20| Lelucon Pak Rehan

771 51 16
                                    

Sesi cerita usai dan berakhir dengan lega yang Mazaya rasakan. Saat ini Pak Rehan sedang menceritakan percintaan abangnya sendiri yang mengundang gelak tawa Mazaya.

"Bapak ihh, jahat banget, abang sendiri padahal," ujar Mazaya tertawa.

"Saya serius, dramatis dia itu, pengen muntah lihat raut wajahnya," ujar Pak Rehan.

"Namanya juga patah hati Pak. Bapak mah gak kan ngerti."

"Emang kamu pernah patah hati?" tanya Pak Rehan.

"Enggak," kekeh Mazaya. Pak Rehan hanya bisa menghela nafasnya.

"Terus kamu tahu dari mana rasa sakitnya."

"Dari Sarah, dia kan pernah patah hati, tapi enggak dramatis kayak Bang Reza," kekeh Mazaya.

Mazaya sungguh sulit menahan tawanya, setelah mendengar semuanya dari Pak Rehan tadi, tapi juga ikut kasihan.

"Dasar bidadari nyasar," ujar Pak Rehan sambil menjentikkan jarinya di kening Mazaya.

"Akhh," ringis Mazaya.

"Sakit tauuu," ujar Mazaya manyun. Padahal Mazaya hanya acting doang.

"Dasar alien," ujar Mazaya lagi. Pak Rehan langsung memeluk Mazaya.

"Eeeh eehh, lepass gak, cari kesempatan aja luu," kekeh Mazaya, padahal ia juga ingin dipeluk cuma sok jual mahal.

"Lahh udahan peluknya?" tanya Mazaya. Sepertinya ia merajuk, begitulah pemikiran Mazaya.

"Hmm," deheman dari Pak Rehan.

Mereka masih duduk sebelahan, saat ini Pak Rehan sedang menatap lurus, sedangkan Mazaya menatap Pak Rehan yang duduk di sampingnya.

"Ya elahh, alien segala merajuk," ujar Mazaya mengulum senyum. Pak Rehan hanya diam.

Mazaya langsung memeluk Pak Rehan dari samping, melingkarkan tangannya di pinggang Pak Rehan agak ke atas dikit, sedangkan yang dipeluk malah terkejut, tidak banyak diam, Pak Rehan langsung memeluk Mazaya erat, kepala Mazaya sudah berada di dada bidang dosennya. Rasa nyaman dipelukkan Pak Rehan itu sungguh menenangkan.

"Kenapa Bapak bisa sayang sama wanita kayak saya?" tanya Mazaya tetap memeluk Pak Rehan.

"Karena kamu wanita istimewah," jawab Pak Rehan.

"Ya iyalah saya kan bidadari," ujar Mazaya mengulum senyum.

"Tapi Pak, awas entar telinga Bapak betulan rusak karena deket saya terus," kekeh Mazaya.

"Telinga saya udah kebal sama jeritan kamu," ujar Pak Rehan mengulum senyum. Jangan lupakan mereka masih berpelukan. Mazaya mencubit pinggang Pak Rehan dan yang dicubit pura-pura kesakitan. Mereka pun tertawa.

"Saya bahagia Bapak jujur sama saya," ujar Mazaya mendongak ke atas dan memandang Pak Rehan.

"Saya juga bahagia, kamu mau buka hati untuk saya," ucap Pak Rehan tersenyum.

Selesai Mazaya menceritakan segalanya tadi, Pak Rehan pun jujur tentang perasaannya, respon Mazaya kala itu terkejut bukan main, Mazaya hanya berkata akan membuka hati untuk Pak Rehan. Setelah itu, untuk menghilangkan deg-deg an yang dirasakan keduanya, Pak Rehan cerita tentang percintaan abangnya dan berhasil membuat Mazaya tertawa.

"Mulai saat ini, kamu jangan memendam rasa sakit kamu sendirian, kamu mengerti," ujar Pak Rehan. Mazaya mengangguk.

"Saat kamu sudah tidak sanggup membendung air matamu, berlarilah kepada saya, peluk saya dan tumpahkan tangis kamu," ujar Pak Rehan lagi. Mazaya mengangguk, matanya sudah memerah karena terharu dicampur bahagia. Bahagia karena sosok pria didekatnya itu hadir. Mazaya sangat bersyukur.

Kenapa Pergi? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang