06. Teman Satu Komplek

192 42 19
                                    

"Kapan Keenan post?!"

Selama perjalanan kemarin, Marvelyn jarang memegang ponsel. Kalaupun memegangnya, ia hanya membuka aplikasi whatsapp untuk menghubungi kedua orang tuanya dan juga line untuk berkomunikasi dengan Clementine, Kelsey, Fany dan Gaby yang berbeda bus dengan dirinya.

Hanya sesekali saja membuka aplikasi instagram. Kebanyakan waktu yang gadis itu habiskan di dalam bus adalah mengobrol dengan Keenan, Ellie, Darren dan Kenneth. Serta kakak-kakak yang duduk di barisan dekat mereka.

"Tiga jam yang lalu."

"Padahal Keenan di sebelah gua. Kenapa bisa gua gak lihat.."

"Mungkin dia post pas lo tidur," tebak Kelsey. "Yang duluan tidur siapa? Lo atau Keenan?"

"Gua. Ah! Rese! Kok gak bilang-bilang gua dulu, sih?! Untung di situ gua cantik."

Kelsey dan Ellie memperagakan ekspresi orang muntah. Marvelyn hanya mendecih, melihat kelakuan dua temannya itu.

Ketiganya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Terutama Marvelyn yang sedang panik. Ia menggigit bibir bagian bawahnya. Gadis itu malas menjadi bahan ledekan satu gereja. Maksudnya satu gereja, bukan berarti semua orang di dalam gereja . Kalimat tersebut lebih merujuk pada teman-teman yang aktif pelayanan di gereja serta kakak-kakak gereja.

Marvelyn membuang nafas kasar. Bertepatan dengan datangnya bus empat, bus yang ditumpangi Gaby, Fany dan Clementine. Ketiga perempuan itu turun melalui pintu belakang. Setelah mengambil koper di dalam bagasi, mereka menghampiri Marvelyn, Ellie dan Kelsey.

"Kak, mama sama papa udah jalan? HP ku low batt. Jadi gak bisa baca WA mama," jelas Gaby.

"Bentar lagi sampe."

"Oke."

"Keenan, Kenneth dan Darren mana?" tanya Fany.

"Udah balik duluan," sahut Ellie.

Marvelyn baru mau membuka mulut. Ia teralihkan oleh ponselnya yang bergetar. Menunduk, mengintip notifikasi whatsapp yang muncul di layar. Namun, hanya bertuliskan 'Notification'. Marvelyn menggeser tulisan itu dan mendekatkan benda berbentuk pesergi panjang tersebut di depan wajahnya agar mukanya terdeteksi Face ID.

 Marvelyn menggeser tulisan itu dan mendekatkan benda berbentuk pesergi panjang tersebut di depan wajahnya agar mukanya terdeteksi Face ID

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Marvelyn menggeram kesal. Membuat Clementine dan yang lain jadi memandanginya.

"Napa lo?" Kelsey melirik ponsel Marvelyn yang masih menyala. Menampilkan obrolan gadis itu dengan Keenan.

"Oh! Keenan," kata Kelsey pelan.

"Udahlah, Lyn. Lo sama Keenan aja," celetuk Fany.

"Bener. Daripada galauin Harvey mulu," tambah Ellie.

Lagi-lagi, Marvelyn baru saja membuka mulut. Tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Ada panggian masuk dari sang mama. Marvelyn menekan tombol hijau. Kemudian mendekatkan ponsel tepat di telinga.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang