"Jadi, pipi kamu kenapa sayang?" tanya Bunda Lina. Semuanya menunggu jawaban Mazaya.
"Ehm ini, cumaa..." jawab Mazaya ragu sambil memegang pipinya.
"Ya udah gak papa kok kalau gak mau cerita sayang," ujar Bunda Lina yang merasa Mazaya belum ingin cerita. Mazaya mengangguk dan tersenyum.
Pak Rehan menggenggam tangan kanan Mazaya, menyalurkan kekuatan untuk Mazaya. Mazaya menatap Pak Rehan lalu tersenyum memberikan jawaban kalau ia kuat.
Rena datang sambil sedikit berlari kecil, ia menggenggam ponsel yang berdering.
"Mbak Aya, ini ponsel Mbak dari tadi bunyi," ujar Rena sambil menghampiri Mazaya, lalu Mazaya ambil ponsel yang diulurkan Rena. Helaan nafas Mazaya membuktikan ia malas mengangkatnya. Ada nama Mama di layar ponselnya.
"Angkat aja," ujar Pak Rehan. Mazaya mengangguk.
"Halo Ma?"
"Kamu di mana Aya?"
"Aya lagi di rum.."
"Mama mau ke bandung sekarang juga sama papa, mendadak, kamu hati-hati ya di rumah, Mama berangkat, daah."
Tutt.. tut
Mazaya memejamkan matanya sejenak, belum sempat ia menjawab, mamanya sudah memotong dan lihatlah bahkan sekarang pergi lagi.
Mamanya tipe orang yang cepat melupakan sesuatu, lihatnya bagaimana sekarang, setelah kejadian tamparan itu mamanya seakan tidak pernah melakukannya. Jangan heran, jika Mazaya sering dilupakan.
Goresan luka Mazaya terbuka lagi, perih rasanya mengingat kejadian itu. Pertama kalinya mamanya main tangan. Tamparan itu tidak sesakit hatinya rasakan, ucapan mamanya menusuk hingga ke tulang.
"Hmm," deheman Pak Rehan menyadari Mazaya.
Mazaya lalu membuka matanya yang kini sudah memerah hendak menangis, tapi masih Mazaya tahan mengingat masih ada orang di ruangan itu.
Pak Rehan yang menatap Mazaya pun ikut sedih. Beban yang dihadapi wanitanya sangat berat, karena hal itu lah Pak Rehan membawanya ke rumah orang tuanya agar kesedihannya teralihkan. Sudah lama ia merencanakan itu hanya saja tidak ada kesempatan, giliran ada kesempatan malah pada saat Mazaya sudah sangat terpuruk. Pak Rehan mengingat bagaimana lajunya Mazaya menyetir tadi sore.
Flashback On
"Mas, kita ke supermarket dulu ya," ujar Rena.
"Hmm," deheman Pak Rehan sebagai jawaban iya.
Hari ini Pak Rehan akan pulang ke rumah orang tuanya. Mobil melaju dengan kecepatan normal, tiba-tiba ada mobil yang memotong mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pak Rehan terkejut bukan main, saat melihat mobil itu ia teringat bahwa itu mobil Mazaya. Pak Rehan mengejarnya dengan kecepatan tinggi, ia khawatir kepada Mazaya.
Bagaimana bisa dia menyetir kayak orang tidak waras gitu, begitulah kira-kira pemikiran Pak Rehan.
"Mas apa-apaan sih ini, jangan laju-laju Mas," ujar Rena dihiraukan Pak Rehan.
Pikiran Pak Rehan hanya tertuju pada Mazaya. Dia menyetir dengan hati-hati walau dengan kecepatan tinggi.
Mobil Mazaya berhenti mendadak membuat Pak Rehan mengerem dengan mendadak pula. Pak Rehan buru-buru membuka pintu, ia sudah sangat ingin memarahi Mazaya saat itu juga. Pak Rehan berlari kecil menghampiri mobil Mazaya lalu mengetok pintu kaca mobil Mazaya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Pergi? (SELESAI)
Romantik[Romance~Comedy) Cerita SELESAI. ------------------------------------------- "Jadi, saya harus ngerjain apa Pak untuk menembus kesalahan saya?" Mazaya tetap tersenyum Awas aja kalau kali ini salah lagi, batin Mazaya. "Kamu mau sogok saya," ucap Pak...