11. Taruhan

181 38 21
                                    

Semenjak malam di mana Keenan mengajaknya untuk berangkat dan pulang bersama sepulang sekolah, keduanya jadi semakin dekat. Awalnya Marvelyn kira Keenan hanya akan menjemput dan mengantar pada hari itu saja. Ternyata hal tersebut berlangsung selama dua minggu ketika kedua orang tuanya masih berada di luar kota. Tentu saja teman-teman mereka semakin gencar menggodai keduanya.

Hari ini diadakan kegiatan classmeet sebagai peringatan untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Rangkaian kegiatan classmeet diliputi banyak lomba-lomba. Lapangan outdoor dipenuhi oleh siswa-siswi SMA Colorosa yang mengenakan kaus berwarna merah atau putih. Bawahan yang dipakai juga santai. Celana basket untuk para lelaki dan celana training untuk para perempuan.

Keenan beserta tim basketnya sedang berkumpul di pinggir lapangan. Bukannya terlibat dalam percakapan bersama teman-teman basketnya, lelaki itu malah menunduk dan berkutat pada ponsel.

Keenan: belom berangkat?

Marvelyn: lagi mau masuk ke dalam mobil van

Keenan: transportasi dari sekolah?

Marvelyn: iya

Keenan: modal juga sekolah

Marvelyn: iyalah. kita udah bayar uang sekolah dan uang pangkal mahal-mahal, masa giliran wakilin nama sekolah, sekolah gak mau modalin. gua tuntut nanti

Keenan: ugh seyem

Marvelyn: ngeledek lo?!

Keenan: kalau iya kenapa?

Marvelyn: males berantem ama lo. dah ah gua mau harus naik

Keenan: kalau sempet gua dateng nontonin kalian


Ryan yang duduk di samping Keenan, menyenggol lengan lelaki itu. "Ngapain lo?" Bola matanya bergerak, mengintip isi ponsel Keenan. Kemudian ia mengulum senyum dan memandang ke arah lain. "Oh.. chat sama Marvelyn? Lagi PDKT lo?"

Keenan mendecak. "Emang temenan gak boleh nge-chat?"

"Boleh kok boleh."

"Oi! Lo berdua ngobrolin apaan sih? Asik bener."

"Itu si Keenan la—"

"Selesai classmeet, gua mau nontonin anak-anak MD. Lo pada mau ikut gak?" Keenan memotong ucapan Ryan.

"Gua emang mau ke sana nontonin Kle," sahut Kefas.

"Mereka road show di mana sih?" tanya Yonathan, ketua basket SMA Colorosa.

"Kalau gak salah waktu itu Helsa bilang di sekolah daerah Jakarta Selatan. Tapi gua lupa nama sekolahnya," kata Dion.

"Siapa? Kata siapa?" tanya Gavin dengan maksud meledek.

Sadar jika sedang diledek, Dion mendengus. "Ko, gua—"

"Dibilangin berkali-kali masih gak ngerti. Panggil kita pakai nama aja. Beda satu tahun doang." Kita ditujukan pada kalimat tersebut adalah siswa kelas 12 yang berada di dalam tim basket itu.

"Iye, iye. Serius deh, gua sama Helsa gak ada apa-apa. Story dia bulan lalu karena kena dare."

"Halah! Gak percaya gua!"

Di sisi lain, Marvelyn tersenyum kecil membaca pesan itu.

Marvelyn: hahaha oke deh

"Dih, senyum-senyum," cibir Clementine. 

"Gak suka?"

"Gak."

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang