18. Satu Hari Bersama Keenan

117 36 15
                                    

"Keenan!" seru Eva dari luar sembari mengetuk pintu kamar Keenan. Membuat sang empunya kamar berjalan ke arah pintu, lalu membukanya.

"Ada apa, Ma?" tanya Keenan dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Lelaki itu sempat ketiduran selama satu jam. Namun, terbangun karena suara teriakan Eva dari luar kamar.

"Kamu tadi tidur?"

"Ketiduran. Buruan, Ma. Ada apa? Keenan mau tidur beneran. Ngantuk," kata Keenan setengah merengek.

"Besok bantuin foto model-model mama."

"Fotografer langganan mama kemana?"

"Gak bisa. Ada jadwal lain. Kamu tuh, kayak gak pernah mama suruh fotoin model-model mama aja." Selain jago menggambar, Keenan juga pandai dalam bidang fotografi. Hobi tersebut sudah dijalankan sejak kelas awal-awal SMA.

"Besok aku mau jalan sama Marvelyn."

Eva memberi tatapan menyelidik. "Kalian serius gak pacaran?"

"Emangnya cowok sama cewek jalan berarti pacaran? Enggak kan, Ma?"

Eva terkekeh. Mengacak pelan rambut anak semata wayangnya itu. "Tinggal kamu ajak dia. Bentaran doang kok. Sekalian cari satu orang lagi buat bantu kamu biar gak kelamaan."

"Gak usah, Ma. Marvelyn bisa bantu Keenan." Keenan ingat Marvelyn pernah memberitahunya jika gadis itu juga menekuni bidang fotografi sama seperti dirinya. Tak lupa menyebut atau menyinggung nama Harvey di dalam percakapan mereka karena lelaki itu juga pandai dalam bidang fotografi.

"Nah! Bagus itu! Yaudah, jangan lupa kasih tau Marvelyn, ya."

"Iya, Ma."

🌞

Mendengar suara mobil, Marvelyn yang sedang duduk di ruang tamu berjalan mendekati jendela. Menggeser gorden, melihat mobil Keenan terparkir di depan pagar rumahnya.

"Ma! Aku pergi dulu!" teriak Marvelyn berpamitan kepada sang mama yang sedang merajur di ruang tamu.

"Tunggu!" Seruan sang mama membuat Marvelyn berbalik. Melihat Kirana menghampirinya sembari menggoyangkan kunci pagar yang dipegang wanita itu. "Kamu gak butuh kunci buat buka pagar?"

"Hehe. Lupa Ma."

"Biar mama aja yang buka pintu." Kirana berjalan mendahului Marvelyn. Membuat gadis itu berbalik dan menyusuli sang mama.

Begitu pintu rumah terbuka. Marvelyn dapat melihat sosok Keenan yang keluar dari mobil. Berdiri di depan pagar dengan senyuman menghiasi wajah lelaki itu.

"Pagi, Tante," sapa Keenan sopan.

"Pagi, Keenan," balas Kirana. Lalu wanita berjalan ke pagar dibuntuti Marvelyn di belakang. Memasukkan kunci ke dalam bolongan gembok pagar saat sudah berada di dekat pagar. Begitu pintu pagar terbuka, Marvelyn keluar dan berpamitan dengan sang mama. "Aku pergi, ya, Ma."

"Duluan, Tante."

"Jaga Marvelyn, ya, Keenan."

"Siap, Tan!" Keenan dan Marvelyn berjalan masuk ke dalam mobil. Sebelum benar-benar pergi, Marvelyn sempat membuka kaca, memberi lambaian tangan pada Kirana. Diikuti Keenan yang tersenyum.

🌞

Hampir dua jam Marvelyn berada di dalam butik mamanya Keenan. Gadis itu bersama Keenan membidik para model dengan lensa kamera. Mereka juga yang mengatur pose, memberi arahan mimik ekspresi dan bersikap layaknya fotografer pada umumnya. Eva yang mengamati itu semua merasa senang karena pemotretan tersebut berjalan lancar bahkan ketika pemotretan selesai, para model terlihat menghampiri Marvelyn untuk mengobrol. Eva tidak menyangka model-modelnya akan mudah akrab dengan Marvelyn.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang