"Rey tadi belajar apa aja di sekolah?" Tanya Raisa
"Rey belajar menggambar kak" jawab Rey dengan antusias
"Wahh, Rey menggambar apa?" Kini Oliv yang tertarik saat melihat wajah ceria Rey saat mengatakan bahwa ia belajar menggambar pada hari ini
"Rey gambar pemandangan. Ada gunung, sawah, pohon kelapa, pondok petani, jalan raya yang membentang dan juga burung-burung terbang" cerita Rey dengan semangat. Ia sangat senang jika ada yang bertanya tentang kesehariannya
"Wahh pinter banget" puji Raisa
"Di kelas Rey nakal gak?" Tanya Naufal
"Rey gak nakal, kata bu guru kalo nakal nanti disuruh nyanyi" jawab Rey
"Rey punya temen baru dong di kelas" ucap Dimas dengan alis yang dinaik turunkan
"Iya temen Rey banyak banget, segini ni banyaknya" Rey membuat lingkaran yang besar melebihi dirinya
Empat sekawan ini terkekeh melihat tingkah Rey yang semakim hari semakin menggemaskan.
"Di kelas ada yang gangguin Rey gak?" Tanya Dimas
Rey terdiam saat ditanya seperti itu, pasalnya ia teringat dengan ucapan salah satu teman kelasnya. Walaupun ia masih kecil dan umurnya masih terbilang muda, tapi otak pintar Rey sudah dapat mengerti ucapan temannya itu.
"Rey? Kok diem? Ditanya bang Dimas tuh" panggil Raisa saat ia melihat Rey tiba-tiba terdiam
Rey hanya menggelengkan kepalanya dan hanya menatap karpet bulu yang sedang ia duduki saat ini. Jari-jari mungilnya memainkan bulu-bulu karpet di antara kedua kakinya tanpa membuka mulutnya.
"Kenapa? Ada yang gangguin?" Suara lembut Oliv membuat wajah Rey terangkat yang menunjukkan mata yang berkaca-kaca dengan hidung dan pipi yang memerah karena menahan tangis.
Oliv yang melihat itu segera membawanya ke dalam pelukannya, lalu ia mengelus rambut Rey dengan pelan.
Pelan namun pasti, mereka berempat semakin mendengar isakan dari Rey yang membuat mereka saling pandang.
"Rey kenapa?" Tanya Raisa pada Rey yang masih berada di dalam pelukan Oliv
Rey melepaskan dirinya dari pelukan Oliv lalu memandang Oliv dengan hidung dan pipinya yang merah dan juga air mata yang masih berlinang.
"Kak.. mama dan papa Rey dimana? Kenapa Rey gak pernah lihat mereka?" Lirih Rey dengan mencebikkan bibirnya ke bawah dengan air mata yang tergenang di pelupuk matanya.
Empat sekawan ini terdiam kaku, lidah mereka kelu untuk menjawab pertanyaan Rey yang satu ini. Sudah sekian lama Rey tinggal di rumah ini bersama mereka berempat dan baru ini pertama kali Rey menanyakan keberadaan orang tuanya.
"Rey kenapa tanya begitu?" Tanya Naufal dengan selembut mungkin
Rey ragu dan lebih tepatnya takut untuk bercerita, tapi ia rasa penasarannya lebih besar dari rasa keraguan dan ketakutannya "Pernah waktu itu, kak Raisa dan kak Oliv telat jemput Rey jadi Rey duduk di pos depan dekat pagar. Lalu ada teman Rey yang tanya,
"hallo Rey!!" Sapa Fahri teman sekelas Rey
Rey hanya memandang tanpa niat menjawab karena ia sedang menahan rasa haus
"kenapa belum pulang?" Tanya Fahri yang ikut duduk disamping Rey
"belum dijemput" jawab Rey dengan singkat
Fahri mengangguk lalu, "dijemput siapa?" Tanya Fahri
"kak Raisa dan kak Oliv" jawab Rey seadanya
"mereka itu siapa?" Tanya Fahri
"kakak-kakaknya Rey" jawab Rey
"kenapa dijemput sama kakak? Mama sama papa Rey kemana?"
