Hari menjelang malam keempat sahabat baru saja pulang ke rumah, karena dari siang mereka harus menyelesaikan masalah penculikan rey dengan ayahnya Naufal - Bram.
"Gilak sih gue gak nyangka lo anak atasan gue" ucap Raisa heboh. Memang setelah tamat kuliah Raisa langsung melamar kerja di perusahaan Martinez Group tempat dia magang dulu saat masih kuliah.
"Apaan sih lebay lo" ucap Naufal yang ikutan duduk.
Mereka pun mulai mengobrol sambil menghilangkan rasa letihnya untuk sejenak."Jadi Rey gimana? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Raisa kepada tiga sahabatnya
"Lebih baik kita tunggu aja keputusan ayah nya Naufal, beliau lebih berhak dalam keputusan ini" ucap Dimas bijak
"bener tuh, tumben otak lo encer" ucap Oliv yang mendapat tatapan sinis dari Dimas
"Yaudah kalau gitu mending kita istirahat aja, ini juga udah larut. Gue ke kamar duluan" ucap Naufal yang beranjak dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
Setelah Naufal pergi ke kamar, ketiga orang ini tidak ada yang beranjak dan masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Gue ke kamar dulu ya" ucap Oliv yang mendapat anggukan dari Raisa dan Dimas.
Setelah Oliv masuk ke kamarnya, Dimas pun langsung pindah di tempat tadi Oliv duduki yaitu sebelak Raisa. Dimas langsung memeluk lengan Raisa dan menyandarkan lehernya di bahu Raisa.
"Aku kangen banget sama kamu" ucap Dimas
"Aku juga" balas Raisa tak kalah manja juga
"Kita bilang aja ke Naufal sama Oliv aja yaa.. biar kita gak sembunyi sembunyi kayak gini" ucap Dimas sambil mendudukan dirinya dan menghadap Raisa
"Gak, aku gak mau mereka marah" ucap Raisa. Dulu mereka pernah membuat perjanjian untuk tidak ada yang boleh pacaran diantara mereka berempat kecuali pacarannya dengan orang lain. Karena jika mereka ada yang pacaran, jika putus mereka akan berkelahi dan akan canggung untuk kumpul bersama lagi. Pada saat itu Raisa dan Dimas juga setuju karena mereka berfikir tidak akan terjebak dalam percintaan di persahabatannya ini. Tapi takdir berkata lain, takdir seolah ingin mereka lebih dari sekedar sahabat. Jadilah mereka sekarang berpacaran dan tak ada satupun yang tau kecuali mereka dan Tuhan.
Setelah menyalurkan rindu bersama, mereka pun memutuskan untuk masuk ke kamar masing masing dan beristirahat. Sebenarnya Dimas ingin mengajak Raisa untuk lebih lama bersamanya malam ini, tapi ia tidak boleh egois. Ia juga melihat Raisa sudah sangat lelah, jadi ia memutuskan untuk beristirahat juga
-
Paginya semua kembali normal, hanya saja Rey yang belum kembali ke rumah. Ntah ini sudah minggu ke berapa Rey tidak pulang. Tapi mereka yakin jika Bryan tidak akan melakukan hal yang sangat tidak manusiawi kepada Rey, tapi tetap saja mereka tidak bisa membuat Rey kesepian di sana.
"Pagi den Dimas, den Dimas udah mau sarapan ya? Tapi sarapannya belum jadi, tunggu sebentar ya den" ucap bi Rina
"Gak papa bi, aku juga masih belum lapar" ucap Dimas yang langsung menuangkan air putih ke gelasnya.
Saat ini semua sedang sarapan dengan nasi goreng yang di buat bi Rina tadi. Tak ada satupun yang memulai bicara atau memecahkan keheningan ini.
"Hari ini kita ngapain?" tanya Dimas. Belakangan ini mereka hanya duduk menonton tv dan sibuk dengan hp masing masing dan itu pastinya membuat mereka bosan. Kalau dulu saat masih ada Rey, mereka selalu merindukan rumah. Dan sangat akan betah berada di rumah, tapi lain dengan sekarang
"Gue hari ini mau pulang kerumah bentar, mau liat bunda" ucap Naufal
"Wihh sahabat kita akhirnya menemukan keluarganya" ucap Dimas yang membuat Raisa dan Oliv tertawa. Sudah lama rasanya mereka tidak tertawa sebahagia ini, ternyata Rey benar benar berpengaruh besar dalam hidup mereka.
-
Naufal baru saja menginjakan kakinya di perkarangan rumah yang sudah bertahun tahun tak pernah ia datangi. Ketika ia sampai, rasanya kejadian beberapa tahun silam dimana ayahnya secara tidak langsung membuangnya pun kembali teringat di kepalanya.
Naufal pun memutuskan untuk masuk, cukup dengan beberapa ketukan pintu itu pun terbuka memperlihatkan wanita paruh baya dengan pakaian yang sangat sederhana keluar dan menatapnya tenang. Naufal pun seakan bungkam tak bisa berbicara, karena orang yang sangat di rindukannya dalam hidupnya bisa dilihatnya lagi dan saat ini nyata ada di hadapannya.
"Naufal, ini kamu nak?" ucap Lidya ~ bundanya. Naufal pun hanya mengangguk, kemudian Lidya langsung memeluk anak yang sangat dirindukannya ini. Naufal juga mendengar isakan bundanya yang Naufal tau bundanya pasti sedang menangis di pelukannya.
Lidya tak kunjung melepaskan pelukannya terhadap anak kesayangannya, ia benar benar rindu kepada Naufal. Bayangkan saja sudah bertahun tahun wanita ini berpisah dengan anaknya.
"Kamu datang?" tanya Bram yang tiba tiba mengahampiri mereka. Lidya pun langsung melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.
Naufal tidak menjawab, tetapi Naufal langsung mengambil tangan Bram untuk ia salami begitu juga dengan Lidya.
"Masuk dulu yuk sayang, bunda kangen banget sama kamu" ucap Lidya yang menarik lengan Naufal menuju ruang tv.
"Masih sama ya bun tataan rumah ini" ucap Naufal setelah dia duduk di samping bundanya.
"Iya, bunda sama ayah memang tidak ingin mengubahnya. Karena hanya ini yang membuat kami bisa mengingat kamu nak" ucap bundanya.
"Ayolah bun, yah. Naufal bukan mati, Nauufal hanya pergi" ucap Naufal santai.
Cukup lama mereka mengobrol, lalu bi Sumi datang dengan membawa minuman untuk Naufal, Lidya dan juga Bram.
"Eh den Naufal. Sudah lama banget tidak ke sini, makin ganteng aja. Bibi kangen banget sama den Naufal" ucap bi Sumi. Bi Sumi ini memang sudah dekat dengan keluarga mereka, apalagi bi Sumi sudah bekerja bersama keluarga ini sejak Bram dan Lidya menikah.
"Ah, bibi bisa aja. Iya Naufal juga kangen sama bibi" ucap Naufal sambil memeluk bi Sumi sebentar.
"Ya sudah bi, tolong bersihin kamar Naufal ya" ucap Lidya
"Loh dimana koper kamu? kenapa tidak di bawa? Kamu kan mau tinggal disini sama ayah dan bunda, bunda tidak mau kehilangan kamu lagi" ucap Lidya yang menghentikan langkah bi Sumi.
"Maaf bun, Naufal kesini hanya mau melihat kondisi bunda. Kemarin ayah bilang kalau bunda merindukan Naufal, jadi Naufal ingin melihat bunda" ucap Naufal
"Jadi kemarin kalian ketemuan? Kok gak ngajakin bunda sih?" tanya Lidya kepada Bram dan Naufal
"Iya, kami gak sengaja bertemu di jalan jadi kami memutuskan untuk mengobrol sebentar" jawab Bram.
"Tapi kenapa kamu gak mau tinggal disini? Bunda ingin lebih dekat dengan kamu" ucap Lidya yang menampilkan wajah cemberutnya
"Naufal gak bisa bun. Naufal punya tiga sahabat yang ada saat Naufal susah, gak mungkin Naufal tinggalkan mereka disaat Naufal sedang senang bertemu dengan kalian lagi" ucap Naufal
"Tapi bunda kan kangen sama kamu" ucap Lidya parau.
"Naufal janji akan sering main kesini. Naufal juga bakalan ajak teman-teman Naufal kesini" ucap Naufal sambil memeluk bundanya.
"Ya sudah. Sekarang kamu makan ya, tadi bunda masak semur ayam" ucap Lidya langsung menuju ke dapur dan di susul oleh Naufal dan Bram
Mereka pun makan sambil berbincang bincang. Lidya tak henti henti membujuk anaknya itu untuk tinggal disini, bahkan beliau juga menyuruh Naufal untuk membawa teman temannya tinggal disini, tapi jawaban Naufal tetap sama.
-
WE ARE BACK
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE and COMENT YAA GUYS...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Baby [COMPLETED]
Fiksi Remaja[Proses Revisi] Persahabatan antara Oliv, Raisa, Naufal dan Dimas tak asing lagi ditelinga murid SMA Nusa Bangsa. Bagaimana bisa Oliv yang kalem dan pintar dipertemukan dengan Raisa yang super heboh namun pintar. Dan seorang Naufal yang dingin kepad...