4 tahun kemudian.
Seorang wanita dewasa sedang berjalan memasuki ruko yang cukup besar dengan 2 lantai. Ia memakai dress panjang serta high heels menambah keanggunannya. Senyumnya terlukis di wajahnya yang putih dan bersih.
"Morning, Buk." Sapa karyawannya.
"Morning."
Wanita itu naik ke lantai atas. Ia meletakkan tasnya di meja. Kemudian ia berdiri di dekat jendela sambil memandang ke luar jendela. Ia mengagumi keindahan kota yang sudah ia tempati selama 4 tahun terakhir. Ia larut dalam pemikirannya.
"Sampai kapan kamu begini?" tanya seseorang padanya. Ia menoleh ke sumber suara lalu tersenyum.
"Sampai luka ini sembuh," ujar Mazaya.
"Mazaya, saya tahu kamu tidak bahagia di sini, tapi kamu juga enggan pergi dari sini," ujar Alexsa, sahabat Mazaya selama di Singapura juga partnernya berbisnis di dunia fashion.
"Terlalu rumit untuk dijelaskan," ucap Mazaya sambil tersenyum.
Mazaya sudah menetap di Singapura selama 4 tahun. 2 tahun di habiskan di rumah sakit untuk pengobatannya dan berhasil, ia sembuh total dari penyakit Leukimia. Namun, ia belum siap untuk kembali ke Indonesia, entahlah ia juga tidak tahu kenapa. Yang jelas ada luka yang belum sembuh dan sangat sulit untuk melupakan kesedihannya. Terlebih lagi, kesedihannya berasal dari Indonesia.
Setelah ia sembuh, selama 2 tahun juga Mazaya sudah berkecimpung di dunia fashion, ia juga tidak tahu kenapa justru berubah sangat drastis. Mazaya yang sekarang bukanlah Mazaya yang dulu. Jika dulu ia sangat humoris dan mudah bergaul, kini ia sudah menjadi wanita dewasa berumur 24 tahun yang minim ekspresi kecuali saat bersama orang yang ia kenal. Jiwa humorisnya juga menghilang sejak ia kehilangan sosok pria yang menjadikan hidupnya berwarna. Kini, hidupnya baik-baik saja. Namun, baginya sangat suram hanya ada sebuah lampu yang terangnya remang-remang.
"Hari ini Mama Ina menelponku lagi, pulanglah sebentar katanya," ujar Alexsa.
"Sa, kamu tahu jawabanku tetap sama," ucap Mazaya.
"Ya, aku tahu itu. Justru itu aku juga tak ingin mengubah kalimat suruhan itu, ini sudah 4 tahun dan kamu tetap tak ingin kembali walau sebentar."
"Entahlah, aku memang tak ingin kembali ke sana."
"Mazaya, kamu belum mencobanya, berdamai lah dengan kenyataan."
"Sampai kapan kamu tetap begini?" tanya Alexsa.
"Entahlah, aku juga tak tahu," jawab Mazaya.
Mereka pun duduk di sofa ruangan Mazaya. Alexsa memang sudah tahu segalanya karena Mazaya lah yang menceritakannya. Alexsa juga ikut bersedih dan prihatin melihat sahabat sekaligus partnernya itu. Ia dapat tanggung jawab untuk menjaga Mazaya sudah 4 tahun. Mereka berdua bertemu di rumah sakit saat Mazaya sedang santai duduk di kursi roda. Mereka berkenalan sejak pertemuan itu mereka dekat bahkan sangat dekat terlebih lagi penyakit mereka sama dan mereka juga sembuh bersama. Takdir memang begitu indah mempertemukan dua orang yang sama-sama berjuang.
"Bagaimana kalau aku ikut ke Indonesia, aku juga ingin berlibur rasanya," ucap Alexsa antusias. Mungkin jika ia ikut, Mazaya mau pulang ke Indonesia. Cara itu belum pernah Alexsa coba.
"Lalu siapa yang mengurus butik ini?" tanya Mazaya.
"Hmmm, kan ada Bang Alex," ujar Alexsa. Alex adalah abang kandung dari Alexsa. Nama mereka sengaja hampir sama.
"Aku tak ingin menambah beban abangmu itu," ucap Mazaya.
"Tenang saja, itu hal kecil baginya," ujar Alexsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Pergi? (SELESAI)
Romance[Romance~Comedy) Cerita SELESAI. ------------------------------------------- "Jadi, saya harus ngerjain apa Pak untuk menembus kesalahan saya?" Mazaya tetap tersenyum Awas aja kalau kali ini salah lagi, batin Mazaya. "Kamu mau sogok saya," ucap Pak...