Ruangan itu senyap sekali, tidak ada yang mulai bicara. Pertama kalinya mereka diam biasanya lelucon tak akan jauh-jauh dari mereka semua. Suci menatap sahabat-sahabatnya sendu. Mungkin saatnya untuk mulai memberitahu mereka semua. Suci mengambil nafas dalam-dalam.
"Kalian masih mau diami gue terus sampai gue dikubur, iya?" tanya Suci lembut membuat sahabat-sahabatnya membelalakkan mata.
"Lu ngomong apa sih!" ketus Rido tak suka dengan ucapan Suci barusan.
"Kalian nyiksa gue kalau kayak gini."
"Gue udah minta maaf sama kalian, hiks."
"Tapi kalian hiks hiks."
Semuanya berdiri lalu menghampiri Suci yang sudah menangis dan Renaldo menggenggam tangan Suci dengan mata yang sudah memerah. Kondisi mata yang lainnya juga sama dengan Renaldo.
"Lu jangan ngomong yang enggak-enggak dech, lu bakalan sembuh," ujar Rido.
"Kami udah gak marah lagi, tapi kami mohon jangan ada yang disembunyiin lagi," ucap Deden yang diangguki Suci. Mazaya dan Sarah sudah tak sanggup lagi untuk bicara.
Suasana kembali senyap untuk sesaat, Suci menarik nafas dalam-dalam agar ia sanggup untuk bicara. Mereka semua menunggu Suci bicara, tapi tetap menahan air mata.
"Kalian ingat gue ke Singapura karena sakit?" tanya Suci yang diangguki semuanya.
"Gue gak sepenuhnya bohong, gue emang sakit."
"Gue cuma gak bilang tentang sakitnya." Suci menghela nafasnya lagi.
"Gue belum siap buat kalian semua sedih, gue belum sanggup buat ungkapin semuanya."
"Tapi gak harus lu sembunyiin Suci, ini bukan hal kecil, dan lu buat kami menyesal sebagai sahabat lu, kami gak tau tentang penyakit lu," ujar Rido.
"Maafin gue hiks hiks maaf." Semuanya mengangguk. Bagi mereka semua, menyingkirkan ego lebih baik dan jangan membuat keadaan semakin memburuk. Saat ini Suci lebih membutuhkan mereka semua.
"Gue positif leukimia."
"Kanker yang menyerang sel darah putih."
"Pada kondisi normal sel darah putih akan berkembang secara teratur di saat tubuh membutuhkannya untuk memberantas infeksi yang muncul."
"Tapi tubuh gue enggak."
"Sumsum tulang belakang gue memproduksi darah putih yang tidak dapat berfungsi dengan baik secara berlebihan."
"Jumlah yang berlebihan inilah yang mengakibatkan penumpukan dalam sumsum tulang sehingga sel-sel darah yang sehat akan berkurang."
"Setelah gue diperiksa hari itu, hari itu juga gue ke Singapura untuk menjalani Kemoterapi," ujar Suci tersenyum kecut.
"Terus kenapa lu ke Indonesia lagi, harusnya lu Kemo," ujar Rido.
"Gue enggak mau lama-lama di sana, ujung-ujungnya gue pergi dari dunia," ujar Suci.
"Lu tu suka kali ngomong gak dipikir dulu!" ketus Deden.
"Gue hiks," ucap Suci menutup matanya sambil menarik nafas lagi.
"Gue pengen habisin sisa hidup gue sama kalian," ucap Suci meneteskan air mata.
"Lu tu yaaa," ujar Rido sudah meneteskan air mata, yang lain juga sudah meneteskan air mata. Mazaya memeluk Sarah, mereka sudah terisak.
"Lu pasti sembuh kalau lu mau Kemo, di era sekarang, kemungkinan 80% bisa sembuh," ujar Rido. Walau pun ia pecicilan, tapi Rido menyukai dunia medis, hanya saja cita-citanya menjadi dokter harus dikubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Pergi? (SELESAI)
Romantizm[Romance~Comedy) Cerita SELESAI. ------------------------------------------- "Jadi, saya harus ngerjain apa Pak untuk menembus kesalahan saya?" Mazaya tetap tersenyum Awas aja kalau kali ini salah lagi, batin Mazaya. "Kamu mau sogok saya," ucap Pak...