Mazaya memandangi dirinya dari pantulan kaca. Memperhatikan setiap sudut dirinya yang mengenakan daster.
"Ok kok," kekeh Mazaya.
Mazaya sengaja mengurai rambutnya yang tidak terlalu panjang menambah kecantikannya berlipat. Mazaya keluar dari kamar Rena. Ia menuruni anak tangga. Pandangannya tertuju pada kerumunan beberapa orang yang sedang menatapnya.
Pak Rehan memandang Mazaya sambil tersenyum. Mazaya tersenyum pada semua orang."Nek, icu ciapa?" tanya bocah laki-laki berumur 3 tahunan.
"Tanya sama Paps mu," ucap Bunda Lina sambil menoleh ke Pak Rehan.
Mazaya mendekati Bunda Lina, ia masih tersenyum walau heran siapa mereka semua.
"Paps, tewek tantik icu ciapa?" tanya bocah itu pada Pak Rehan sambil menunjuk Mazaya. Mazaya menganga, tak percaya bocah itu memanggil Pak Rehan dengan sebutan Paps.
"Oom jangan Paps Nono," ujar seorang wanita. Mazaya mengira, dia adalah ibu dari bocah laki-laki itu dan di sebelahnya pasti ayahnya.
"Leno Mama, angan Nono!" ketus bocah itu yang tidak bisa mengucapkan huruf R.
"Kenalin Aya, mereka anak dari kakaknya Bunda," ujar Bunnda Lina.
"Saya Ranti, ini suami saya Heriawan," ujar Ranti.
"Mazaya, panggil aja Aya, Mbak."
"Ini anak mereka namanya Reno panggil aja Nono," kekeh Bunda Lina.
"Nenek loh, malu Leno di depan tewek tantik," rengek Reno. Semuanya tertawa.
"Kenapa Pak Rehan dipanggil Paps, Bunda?" Tanya Mazaya.
"Wajar anak kecil, dia ni banyak tingkah Aya," ujar Bunda Lina sambil mengacak rambut Reno.
Bocah laki-laki itu menggemaskan bagi Mazaya."Halo kenalin nama Tante Mazaya." Mazaya sambil menunduk. Reno menatap sinis.
"Calon Mams kamu," ujar Pak Rehan.
"Oh ini Mams Leno," ujar Reno cengengesan bahagia.
"Kapan Paps ama Mams punya dedek bayi?" tanya polos Reno. Mazaya melotot tak percaya, sedangkan yang lain tertawa.
"Huss mulut kamu Nono," ujar Ranti sambil membekap mulut anaknya itu.
"Maklumi ya Aya, anak kami ngikut Reza yang saraf itu," ujar Ranti sambil tersenyum.
"Gak papa Mbak," ujar Mazaya sambil tersenyum.
"Ya udah Bun kami ke pasar sekarang," ujar Pak Rehan. Bunda Lina mengangguk lalu memberikan catatan kepada Mazaya.
"Ayuk," ajak Pak Rehan sambil menggandeng tangan Mazaya.
"Leno ikutttt," ujar Reno sambil menggenggam tangan Pak Rehan.
"Mbak, anakmu kami culik bentar," ujar Pak Rehan sambil menggendong Reno.
"Awas Aya, nanti kamu direcoki Nono," ujar Ranti. Mazaya tersenyum lalu mengangguk.
Mereka keluar dari rumah menuju mobil. Reno dipangku oleh Mazaya.
"Ternyata kamu tetap menawan walau pakai daster," ujar Pak Rehan sambil menoleh ke Mazaya yang tersenyum.
"Namanya juga bidadari," kekeh Mazaya.
"Mams, nanti kita makan baco dulu ya," ujar Reno.
"Emangnya kamu belum makan Nono?" tanya Pak Rehan.
"Udah," jawab Reno.
"Ngapain makan lagi?" tanya Pak Rehan.
"Leno mau ajah, emangnya gak boyeh?" tanya Reno dengan muka melas.
"Uuhhh gemess," ujar Mazaya sambil mencubit pipi Reno.
"Boyeh kan Mams?" tanya Reno.
"Boleh dong, apa sih yang enggak buat Nono," kekeh Mazaya.
"Leno Mams, angan Nono," ujar Reno cemberut. Mazaya dan Pak Rehan tertawa.
Mereka pun sudah sampai di pasar. Pak Rehan memarkirkan mobil. Mereka semua keluar dari mobil, lalu berjalan layaknya keluarga bahagia dengan 1 anak. Banyak pasang mata yang kagum dengan mereka.
"Paps, Mams pegang tangan Leno," ujar Reno dianggukin Pak Rehan dan Mazaya.
"Anaknya imut banget sih Mbak," ujar seorang perempuan. Mazaya tersenyum, ia bingung mau jawab apa.
Mereka memasuki pasar yang cukup ramai. Mereka terlebih dahulu makan bakso sesuai permintaan bocah laki-laki bernama Reno. Selesai makan mereka berjalan mencari bahan-bahan yang tertera di kertas. Satu persatu sudah dibeli. Jangan lupakan banyak pasang mata yang memandangi mereka bertiga, banyak juga yang memuji.
Cocok banget mereka.
Anaknya gemesin.
Nikah muda pasti mereka.
Mereka berhenti tepat di depan penjual tahu, bukan mau beli tahu hanya saja Mazaya ingin mengecek harus beli apa lagi.
"Mams, beli tahu ompong itu," rengek Reno sambil menunjuk plastik tahu.
"Tahu ompong!" Mazaya heran.
"Tahu kopong Nono," kekeh Mazaya. Pak Rehan pun terkekeh.
"Tahu ompong pokoknya!" ucap Reno cemberut.
"Adeknya mau tahu ompong ini?" tanya Ibuk penjual tahu yang mengulum senyum.
"Boyeh kan Mams?" tanya Reno yang diangguki Mazaya.
"Udah salah, ngotot lagi," ujar Pak Rehan. Mazaya langsung mencubit pinggang Pak Rehan.
"Sakit sayangg," ujar Pak Rehan menggoda Mazaya.
"Dasar alien!" ketus Mazaya.
Ibuk penjual tahu pun terkekeh melihat interaksi keluarga dihadapannya itu.
"Tahu kopongnya 1 Buk," ujar Mazaya.
"Tahu ompong Mams, Paps bilang ama Mams itu tahu ompong," ujar Reno cemberut. Mazaya melihat Reno pun gemas.
"Tahu ompong sayang," ujar Pak Rehan menggoda Mazaya lagi. Mazaya menghela nafasnya.
"Tahu ompongnya buk 1," ujar Mazaya yang diangguki Ibuk penjual tahu.
"Ini Dek tahu ompongnya," kekeh Ibuk penjual tahu. Mazaya membayar tahunya. Reno meraih tahu ompong katanya itu.
"Asikk, nanti kita buat tahu isi ya Mams," ujar Reno yang diangguki Mazaya.
Mazaya sangat malu karena diperhatikan para penjual dan pembeli yang mendengar interaksi mereka dan jangan lupakan Pak Rehan yang menyebutnya sayang, makin menambah pasang mata dan memuji mereka. Ini gara-gara tahu ompong, begitulah pemikiran Mazaya.
**********
Jangan lupa follow dan vote ya...
Author enggak tahu ni, di daerah kalian sebut tahu itu apa. Jadi, maaf ya jika tidak sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Pergi? (SELESAI)
Roman d'amour[Romance~Comedy) Cerita SELESAI. ------------------------------------------- "Jadi, saya harus ngerjain apa Pak untuk menembus kesalahan saya?" Mazaya tetap tersenyum Awas aja kalau kali ini salah lagi, batin Mazaya. "Kamu mau sogok saya," ucap Pak...