24. Bukan Double Date

137 30 36
                                    

"Gua tuh mau jalan sama anak-anak yang lain. Bukannya terjebak jadi nyamuk Kle dan Kefas," sungut Marvelyn.

Keenan merangkul pundak membawa Marvelyn mendekat padanya. "Ya udah, sih. Ada gua. Anggap aja simulasi sebelum kita pacar—Aw!" Keenan mengusap sisi kanan kepalanya yang dijitak Marvelyn.

"Ogah! Pacaran sama lo!" Marvelyn melepas paksa tangan Keenan yang merangkul pundaknya. Mendorong pelan lelaki itu. Dan beranjak pergi meninggalkan Keenan yang tertawa puas. Lalu Keenan berlari kecil menyusul Marvelyn.

Kedua orang itu bersama Clementine dan Kefas sudah berada di mal setengah jam yang lalu. Sebelum ke sini, mereka berempat mengisi perut di Mc Donald terlebih dahulu. Sembari menunggu jam diperbolehkannya anak sekolahan masuk ke dalam pusat perbelajaan.

"Yeh! Ngambekan dasar," cibir Keenan begitu berhasil mengimbangi langkah Marvelyn. "Enjoy aja. Kalau gak lo balik aja sana ke sekolah."

Marvelyn menoleh. Menatap Keenan sinis. "Ish! Nyebelin lo!"

"Nyebelin begini, tapi ngangenin kan?" goda Keenan sembari menaik-turunkan alisnya.

Marvelyn menutup kedua kupingnya. "Blablabla.. Gak denger."

Sementara Kefas dan Clementine tertawa mendengar pertengkaran kecil kedua orang yang berjalan di belakang mereka.

"Mereka udah biasa kayak gitu?" tanya Kefas.

"Kayaknya. Aku kurang tau sih. Yang paling tau kan, Kelsey karena dia satu kelas bareng Keenan sama Marvelyn," jawab Clementine, "kita bisa ketemu langsung di mal, gak perlu kamu jemput aku. Temen-teman kita semua ada di sini, kan?"

"Sengaja biar Keenan bisa berduaan sama cewek yang dia suka."

"Keenan beneran suka sama Marvelyn?" tanya Clementine. Ia kira sewaktu di rumah Kelsey, cowok itu hanya bergurau dan mengisengi Marvelyn saja. Clementine diam-diam mendengar percakapan keduanya malam itu. Ketika diceritakan Marvelyn, perempuan berdarah Indonesia-Jepang itu belagak tidak tahu.

"Beneran. Makanya aku bantuin dia dengan cara ini." Mendengar perkataan pacarnya, Clementine menatap Kefas bingung. "Buat apa Keenan perlu bantuan kamu kalau dia bisa deketin Marvelyn terang-terangan?"

"Keenan sempat bilang gak mau Marvelyn tahu Keenan suka dia."

"Lho? Kok gitu?"

"Karena Keenan takut merusak persahabatan mereka."

Alasan Keenan bisa diterima. Dilema dalam setiap persahabatan antara lelaki dan perempuan, jika salah satu dari mereka memiliki rasa.

"Tapi Marvelyn harus move on dari Harvey. Aku kasian lihat dia masih sedih dan nangisin Harvey sampai detik ini, Fas. Dan aku yakin Keenan bisa bahagiain Marvelyn lebih dari Harvey."

"Seandainya Keenan nunjukin terang-terangan, apa Marvelyn bakal coba buka hati dan luluh?"

"Kita lihat aja nanti. Dari yang aku perhatiin selama ini, Marvelyn udah nyaman sama Keenan. Peluang dia punya rasa ke Keenan besar kemungkinan, Fas."

🌞

"Cewek setiap jalan harus banget ngelilingin toko baju dan skincare?" protes Keenan karena sudah hampir satu jam mereka berempat mengelilingi semua toko baju dan skincare di mal.

Kefas menoyor kepala Keenan. Membuat lelaki bermarga Ananta itu mendelik. "Bukan mereka doang yang lihat-lihat baju. Kita juga. Gak usah ngedumel," kata Kefas.

"Yeh. Cowok kalau lagi lihat-lihat baju, gak sampai kayak cewek, Fas."

Keenan dan Kefas tengah berdiri depan toko skincare ternama. Menunggu Marvelyn dan Clementine yang sedang mengantri di kasir. Sedari mereka berdua berdiri tepat di dekat toko tersebut, Keenan terus memperhatikan Marvelyn yang kini berkutat dengan ponselnya.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang