Karena kemarin hujan sampai malam jadilah mereka tidak bisa pergi ke kantor polisi, jadi mereka memutuskan untuk pergi hari ini. Awalnya mereka sedikit ragu karena takut jika penculiknya tau kalau mereka melapor polisi dan penculik itu langsung melukai Rey atau bahkan hingga membunuhnya.
Sampai sekarang mereka belum tau penyebab atau motif apa Rey sampai di culik. Mereka sempat berfikir apakah yang menculiknya itu adalah orang tua aslinya? Tapi kenapa? Bukankah orang tuanya sendiri yang membuangnya dan menitipkan Rey kepada mereka.
"Pagi non" sapa bi Rina saat melihat Oliv masuk ke dapur.
"Pagi bi, hari ini jangan masak terlalu banyak ya bi, soalnya kita mau pergi ke kantor polisi" ucap Oliv yang ikut membantu bi Rina masak.
"Iya non. Belum ada kabar tentang den Rey ya non?" tanya bi Rina hati-hati karena takut salah bicara.
"Belum bi" ucap Oliv sedikit melemah, karena ia sangat merindukan adik kecilnya itu.
Saat makanan sudah siap, Oliv pun langsung memanggil Raisa, Naufal dan Dimas untuk sarapan.
"Hari ini jadi ke kantor polisi kan?" tanya Raisa.
"Iya jadi" jawab Naufal.
"Kira-kira keputusan yang bagus gak sih kalau kita ngelapor ke polisi?" tanya Oliv.
"Maksud gue, bakalan ngecelakai Rey atau nggak kalau penculiknya tau" tambah Oliv.
"Awalnya gue juga mikir gitu, cuma ya mau gimana lagi, kita gak ada pilihan" ucap Naufal.
Saat sarapan sudah selesai mereka pun langsung ke kamar masing masing untuk bersiap siap ke kantor polisi.
-
"Nih makan!" ucap Ben ketus sambil menyodorkan makanan kepada Rey.
"Rey gak mau makan ini om" ucap Rey setelah melihat piring yang di berikan Ben.
"Makan!" ucap Ben sedikit keras.
"Gak mau! Rey gak suka sayur itu, pahit" ucap Rey sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Yaudah, gak usah makan" ucap ben yang langsung keluar dari ruangan yang di tempati rey.
Kemarin Rey di pindahkan ke ruangan bawah tanah. Yang dimana cuma ada kamar, itu pun kamarnya kecil dan beda banget dengan kamar kemarin waktu Rey masih di atas. Disini lebih sepi dan Rey tidak bisa melihat cahaya matahari, ini bukan kamar lebih tepatnya gudang yang di beri tempat tidur.
Rey hanya menatap piring yang masih berisi nasi dan sayur pahit itu. Ia merasa kelaparan, tapi ia tak mau makan itu. Rey menangis. Bukan hanya kelaparan, tapi dia rindu bermain bersama kakak dan abangnya. Rey rindu suasana rumah yang nyaman. Semalam ia juga tak makan karena om itu memberinya makanan yang sama. Tetapi untungnya om itu memberinya susu semalam, jadi Rey hanya menghabiskan susu saja dan lumayan untuk mengganjal perutnya.
Sebenarnya ketika masih ada om Alex, Rey merasa bukan seperti diculik justru malah dirawat baik. Bahkan Rey lupa bahwa dia punya seribu satu cara untuk kabur saking senangnya bisa bermain bersama om Alex di rumah yang besar ini. Tapi sayang, om Alex pergi tak tau kemana yang hanya ada om Ben yang begitu kejam kepadanya.
Rey benar benar ingin menjalankan rencananya untuk kabur, tapi rencana itu sudah musnah. Karena tidak mungkin bisa kabur dari ruangan bawah tanah, karena hanya ada satu pintu menuju ruangan ini dan pasti pintu itu sudah di jaga ketat.
Jendela? Sangat tidak mungkin ruangan bawah tanah ada jendela, dan jadilah Rey hanya bisa menunggu sebuah keajaiban dari para kakak dan abangnya menjemputnya disini.
~
Ceklek
"Udah siap belum?" tanya Naufal setelah membuka pintu kamar Raisa dan Oliv.
"Gue udah ni" ucap Oliv lalu keluar menuju ruang televisi bersama Naufal di sana sudah ada Dimas yang menunggu.
"Raisa mana?" tanya Dimas kepada Oliv dan Naufal.
"Lagi siap siap" ucap Oliv yang mendapat anggukan dari Dimas.
Tak butuh waktu yang lama mereka untuk menunggu, Raisa pun telah siap. Dan mereka langsung menuju ke kantor polisi pusat, tak lupa pula mereka menitip rumah kepada bi Rina. Awalnya mereka akan ke kantor polisi terdekat, tapi karena mereka ingin kasus ini diselidiki agar cepat selesai jadi mereka langsung ke kantor pusat.
-
"Tolong lihatkan jadwal saya hari ini, apakah ada meeting?" tanya Bram pada Rio
"Hari ini bapak hanya makan malam dengan para investor" jawab Rio.
"Ohh gitu, ya sudah antarkan saya ke kantor polisi pusat. Saya ingin melaporkan penculikan Bryan terhadap anak saya" ucap Bram
"Baik pak" ucap Rio yang langsung mengarah ke kantor polisi.
Tidak butuh waktu berjam jam untuk sampai di tujuan mereka. Saat di parkiran, Rio menanyakan apakah Bram yakin dengan keputusan untuk melaporkan ke polisi. Karena mereka harus tau konsekuensinya bahwa melaporkan ke polisi akan membuat Rey justru tambah celaka. Karena mereka tau orang seperti apa Bryan, ia tidak pernah main main dengan ucapanya. Bryan memang orang yang egois, dia akan melakukan apapun untuk memuaskan egonya. Bahkan membunuh orang sekali pun dia tidak akan segan segan.
Sempat memikirkannya, Bram memilih untuk tidak melaporkannya karena dia juga tidak boleh egois, ia juga harus memikirkan nasib anaknya.
"Pak, bukan kah itu remaja yang menjaga Rey?" tunjuk Rio saat melihat empat remaja yang baru saja keluar dari sebuah mobil yang berada di depan mobil mereka.
"Iya itu mereka, mau ngapain mereka kesini?" ucap Bram.
"Saya rasa, pasti mereka juga mau melaporkan hilangnya Rey pak" tebak Rio.
"Itu tidak boleh terjadi! epat cegat mereka, dan panggil mereka untuk kesini!" titah bram.
"Baik pak" ucap Rio yang langsung keluar dari mobil dan menyusul mereka yang sedang berjalan masuk ke dalam kantor polisi.
"Tuan Naufal!" panggil Rio. Dan siapa sangka kalau mereka berempat menoleh bersamaan.
**
lanjut gak ni??Jangan lupa FOLLOW, VOTE and COMMENT...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Baby [COMPLETED]
Ficção Adolescente[Proses Revisi] Persahabatan antara Oliv, Raisa, Naufal dan Dimas tak asing lagi ditelinga murid SMA Nusa Bangsa. Bagaimana bisa Oliv yang kalem dan pintar dipertemukan dengan Raisa yang super heboh namun pintar. Dan seorang Naufal yang dingin kepad...