Deg!
"gak tau, Rey tinggal sama kakak dan abang Rey"
"Rey gak punya orang tua?" tanya Fahri yang masih penasaran dengan kehidupan Rey
Rey hanya terdiam dan barulah ia merenungi 'orang tua Rey mana? Kok Rey gak pernah liat' ucap Rey dalam hati
"Fahri!!" Rey dan Fahri mengalihkan pandangan mereka untuk mencari siapa yang memanggil dan ternyata seorang wanita berjilbab
"aku pulang dulu ya, mama udah jemput. Dadah Rey" pamit Fahri dengan melambaikan tangannya pada Rey yang melihat Fahri berjalan bersama wanita yang ternyata mama Fahri
Dari situ Rey baru sadar kalau Rey gak pernah bertemu dengan mama dan papa" Rey mengakhiri ceritanya dengan terisak yang dipenuhi kepedihan disana, lalu dengan pelan Oliv menarik Rey ke dalam pelukannya berharap Rey lebih tenang dan berhenti menangis
Sedangkan dari tadi Oliv dan Raisa menangis dalam diam saat mendengar cerita Rey. Ketahuilah bahwa ingatan seorang anak kecil itu lebih kuat dan anak kecil sangatlah jujur.
Lihatlah!! Pada umur lima tahun saja Rey sudah mengerti hal seperti ini, sungguh Rey dikaruniai dengan otak yang cerdas!
Sepuluh menit kemudian, mereka berempat tidak mendengar isakan lagi dari Rey. Disaat Oliv mengeceknya, ternyata Rey tertidur dalam pelukannya. Oliv menghujani kecupan di kepala Rey dan menghirup dalam wangi rambut Rey.
Untungnya besok adalah hari libur dimana Rey tidak masuk sekolah, dan mereka sudah memastikan setelah menangis dalam waktu yang cukup lama akan memudahkan untuk tertidur dan saat bangun nanti mata Rey akan sembab dan membengkak.
Dengan pelan Naufal menggendong Rey untuk membawa ke dalam kamarnya yang disusul Dimas dibelakang, ia membiarkan Rey tidur siang bersama dirinya dan Dimas. Sementara Raisa dan Oliv masuk ke kamar mereka, lalu istirahat juga.
-
Selama hari libur kemarin Rey tidak lagi menanyakan tentang keberadaan orang tuanya, mungkin karena terlalu asik bermain.
Hari ini hari senin semua kembali beraktivitas. Rey akan sekolah hari ini, ia akan di antar oleh Dimas. Kenapa bukan Naufal? Karna Naufal ada urusan di kantor pusat satu harian ini. Sedangkan Dimas, ia hari ini ke kampus cuma mungkin agak siang.
"Eh kayaknya gue sama Oliv gak bisa jemput Rey nanti" ucap Raisa, karena mereka berdua hari ini mau melamar kerja di beberapa perusahaan yang sesuai dengan bidang mereka.
"Yah jadi yang jemput Rey siapa ya? Soalnya jam pulang Rey bentrok sama kelas gue" ucal Dimas.
"Yaudah nanti suruh bi Rina aja" ucap Oliv. mereka pun langsung pergi ke tujuan masing masing. Sebelum pergi Oliv sempat memberitahu bi rina kalau nanti bi rina yang akan menjemput Rey di sekolahnya, tak lupa juga Oliv memberi tau jam pulang sekolah Rey.
**
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE AND COMENT YAA GUYS..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Baby [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[Proses Revisi] Persahabatan antara Oliv, Raisa, Naufal dan Dimas tak asing lagi ditelinga murid SMA Nusa Bangsa. Bagaimana bisa Oliv yang kalem dan pintar dipertemukan dengan Raisa yang super heboh namun pintar. Dan seorang Naufal yang dingin kepad...