40| Mencari Mazaya

766 52 0
                                    

*Rumah Adinata

Pak Rehan duduk di ranjang, ia menatap kotak kecil yang akan ia berikan pada Mazaya nanti malam. Jantungnya berdetak lebih kencang dari kenormalannya. Senyumnya sudah terlukis sejak ia bangun tadi. Pak Rehan sudah rapi dengan kemeja abu yang ia kenakan, tak lupa rambut yang terlihat lebih mengkilap menambah kewibawaannya tentu sangat mempesona.

"Permudahkan, Ya Rabb," ujar Pak Rehan.

*Kampus

Pak Rehan berjalan santai menuju ruangan yang akan ia isi materi. Jangan lupakan senyuman manis Pak Rehan.

"Pagi Pak."

"Pak."

Para mahasiswa/mahasiswi menyapa dosen tampan mereka, siapa lagi kalau bukan Pak Rehan. Mereka heran memandang Pak Rehan yang tersenyum sangat manis tidak seperti biasanya yang datar. Para mahasiswi pun semakin terkagum-kagum.

Pak Rehan mengangguk tanda respon sapaan para mahasiswa/mahasiswi. Ia terus berjalan menuju ruangan yang terdapat pujaan hatinya.

"Pagi semua," ucap Pak Rehan saat memasuki ruangan Mazaya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Pak Rehan mengerutkan dahinya pertanda ia sedang heran.

"Bapak cari siapa?" goda Rido.

Pak Rehan menetralkan ekspresinya langsung.

"Tidak, hanya melihat siapa yang tidak ada di sini," ucap Pak Rehan.

"Perempuan yang duduk di situ ke mana?" tanya Pak Rehan. Semuanya menggeleng termasuk sahabat-sahabat Mazaya dan semakin membuat Pak Rehan heran.

Tiba-tiba dada Pak Rehan berdetak cepat bukan karena deg-deg an, tapi lebih ke khawatir. Setelah chat an dengan Mazaya kemarin malam, ia memang tak ada menghubunginya lagi. Dan pagi ini, ia juga tak ada menghubungi Mazaya.

"Baik, kita mulai saja, kalian cari materi hari ini, saya izin sebentar," ujar Pak Rehan yang diangguki para mahasiswa/mahasiswi.

Pak Rehan keluar ruangan dan merogoh ponselnya, ia akan menghubungi Mazaya. Saat mendeal nomer Mazaya justru tidak aktif dan semakin membuat Pak Rehan khawatir. Tidak biasanya Mazaya seperti ini, begitulah pemikiran Pak Rehan.

Pak Rehan masuk lagi ke dalam ruangan.

"Maaf, tiba-tiba saya ada urusan, kelas hari ini cukup sampai di sini," ujar Pak Rehan yang membuat semuanya menatap heran.

"Baru aja masuk Pak," ucap Gading.

"Iya Pak," ucap mahasiswa/mahasiswi lainnya.

"Saya mohon maaf, ini mendadak," ujar Pak Rehan.

"Baik, kalian boleh meninggalkan ruangan," ujarnya lagi yang diangguki semuanya.

Satu persatu keluar ruangan, tersisa lah Pak Rehan, sahabat-sahabat Mazaya dan beberapa orang lagi.

"Kalian berempat tetap di sini sebentar," ujar Pak Rehan yang diangguki sahabat-sahabat Mazaya.

Tak lama menunggu, tersisa lah Pak Rehan, Renaldo, Deden, Rido, dan Sarah di ruangan itu.

"Ada apa Pak?" tanya Rido.

"Iya Pak. Bapak kayak khawatir gitu," ujar Sarah.

"Kalian tahu di mana Mazaya?" tanya Pak Rehan yang membuat Sarah, Renaldo, Rido dan Deden terkejut.

"Aya, emang dia ke mana Pak?" tanya Rido heran yang lain juga ikut heran.

"Ada yang tidak beres," ujar Pak Rehan.

Kenapa Pergi? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang