Epilog

3.4K 393 147
                                    

"Assalamu'alaikum, Jendral pulang~"

Gua yang sedang duduk santuy di sofa bersama dengan Dejun pun serentak menoleh ke arah anak laki-laki yang baru saja memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab gua dan Dejun hampir bersamaan.

Anak laki-laki itu salim kepada gua dan Dejun, kemudian memberikan sepucuk surat ke arah gua.

"Apaan neh?" tanya gua dengan nada tidak selow kepada anak laki-laki berseragam merah putih tersebut.

Pasalnya setiap kali anak itu memberi surat, pasti dia baru saja menyebabkan suatu masalah.

"Surat panggilan orang tua," jawab anak laki laki tersebut dengan santai.

Kan.

Apa gua bilang.

Pusing bener aing jadi emak.

Punya anak hobinya bulak balik ruang kepsek mulu.

Baru satu anak loh padahal.

"Astaga kali ini apa lagi? Udah ke sekian kalinya loh mama di panggil ke sekolah, malu mama tuh," ucap gua frustasi.

Sementara Dejun -yang duduk di samping gua, terlihat santai dan tidak terlalu peduli dengan pembicaraan yang terjadi di hadapannya.

"Yaelah Ma, baru di panggil ke sekolah udah ngeluh, belum aja dipanggil sama Yang Maha Kuasa."

Gua bisa mendengar kekehan Dejun setelah Jendral, nama anak gua dan Dejun, mengucapkan kata kata biadab itu.

Gua menggeram frustasi sembari menutup mata untuk meredam emosi.

Kalo bukan anak gua, udah gua jual dia ke tukang loak.

Untungnya anak gua lu.

"Jun, anak lo tuh!" seru gua pada akhirnya.

Tapi Dejun cuma kaya yang ngangkat bahunya acuh gitu.

Ini mah bapak sama anak se-frekuensi kayanya.

Nasib banget nikah sama anak STM, punya anak jadi badung banget begini.

"Dejun ih," senggol gua.

"Apesi?" ujar Dejun sembari menengok ke arah gua dan Jendral bergantian.

Kalo kalian penasaran kenapa anak gua dinamain Jendral, ga tau deh ah gua pusing, intinya Dejun yang ngasih nama itu. Aqu sih sebagai seorang istri yang baiq nurut aja sama swami.

"Itu tuh anak lo bikin masalah lagi, dapet surat panggilan orang tua dia," ucap gua malas.

Jangan heran ya, gua sama Dejun emang suka lo-gua-an walaupun di depan anak. Makanya keluarga gua bentukannya amburadul dan tak berakhlak semua.

"Ih, suuzon aja, siapa tau itu surat panggilan orang tua karena Jendral mau ikut olimpiade. Iya kan sayang?" ucap Dejun ke arah Jendral.

Mustahil.

Selama ini tu anak biang onar.

Terus tiba tiba di suruh ikut olimpiade?

Hahahahahahahaha lucu.

Jendral menggeleng, "Bukan, Pa. Aku mana mungkin ikut gituan."

Nah kan, anaknya aja sadar diri.

"Terus itu kenapa?" tanya Dejun.

"Aku berantem sama temen aku."

"Kok bisa?"

Gua mulai menyimak, ingin tau kelakuan bejat apalagi yang dilakukan Jendral.

Anak STM Sebelah; XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang