Seperti arti lagu di atas tentang kehidupan yang hanya sebentar.
Sama dengan isi cerita ini.
Cerita ini semata-mata ingin memberikan pelajaran mengenai kehidupan, semoga Mak berhasil dalam menulis cerita ini dan kalian bisa mengambil pelajarannya🤗Maaf mak banyak banget naburin bawang di cerita ini😭
Percayalah mak juga menangis.Baca sampai habis karena ada kejutan😁
Happy Reading
------------------------------------Mazaya berdiri menyaksikan pemandangan yang sama sekali tak pernah ia inginkan untuk dilihat. Dibayangkan olehnya saja tak pernah, tapi kenyataan memaksanya untuk menyaksikan proses pemakaman pujaan hatinya, dosennya, alien nya, calon suami? Apa ia boleh mengatakan calon suami!
Air matanya sudah mengalir sangat deras walau isakkan ia tahan semampunya. Dadanya sudah sangat sesak.
Sangat menyakitkan melihat detik-detik itu bagi Mazaya. Waktu seakan melambat menghantarkan rasa tak rela. Rasanya ia ingin ikut pergi bersama Pak Rehan. Namun, belum saatnya ia mati.
Proses pemakaman berlangsung dengan tenang. Tidak ada teriakan sama sekali. Keluarga Pak Rehan berusaha ikhlas, bagaimana pun mereka tak bisa melawan takdir. Begitu juga dengan Mazaya.
Mazaya mengingat semua ucapan Pak Rehan menghantarkan sesak di dadanya. Jika dulu, Pak Rehan lah yang menasehati dan menenangkannya, kali ini tidak, karena orang itu sudah pergi dari Mazaya. Sudah pergi untuk selama-lamanya. Hanya ucapan Pak Rehan yang bisa menguatkannya. Ia sudah berjanji pada Pak Rehan untuk tetap mencari kebahagian.
Proses pemakaman pun selesai. Sudah banyak para pelayat meninggalkan pemakaman. Tinggallah keluarga Pak Rehan, sahabat-sahabat Mazaya, orang tua Mazaya dan Mazaya.
"Han, Bunda gak nyangka kamu cepat pergi," ucap Bunda Lina.
"Bunda gak nyangka kamu duluin Bunda."
"Sakit Han kamu ninggalin Bunda."
"Sakit banget."
"Bunda gak boleh sedih ya kan, Han," lirih Bunda Lina.
"Bunda yang kuat," ucap Ayah Adinata.
Bunda Lina memeluk suaminya itu.
"Mas, kenapa pergi?" tanya Rena yang pastinya tidak akan bisa dijawab Pak Rehan.
"Rena sayang sama Mas Rehan."
Reza memeluk adiknya itu sangat erat.
"Bang, kenapa Mas Rehan pergi ninggalin kita?" tanya Rena pada Reza.
"Adek Abang harus kuat ok," ujar Reza yang diangguki Rena pelan.
"Han, Abang pasti jaga Bunda dan Rena sesuai perintahmu," ujar Reza. Ia berusaha sangat tegar, bagaimana pun ia anak laki-laki pertama, ia harus membantu ayahnya untuk menenangkan dua wanita di hidupnya, ibu dan adiknya.
Kenapa pergi secepat ini, kenapa pergi? Aya gak setegar yang bapak harapkan, Aya rapuh pak, rapuhh...
Pak, kenapa ninggalin Aya? Kenapa? Aya gak tahu apa bisa hidup tanpa bapak.Masa-masa itu sudah menjadi kenangan manis, sangat manis tapi, Aya harus apa pak? Rindu itu pasti menyiksa Aya bukan? Bapak tega buat Aya terluka. Bapak jahat...
Sesuai janji Aya sama bapak, Aya akan berusaha mencari kebahagian. Aya akan berusaha untuk tetap bahagia walau tanpa bapak tapi, bapak selalu ada di hati Aya, begitulah batin Mazaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Pergi? (SELESAI)
Romansa[Romance~Comedy) Cerita SELESAI. ------------------------------------------- "Jadi, saya harus ngerjain apa Pak untuk menembus kesalahan saya?" Mazaya tetap tersenyum Awas aja kalau kali ini salah lagi, batin Mazaya. "Kamu mau sogok saya," ucap Pak...