6| Rencana

1K 75 0
                                    

Mazaya duduk di kursi yang sudah disediakan oleh sahabat-sahabatnya. Mazaya tetap memikirkan tugas tambahan yang diberikan oleh Pak Rehan.

Tugas apa coba sampai harus ke apartemennya segala, batin Mazaya.

"Aya lu kenapa sih, apa yang lu pikirin?" tanya Sarah heran melihat ekspresi Mazaya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Di apartemennya ada siapa aja coba, kalau ada yang tahu gimana? Gak profesional kali tuh orang, batin Mazaya.

"Aya lu mikirin apa?" tanya Suci.

Merasa tidak direspon oleh Mazaya, Deden inisiatif untuk teriak.

"WOI," pekik Deden. Sonta Mazaya terkejut dan menutup telinganya.

"Apa sih lu mekik-mekik segala, pendengaran gue masih berfungsi baik keles."

"Apaan masih berfungsi baik, Sarah nanya lu diam, Suci nanya lu juga diam, apa gak tuli kayak gitu," ujar Rido.

"Entah tu, habis ngapain lu sama kekasih lu sampai tuli, eeeh...ralat pekak deng," ucap Deden sambil tertawa. Mazaya memutar bola matanya malas.

"Emang kalian nanya apa?" tanya Mazaya bingung.

"Mereka nanya, lu mikirin apa?" ucap Renaldo.

"Oh itu, gue mikirin tugas tambahan gue besok," jawab Mazaya.

"Tugas tambahan!!" ucap Sarah dan Deden bersamaan.

"Wadaw, kompak bener ahhh, asikk ni," ujar Rido terkekeh.

"Kata nenek gue ya, kalau jodoh itu ada mirip-miripnya," ujar Rido membuat yang lain penasaran.

"Gini-gini, secara tampang, lihat hidung kalian berdua mirip, secara kelakuan sama-sama bar-bar terlebih lagi kalian sama-sama suka. Huahah," ujar Rido tertawa membuat yang lain ikut tertawa kecuali Sarah dan Deden.

"Sorry, gue gak suka sama ni bocah ya, bukan tipe gue kali," ujar Sarah sombong.

"Idih siapa juga yang suka sama lu, sok jual mahal lu, tapi gak laku-laku," kekeh Deden.

"Lu aja yang gak tau, gini-gini banyak yang ngantri ya, mon maaf yee."

"Banyak yang ngantri nagih hutang, haha," kekeh Deden. Sarah langsung melempar tisu yang ada di atas meja untung tisunya tidak pakai kotak tempat dan masih dalam kemasan, bisa-bisa benjol kepala Deden kalau ada tempat tisunya.

"Sakit markonah," ujar Deden sambil memegang kepalanya.

"Tuh kan cocok abiss dah," ujar Rido tertawa.

Keadaan hening sesaat, hingga Suci mulai bicara.

"Emangnya Aya pacaran sama Pak Rehan udah lama ya?" tanya Suci heran dan Mazaya melotot kepadanya. Suci hanya tersenyum tanpa dosa.

"Kalian apain Suci, sampai punya pertanyaan kayak gitu?" tanya Mazaya sinis.

"Bukan gue," ucap Sarah.

"Gue juga enggak," ujar Renaldo. Rido dan Deden pura-pura tidak mendengarkan.

Mazaya langsung memandang Rido dan Deden. Sudah dipastikan merekalah biang keroknya.

"Kalian dua kan!"

"Silahkan dimakan," ucap pelayan kantin meletakkan makanan yang sudah dipesan mereka.

"Gue lapar, sumpah Aya, simpan dulu ya," ucap Rido sambil mengambil piring berisi nasi goreng. Deden pun menganggukkan kepala tanda sejutu dengan perkataan Rido. Sebenarnya niat mereka hanya untuk menghindar.

Mereka pun makan bersama, sesekali mereka tertawa karena pertengkaran Sarah dan Deden. Selesai makan, mereka tetap mengobrol di kantin.

"Malam ini nginap tempat gue yuk," ajak Renaldo.

"Wah ayuk lah, gimana kalau kita bakar jagung nanti malam kan seru tuh. Aya yang beli semuanya," kekeh Deden.

"Enak di kalian, repot di gua fergusu," ujar Mazaya.

"Gimana kalau yang cewek belanja, kami di rumah Renal nunggu sekalian cari kayu bakar, setuju kan!" ucap Rido senang, itu bukanlah pertanyaan melainkan pernyataan yang tidak perlu dijawab.

Mazaya, Sarah dan Suci saling pandang, sebagai jawaban mereka pun mengangguk.

"Ok, kalau gitu," ucap Sarah.

"Tapi, awas ya kalau kalian malah asik-asikkan," ucap Mazaya mengancam. Pernah sekali mereka hanya asik-asikkan nonton dan tidak mencari kayu bakar. Hal hasil rencana bakar-bakar pun jadi, tapi larut malam. Takut terulang lagi, mengancam adalah cara terbaik buat mereka sadar.

"Amann, ya kan?" tanya Rido kepada Deden dan Renaldo. Mereka pun mengangguk sebagai jawaban iya.

"Lu gimana Suci, bisa ikutkan? kasihan Renal nanti," ucap Rido sambil tersenyum penuh arti.

"Ayuklah, gue dah baikkan kok," ujar Suci.

"Yakin?" tanya Renaldo memastikan dan menatap Suci pun tersenyum.

"Tuh kan dah ada yang khawatir," kekeh Rido.

"Ya udah berangkat yuk," ajak Deden. Mereka pun setuju.

Mereka bersama keluar dari kantin, berjalan menuju parkiran. Yang cewek naik mobil Mazaya, sedangkan yang cowok naik mobil Rido. Mereka berpencar karena yang cewek akan membeli segala bahan dan cemilan, sedangkan yang cowok langsung ke rumah Renaldo.

Kenapa Pergi? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang