14. Pelindung

142 35 15
                                    

Menginjak hari ketiga sejak resmi dimulainya perlombaan basket besar yang diselenggarakan di tiap provinsi. Hari ini tim basket SMA Colorosa harus menang jika ingin masuk ke babak semifinal. Selain itu, hari ini juga merupakan pengumuman top 3 lomba MD membuat Marvelyn beserta kesepuluh perempuan yang lain gugup. Penilaian dilakukan dengan para juri menyaksikan penampilan dari seluruh peserta lomba MD lalu akan diumumkan pukul tujuh malam. Bertepatan dengan jam pertandingan SMA Colorosa.

Sekarang kesebelas perempuan itu sedang bersantai di dalam ruang tunggu. Sepuluh menit yang lalu, mereka baru saja selesai tampil dan mereka merupakan penampil pertama diantara kedua belas peserta.

"Lega udah kelar tampil," ucap Ellie.

"Aku juga, ci. Mungkin kalau kita tampil terakhir atau tengah-tengah, aku bakalan lebih grogi," sahut Hani.

"Tapi kalau tampil pertama pasti ekspetasi juri tinggi," celetuk Caroline, "takutnya kita gak sesuai ekspetasi mereka. Saingan kita juga bagus-bagus."

"Gak papa. Yang penting kita udah tampilin yang terbaik. Masalah masuk top 3 atau enggak, biar Tuhan aja yang urus. Kalau udah jalannya, kita pasti masuk top 3 kok," ujar Marvelyn. Ia tidak menyangkal perkataan Caroline barusan. Persaingan tahun ini tergolong cukup ketat dibandingkan tahun lalu. Di dalam lubuk hatinya, Marvelyn ragu jika mereka dapat lolos. Namun, dalam segala hal harus tetap optimis bukan?

Terdengar suara ketukan dari pintu ruang nunggu. Membuat kesebelas perempuan itu mengalihkan pandangan ke pintu. Disusul suara seorang lelaki. "Gua boleh masuk gak?"

"Boleh!" sahut May dari dalam.

Orang yang berada di luar itu menggeser pintu ruang tunggu hingga terbuka. Di tangannya ia menenteng satu kantong plastik berisikan banyak es krim. "Gua beliin es krim buat kalian." Lalu sosok tinggi itu masuk ke dalam. Tak lupa menutup pintu terlebih dahulu.

"Makasih Joshua!"

"Tumben lo baik."

"Joshua beliin karena ada May. Kalau enggak mana mau dia rela ngeluarin duit dan beli es krim buat kita."

"Jangan suudzon lo, La," kata Joshua tak terima. Disambut tawa ringan dari gadis bernama Clara itu.

Joshua menyodorkan plastik berisi banyak es krim kepada mereka satu-persatu. Membiarkan mereka yang memilih es krim rasa apa yang mereka inginkan. Setelah itu, ia pamit keluar dari ruangan tersebut.

"Pacar lo kesambet apa?" tanya Teresa pada May. Yang ditanya hanya tertawa kecil.

"Bersyukur kita ditraktir, Ter. Kapan lagi Joshua traktir kita."

"Hahaha! Bener juga, Kle."

Marvelyn terkekeh, menggeleng kecil mendengar percakapan teman-temannya itu. Disela-sela mereka semua asik memakan es krim dan berbincang, Marvelyn merasakan pusing menyerang kepalanya. Ia memejamkan mata dan memijat kening. Clementine yang berada di sebelah gadis itu, menyadari hal tersebut. "Lo kenapa?" Marvelyn menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan temannya itu. "Gak papa."

"Pusing?" Clementine memberi tatapan khawatir kepada Marvelyn. "Dikit," jawab gadis bermarga Wikarsa itu. Mungkin karena sejak dimulai DBL Marvelyn bisa dibilang kekurangan istirahat dan makan. Ditambah tugas dan ulangan yang menumpuk. Ia jadi tak tahu waktu.

"Kebiasaan. Tahun lalu lo juga begini."

"Tenang. Gua bawa tolak angin kok." Sekarang Marvelyn hanya berharap bahwa nanti ia tidak akan pingsan.

🌞

Empat menit lagi pertandingan kuater kedua akan berakhir. Keadaan lapangan begitu ramai diiringi suara teriak serta pukulan drum dari kedua kubu. Anggota-anggota Black Moon tidak mau kalah. Posisi mereka dengan tribun yang berisi murid-murid SMA Colorosa berdekatan. Suara teriakan yang nyaring dari kesebelas perempuan itu terdengar sampai tribun bagian atas.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang