Flashback On
Brakk!
Seorang pria paruh baya melempar sebuah map plastik yang berisi selembar kertas dilempar tepat di atas meja dengan kasar
"Apa-apaan ini?!" tanyanya kepada Naufal
"Guru yang menyuruhku untuk mengisinya" jawab Naufal santai
"Bukannya sudah ayah katakan beberapa kali? Setelah lulus SMA kamu akan melanjutkan perusahaan ayah!" yup pria paruh baya yang bertanya tadi adalah ayah Naufal.
Naufal masih diam membungkam mulutnya seakan memang tak mau menjawab pertanyaan dari
ayahnya itu."Jawab Naufal! Kenapa kamu malah mengisi Akademi Militer?!" tanya Bram
Kertas itu dari sekolahan Naufal, mengingat Naufal sudah kelas tiga SMA, sudah saatnya untuk memikirkan akan kemana ia setelah SMA untuk masa depannya, jadi sekolah memberikan lembaran kepada seluruh siswa dan siswinya. Lembaran itu berisi kelanjutan siswanya akan kemana setelah SMA. Mungkin akan melanjutkan ke Universitas, Akademi Militer atau Akademi Kepolisian, atau bahkan ada yang memutuskan pendidikannya dan memilih untuk bekerja. Setelah kertas itu terkumpul di sekolah nanti guru konseling akan memanggil murid dan mengarahkan mereka akan ke Universitas mana atau bahkan menambahkan motivasi bagi siswanya.
"Aku maunya ke Akademi Militer yah" jawab Naufal.
"Gak bisa! Kamu harus menuruti ayah, kalau bukan kamu nanti siapa yang akan meneruskan perusahaan ayah?!" ucap Bram yang sepertinya emosinya akan memuncak.
"Sudahlah yah, Naufal kan baru pulang, nanti aja dilanjutkan bicaranya" ucap bunda Naufal ~ Lidya yang baru saja keluar dari kamar.
"Gak bisa bun, anak ini harus kita kasih tau agar dia tidak salah mengambil keputusan seperti ini" ucap Bram sambil menujuk kertas yang mesih tergeletak di meja
"Ini masa depan Naufal yah. Jadi Naufal berhak menentukannya sendiri" ucap Naufal
"Masa depan kamu itu sudah ada di depan mata, Naufal!" ucap Bram yang sedikit mengeraskan suaranya.
"Itu bukan masa depan Naufal, tapi itu masa depan ayah. Karena ayah sendiri yang menentukannya bukan Naufal!" ucap Naufal sambil berdiri.
"Sudahlah nak ikuti saja ucapan ayah" ucap Lidya sambil mengelus pundak anaknya
"Gak bisa gitu bun, Naufal juga berhak untuk menentukan masa depan Naufal sendiri" ucap Naufal.
"Emangnya kenapa kamu gak mau meneruskan perusahaan ayah?" tanya Lidya dengan lembut.
Naufal tersenyum miring "Karna aku gak mau menjadi orang yang gila hormat seperti ayah, bun" ucap Naufal sedikit menyinggung sambil menatap ayahnya dengan tajam.
"Apa apaan kamu ini? Jaga bicara kamu!" ucap Bram dengan emosi.
Naufal terkekeh pelan lalu menetralisirkan kembali wajahi "Intinya Naufal gak mau" ucap Naufal sambil beranjak pergi ke kamarnya.
"Kalau kamu tidak mau, tidak usah menjadi anak ayah!" teriak Bram
Ucapan Bram sukses membuat langkah Naufal terhenti.
"Oh ya, baiklah jika mau anda seperti itu. Saya akan pergi dari rumah ini" ucap Naufal yang kesal dengan ucapan ayahnya. Naufal pun langsung menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Naufal mengemas barang-barang yang akan di bawanya, setelah semua barang sudah di masukan ke dalam tas dan kopernya. Naufal pun langsung turun kebawah,
"Nak, kamu jangan dengerin ucapan ayah kamu ya. Jangan pergi Naufal, tetap di sini ya sama bunda" ucap Lidya yang melihat Naufal turun dari tangga dan langsung menahan Naufal agar tidak pergi.
Naufal pun diam menghentikan langkahnya, ia membiarkan bundanya itu memeluknya dulu.
"Yah, jangan biarkan anak kita pergi yah" mohon Lidya yang masih menangis di pelukan Naufal.
"Biarkan saja, dia tidak akan bisa bertahan tanpa keluarganya" ucap Bram yang menatap tajam ke arah Naufal.
Naufal yang mendengar ucapan ayahnya itu langsung beranjak pergi dan tidak peduli berapa kali bundanya meneriaki dirinya. Saat ia luar dan akan masuk mobil Naufal masih mendengar panggilan bundanya. Tetapi ia tidak memperdulikannya dan langsung membawa mobil meninggalkan perkarangan rumah.
Flashback Off
Naufal pun meneteskan air mata nya karena telah mengingat kejadian dirinya pergi dari rumah.
"Jadi setelah kamu pergi dari rumah, sebulan kemudian bundamu hamil" jelas Bram
"Jadi karna kalian pikir akan mempunyai anak lagi jadi kalian tidak mencariku?" tanya Naufal sambil menyeka air matanya.
"Tidak nak, justru kami mencarimu" jawab Bram
"Seiring waktu berjalan dan ayah tau kalau kamu dan teman temanmu tinggal bersama di sebuah rumah yang kalian tepati sekarang. Bunda juga tau, bunda selalu memaksa ayah untuk ketemu dan mengajak kamu kembali ke rumah. Tapi ayah urungkan karena ayah tidak mau membuat bunda mu kecewa, karena ayah tau seperti apa jawabanmu. Pasti kamu akan menolak untuk di ajak kembali ke rumah" tambah Bram.
"Terus om? Bagaimana Rey itu bisa ada di rumah kita?" tanya Raisa dengan sopan.
"Setelah bunda melahirkan, ayah dan bunda membawa Rey keluar kota. Karena ayah tidak mau Bryan tau kalau bunda melahirkan anak laki laki, karena sebelumnya yang om Bryan tau anak kedua kami adalah perempuan" jawab Bram
"Emangnya kenapa tidak boleh tau om?" tanya Dimas dengan polosnya
"Bryan selalu berusaha untuk membuat perusahaan itu jatuh ketangannya dan menjadi miliknya, jika ia tau saya mempunyai anak laki laki lagi dia akan mencelakainya seperti sekarang ini" jelas Bram
"Lalu bagaimana dia tau kalau Rey itu anak om?" tanya Raisa
"Saya juga tidak tau" jawab Bram
Mereka pun terdiam, larut dengan pikirannya masing masing.
Begitu juga Bram, disini ia yang berpikir dengan keras. Karena setahunya, tidak ada yang mengetahui bahwa Rey anaknya bahkan keluarganya sendiri.
Lagi-lagi ia berpikir buruk pada bawahnya yang mungkin saja merupakan musuh di dalam selimut. Jika itu benar, maka ia tidak akan membiarkan siapapun rencana yang telah ia susun untuk kedepannya, bisa-bisa musuh nya itu membocorkan segalanya.
Tapi bagaimana mungkin? Karena selama ini ia tak melihat kejanggalan apapun dari bawahannya, semuanya sama. Tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan. Ia yakini, orang yang Bryan kirim merupakan seseorang yang terlatih berbagai hal salah satunya dari ekspresi wajah untuk menutupi semuanya.
Ataukah Rio? Ah ia rasa tak mungkin jika dia yang membocorkan rahasianya. Tapi, bisa saja terjadi karena hanya dia yang selalu ada di dekatnya.
Karena penyusup ini bermain dengan sangat rapi sehingga tak bisa ia tebak siapa dibaliknya. Bram tak mau bersikap gegabah yang mungkin saja akan membuatnya menyesal diakhir.
-
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE AND COMMENT YAA GUYS...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Baby [COMPLETED]
أدب المراهقين[Proses Revisi] Persahabatan antara Oliv, Raisa, Naufal dan Dimas tak asing lagi ditelinga murid SMA Nusa Bangsa. Bagaimana bisa Oliv yang kalem dan pintar dipertemukan dengan Raisa yang super heboh namun pintar. Dan seorang Naufal yang dingin kepad...