07. Mengenang Masa Kecil

200 42 23
                                    

Marvelyn dan Keenan tidak langsung kembali ke rumah mereka masing-masing. Keenan mengajak gadis itu pergi ke minimarket yang berada di dalam apartemen dekat komplek perumahan keduanya. Sebenarnya dekat, jika mengendarai mobil. Tetapi Keenan sok ide untuk jalan kaki ke sana. Otomatis perjalanan menuju minimarket jadi lebih jauh.

"Nan, ini jauh banget kalau jalan kaki," keluh Marvelyn.

"Hitung-hitung olahraga."

Marvelyn mendesis. Dirinya baru selesai olahraga selama satu jam. Kakinya butuh istirahat.

Keduanya mengembangkan senyum saat melewati pintu masuk komplek perumahan mereka. Menyapa satpam yang lagi bertugas. "Sore pak," ucap Marvelyn dan Keenan bersamaan.

"Sore, dek!"

Mereka berdua menepi ke kiri karena sudah memasuki area jalan raya.

"Lyn, inget gak, dulu waktu TK lo mimisan terus dibercandain sama temen-temen lo." Keenan membuka topik pembicaraan.

"Diledekin apa?"

"Tiang di sekolah, kan, dicat warna merah. Terus mereka bercandain kalau warna merah itu dari darah mimisan lo." Keenan ingat, sepulang sekolah Marvelyn langsung mendatanginya dan mengomel-ngomel. Sembari menekuk wajah kesal.

Marvelyn terlihat berpikir. Mencoba mengingat kejadian sebelas tahun. "Hmm.. Kayaknya gua inget. Kok lo bisa inget?"

"Ingetan gua tajam tau."

Marvelyn terkekeh. "Jadi kesel sendiri gara-gara lo ngingetin. Ngomongin TK, gua jadi inget sesuatu."

"Apa tuh?"

"Lo rebutan cewek sama satu cowok di kelas kita dulu HAHAHA!!"

"Hah? Sumpah?"

"HAHAHA! Iya! Duh, lucu banget, anak TK rebutan cewek." Marvelyn memegang perutnya yang sakit akibat tertawa.

Keenan mendecak. Merasa malu mengingat masa TK-nya. "Seneng banget lo. Mendingan gua, daripada lo bikin anak orang nangis. Cowok lagi."

Marvelyn berhenti tertawa. Ia menatap Keenan. "Hah? Kapan?"

"Pas TK-B, lo berdua ribut. Gua lupa sih, karena apa. Pokoknya dia nangis. Terus lo dimarahin sama guru."

Marvelyn meringis. Tersenyum kikuk.

Kemudian pembahasan masih terus berlanjut. Mengenang masa TK. Masa di mana mereka tidak perlu memikirkan apa-apa, kecuali bersenang-senang. Walaupun juga belajar, tetapi pelajaran yang dipelajari tidak berat.

"Waktu berjalan cepet banget, ya. Sekarang tahun terakhir kita di SMA. Tahun depan udah mulai kuliah." Dulu ketika SMP, Marvelyn ingin cepat-cepat kuliah. Kenyataannya semakin beranjak dewasa, ia tidak ingin cepat-cepat menjadi tua. Ya, itulah namanya hidup.

"Ambil jurusan apa, Lyn?"

"Psikologi. Lo?"

"Kedokteran."

Mata Marvelyn berbinar, merasa takjub. "Wah! Keren banget!"

"Keren apanya?" tanya Keenan

"Ya, keren. Pas kecil gua pengen jadi dokter, tapi berubah pikiran. Minat ke yang lain. Pokoknya ganti-ganti terus. Gua netapin milih psikologi waktu kelas sebelas semester dua kemarin," jelas Marvelyn.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang