05. Perjalanan Tiga Belas Jam

216 41 43
                                    


a/n:
sebelumnya mau kasih tau, ada kesalahan di chapter sebelumnya. dikit sih. maksudku bukan lapangan indoor, lapangan yang biasa mereka pakai buat kumpul, main game, sarapan, makan malam, itu lapangan yang ada penutupnya gitu. nah, waktu api unggun itu lapangan terbuka, gak ada penutup. makanya mereka terbangin lampion kan tuh. nah udah itu aja sih, yang mau lu jelasin. takut kalian bingung.

happy reading!

🌞

"Van, jam berapa?" tanya Gaby.

Ivan menunduk. Menekan tombol di sisi kanan benda berbentuk pesergi panjang tersebut. Layar ponselnya yang menyala menunjukkan pukul sebelas malam. "Satu jam lagi, jam dua belas."

"AYO SEMUANYA BALIK KE KAMAR MASING-MASING DAN ISTIRAHAT."

"BUBAR-BUBAR!"

"Balik, yuk! Sebelum diusir kita," ajak Marvelyn.

Baru ingin beranjak. Mereka didatangi oleh Jo yang sepertinya hendak mengusir kelima belas orang itu.

"Hey! Bukannya balik, malah ngerumpi. Udah malem ini."

"Kita baru mau pergi, tiba-tiba koko datengin kita," sahut Ellie.

"Tau, nih. Jangan suudzon, ko!"

Jo tertawa ringan. "Kalau gitu koko duluan, ya," pamit lelaki berumur 23 tahun itu. Berlalu dari sana.

"Nunggu apa lagi? Ayo, kita balik," ajak Marvelyn. Mendapat anggukan dari yang lain.

"Eit—" Suara Joshua menghentikan pergerakan mereka yang hendak berbalik.

"Aaron lo gak usah pura-pura lupa. Ada dare yang harus dijalanin," lanjut Joshua.

Aaron mendengus. "Udah malem banget. Lo mau gua dimarahin ko Putra atau ko Andi karena berliaran malam-malam. Berduaan lagi sama Luna."

"Atau gini aja." Helsa membuka suara, "lo anterin Luna ke kamarnya."

"Gua sekamar sama lo, kalau lo lupa," celetuk Luna.

"Ya. Kita jalannya misah sama lo berdua."

"Gua setuju sama Helsa," kata Dion. Kemudian diikuti kesebelas yang lain. Mereka langsung berucap selamat tinggal, meninggalkan Aaron dan Luna yang cengo. Tanpa menunggu keduanya menjawab atau menanggapi ucapan Helsa.

Luna mendecak. "Awas lo, Helsa Kefira!"

🌞

Marvelyn dan keempat teman-temannya menyantap nasi goreng yang menjadi menu sarapan mereka di pagi hari ini. Tidak ada membuka pembicaraan. Hanya terdengar dentingan suara garpu dan sendok. Sampai Gaby, Helsa dan Luna datang. Menduduki kursi yang masih kosong.

"Gimana, Kak? Tidurnya nyenyak?" tanya Gaby mengambil duduk di samping Marvelyn.

"Nyenyak. Kamu sendiri?"

"Banget. Untung kita bertiga gak bablas. Kalau gak bisa gak ikutan sarapan. Oh, iya." Gaby teringat sesuatu. Ia menggeser kursinya, mendekat. Memajukan kepala, lalu membisikan suatu kalimat tanya di telinga kakaknya itu. "Kakak semalem nangis?"

"Temen aku kasih tau kamu?" tanya Marvelyn. Masih dengan posisi kepala menghadap depan.

Gaby menjauhkan kepalanya."Iya. Ci Kelsey tiba-tiba line aku. Kakak kepikiran ko Harvey lagi?"

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang