29. Mengatasi Kekacauan

124 27 34
                                    

Sejak di rooftop rumah Kelsey. Keenan yang biasanya lebih bawel dan banyak bertingkah apalagi jika bersama Marvelyn, berubah menjadi lebih diam dan cenderung menghindar. Tidak secara terang-terangan, melainkan selalu memiliki alasan untuk tidak sering berinteraksi dengan Marvelyn. Hal tersebut berjalan selama satu minggu.

Tentu gadis bermarga Wikarsa itu sadar akan sikap aneh Keenan. Pada awalnya, ia mencoba memahami dan berpikir jika lelaki itu sibuk dan mungkin sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Apalagi mulai bulan kemari, terutama bulan Februari, Maret dan awal April murid-murid kelas 12 disibukkan dengan ujian.

Selain itu, Marvelyn tahu sejak kelas 12 semester awal, Keenan berjuang keras belajar mempersiapkan PTN agar mendapatkan perguruan tinggi favorit sesuai keinginannya. Ditambah persaingan jurusan kedokteran di PTN sangatlah ketat. Pada dasarnya, Keenan terbiasa belajar karena dorongan sang papa. Jadi tahun kemarin, ia terlihat lebih santai dari anak-anak pejuang PTN yang lainnya.

Baru kali itu, Marvelyn melihat Keenan membawa buku-buku berisi latihan soal untuk PTN ke sekolah dengan tujuan mengerjakannya ketika waktu luang. Progress inten yang tak pernah dikerjakan di sekolah, dari seminggu yang lalu Keenan mulai mengerjakannya di sekolah. Mengikut teman-teman kelasnya yang lain yang juga merupakan anak inten.

Yang membuat Marvelyn kesal dengan Keenan adalah cowok itu hanya bersikap seperti itu pada dirinya. Ya, emang Keenan seminggu belakangan ini lebih suka menyendiri di kelas. Tapi sikap Keenan terhadap yang lain tidak berubah. Lelaki itu tidak bersikap dingin dan cuek seperti Harvey waktu dulu. Keenan tidak menjahili atau menggodainya seperti biasa. Candaan yang keluar dari bibir Keenan tak pernah Marvelyn dengar lagi.

Setiap kali Marvelyn bertanya, jawaban Keenan selalu sama.

"Gak papa. Perasaan lo aja kali. Udah sana pergi, jangan ganggu gua. Lagi belajar nih."

Marvelyn menghela nafas membuat Kelsey di sebelahnya menoleh. Keduanya dengan Clementine, Ellie dan Fany sedang duduk santai di kantin. Mengobrol dan beberapa dari mereka makan atau minum jajanan yang dibeli di kantin. Namun, sedari tadi Marvelyn kebanyakan melamun.

"Kenapa mikirin Keenan?" tanya Kelsey dan langsung mendapat delikan dari Marvelyn. "Dih. Kurang kerjaan banget mikirin dia." Kenyataannya memang benar Marvelyn lagi mikirin kenapa tiba-tiba Keenan berubah. Apa ia berbuat salah? Tapi Marvelyn tak hanya memikirkan hal tersebut. Ada hal lain yang juga menganggu pikirannya beserta teman-temannya.

"Gak usah ngelak mulu, Lyn. Dari satu minggu, juga jawaban lo selalu gitu. Padahal sebenarnya emang mikirin Keenan," celetuk Ellie disetujui keempat yang lain.

"Dari mata lo udah jelasin kalau lo bohong," ucap Clementine seperti sebuah pernyataan.

"Ck. Iya, iya. Tapi bukan karena Keenan doang."

"Ngaku juga."

"Emang apa lagi yang lo pikirin? May?"

Marvelyn mengangguk. "Lo pada liat, kan? Tadi marah ama gua, Kelsey dan Teresa karena kita bertiga mau lapor ke BK perbuatan jahat Caca."

"Gua juga mikirin itu dari tadi, Lyn," kata Kelsey, "bingung mau laporin atau enggak."

"Dia juga marah sama gua, Kyla, Kathryn dan Sisi karena ngedukung kalian laporin Caca. Ya, gimana, ya, kita semua gak terima May diperlakukan begitu sama cewek gila macam Caca," kata Clementine kesal bercampur marah.

"Mending dilaporin. Nanti Caca makin semena-mena sama May," timbrung Fany.

"May juga marah sama Dea dan Sarah gara-gara mereka lapor ke lo berdua dan Teresa. Padahal yang dilakuin mereka itu udah bener. Apalagi ada bukti rekamannya."

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang