Epilog

4.2K 195 24
                                    

Dua tahun kemudian...

Dua orang wanita dan satu pria terlihat sedang berjongkok dan mengelilingi sebuah gundukan tanah. Salah satu dari wanita itu meletakan segenggam bunga diatasnya

"Kita datang" ucap Dimas pelan. Mereka adalah Raisa, Oliv dan Dimas dengan berpakaian serba hitam mereka mengunjungi makam ini.

"Kita doakan semoga beristirahat dengan damai" ucap Oliv menambah ucapan Dimas. Mereka menarik nafas dalam, berdamai dengan masa lalu mungkin adalah jalan yang benar. Mereka tidak bisa selalu menyalahkan masa lalu, kadang masa lalu mampu mengajarkan kita sebuah pelajaran yang tak pernah kita sadari sebelumnya.

Cukup lama mereka memerhatikan pusaran itu, atensi mereka teralihkan ke sumber suara "Sorry gue telat" ucap pelan seorang pria yang tiba tiba datang bersama anak kecil di sampingnya.

Lalu pria itu berjongkok dan mengusap pelan batu nisan yang bertuliskan nama 'Bryan Martinez'. Om Naufal lah yang meninggal beberapa bulan lalu. Dua tahun lalu saat kejadian Bryan menabrak Naufal, mobil Bryan menabrak sebuah pohon yang mengakibatkan kepalanya juga cedera. Jadi Bryan langsung di larikan ke rumah sakit yang berbeda dengan Naufal.

Beberapa bulan Bryan menjalani perawatannya di rumah sakit. Tiba tiba dokter yang selalu mengecek keadaan Bryan menyatakan bahwa Bryan mengalami mati otak. Istri Bryan tidak mau jika Bryan pergi, jadi istrinya nekat membawa Bryan ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Tapi tidak banyak yang bisa di lakukan jika pasien sudah mati otak. Akhirnya istri Bryan memutuskan untuk mengikhlaskan Bryan.

Beberapa tahun setelah Bryan di makamkan, baru sekarang mereka sempat mengunjungi makamnya.

"Naufal udah maafin om, jadi om istirahatlah dengan tenang" ucap Naufal sambil meletakan bunga yang di bawanya. Yap pria yang baru saja datang itu adalah Naufal dan anak kecil itu adalah Rey.

Setelah cukup lama mereka di makam Brya, mereka mulai beranjak untuk pergi. Mereka berjalan beriringan keluar makam.

"Lo kenapa telat sih?" tanya Dimas

"Tau nih, kitakan jadi canggung" tambah Raisa pasalnya mereka tidak terlalu kenal dengan Bryan. Aneh saja jika mereka mendatangi makam Bryan tanpa Naufal

"Alay lo berdua. Gue nungguin nih bocah yang nyari bajunya lama banget" ucap Naufal sambil mengusap kepala Rey pelan

"Bang Naufal nya aja yang bilang ke Rey mendadak" jawab anak kecil yang mulai beranjak remaja itu yang tak mau di salahkan. Mereka semua tertawa mendengar ocehan Rey

Flashback on

"Kalian ikhlaskan Naufal ya" ucap Bram parau

"Enggak om! Naufal belum mati" tegas Dimas. Jika tadi ia berusaha untuk seolah cukup tegar. Tetapi melihat teman temannya ia kembali tidak bisa menegarkan dirinya. Rasa tegar itu hilang jika mengingat ketika Naufal masih ada bersama mereka.

"Bangun fal, gue mohon" lirih Oliv sambil memeluk tubuh Naufal

"Fal bangun.. gue mohon" bisik Dimas pelan

"Maaf pak jenazahnya sudah harus dipindahkan" ucap suster kepada Bram

"Gak, enggak om. Naufal masih hidup" ucap Raisa yang tak terima jika Naufal telah pergi

"Oliv, Raisa, Dimas om mohon kalian jangan seperti ini. Kita harus ikhlaskan Naufal" ucap Bram.

Sebenarnya ia sama terpukulnya, sama sekali tidak terima dengan kenyataan ini. Tapi ia tidak bisa melakukan banyak hal, karena anaknya memang sudah dinyatakan tiada.

Mereka sama sekali tidak peduli, mereka bertiga seolah menulikan telinga mereka dan tetap berusaha membangunkan Naufal.

Hingga Oliv merasakan jari tangan Naufal yang di genggamnya perlahan bergerak

Oliv menatap Raisa dan Dimas, "Naufal bangun, tadi tangannya gerak" ucap Oliv

Tak lama setelah itu patient monitor pun berbunyi menandakan bahwa jantung pasien telah kembali. Di monitor itupun tidak ada garis lurus lagi, yang ada hanya garis yang bergelombang.

Suster yang mendengar itu pun langsung keluar untuk memanggil dokter. Tak lama kemudian dokter datang dengan beberapa suster lainnya, mereka keluar ruangan sembari menunggu dokter untuk memastikannya lagi

Cukup lama mereka menunggu di depan ruang ICU dengan wajah penuh kecemasan dan kekhawatiran. Air mata pun tak henti hentinya mengalir dari pelupuk mata mereka

Pintu ICU itu terbuka menampilkan seorang dokter yang tadi memeriksa Naufal seketika menjadi pusat perhatian mereka yang sedang menunggu dengan penuh harapan "Apa yang terjadi dok?" tanya Bram tak sabaran

Dokter itu menarik nafas pelan "Sungguh ini adalah keajaiban Tuhan dan suatu hal yang langka. Jantung putra anda kembali dan ia berhasil melewati masa kritisnya. Kita berdoa saja kepada Tuhan agar putra anda segera sadar" jelas dokter itu

Mereka semua yang berada disini tentu saja senang dan bahagia mendengar penuturan dokter barusan.

Terutama Bram, beliau benar benar bersyukur karena Tuhan mendengar doanya, putranya telah kembali kepadanya. Inilah yang mereka mau, Naufal tidak akan pernah meninggalkan mereka. Bram juga yakin bahwa Naufal adalah anak yang kuat dan ia yakin kalau Naufal mampu melewati ini semua.

Flashback off

"Bunda suruh kalian kerumah, katanya bunda masak banyak hari ini" ucap Naufal saat mereka baru sampai di parkiran makam

"Ahh. Gue juga lapar nih" ucap Dimas

Sepertinya mereka memutuskan untuk ikut ke rumah Naufal.

"Liv, lo di mobil gue aja. Jangan mau di mobil mereka, ntar lo jadi nyamuk" sindir Naufal dengan melirik kedua insan itu

Sebenarnya Naufal dan Oliv sudah mengetahui kalau Raisa dan Dimas pacaran, hanya saja mereka tidak mau memberitahu.

Mereka tau sejak malam mereka bertemu dengan Bram. Sebenarnya Naufal lah yang melihatnya duluan saat Naufal mau pergi ke dapur untuk mengambil minum. Terdengar samar samar orang berbicara, karena penasaran Naufal pun mengintip di balik tembok penghubung dapur dan ruang tv.

Awalnya Naufal terkejut melihat Dimas dan Raisa sedang bermesraan. Ia juga mengambil foto mereka untuk menunjukannya ke Oliv dan syukurlah Oliv percaya dan dapat memaklumi

"Apaan sih kalian" ucap Raisa malu

"Udahlah mulai sekarang kalian jangan tutup tutupin, kita juga udah tau semuanya" ucap Oliv

Kedua insan ini hanya bisa terkekeh malu.

Oliv pun memutuskan untuk semobil dengan Naufal dan Rey. Sedangkan Dimas dan Raisa tentu saja berdua di mobil satunya. Kedua mobil ini menelusuri jalanan dengan santai menuju rumah Naufal.

Masa-masa sulit sudah mereka lewati bersama, sekarang yang akan mereka hadapi adalah masa bahagia bersama. Cukup sudah mereka berada di ambang kegelisahan atas kejadian beberapa tahun silam, mereka menganggap itu semua hanya pelajaran bahwa hidup tak selalu berjalan lurus seperti yang mereka mau. Kadang hidup harus menentang keinginan mereka.

Manusia boleh berharap dan memilih tetapi Tuhan yang menentukan.

End

Stray Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang