidak bun, tidak pernah. "

" Sudah ya jangan iri pada abangmu lagian rasa iri itu juga tidak baik dan intinya anak bunda semuana hebat. Sekarang, kamu tidur siang ya nanti Lea ke sini mungkin malem. "

" Ah bunda nih masih inget aja sama Lea. "

Ketika Nadya sudah keluar dari kamar. Daniyal merenungkan ucapan bundanya, rasa iri itu bisa jadi penyakit tapi sangat sulit dihilangkan. Sepanjang hari ucapan ayahnya selalu terngiang-ngiang dipikirannya. Ia memiliki bakat tapi belum bisa menunjukkan pada keluarganya seperti keberhasilan meraih sesuatu dari bakatnya. Tapi ia juga teringat ucapan bundanya,

"Bunda memperbolehkanmu bekerja, tapi ingat! Sekolah itu yang utama. Kamu juga harus pandai mengatur waktu dan banyakin berkumpul dengan keluarga juga teman. Nyesal lho nantinya saat kamu udah dewasa, gak bisa ngerasain gimana rasanya bahagia berkumpul bersama teman - teman. "

Sekarang Daniyal bingung sendiri, berkumpul? Rasanya sudah lama ia tak merasakan, semenjak kejadian dimana ia pernah dikhianati oleh seorang teman.

...



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby Breath (Sequel My Baby Boy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang