23. Cabut Sekolah

144 32 34
                                    

"Jangan kayak gini, kalau gua suka lo beneran gimana?"

Anak tunggal keluarga Ananta itu bisa merasakan tangan Marvelyn berhenti mengelus kepalanya. Selang beberapa saat, sebuah bantal mendarat di kepala Keenan. Ia mendapat pukulan kencang dari Marvelyn. Membuat lelaki itu mengaduh. Lalu Keenan menatap Marvelyn yang mendelik ke arahnya.

"Berhenti bercandain gua."

Giliran Keenan serius, malah dianggap bercanda oleh gadis bermarga Wikarsa itu. Mungkin karena Keenan terlalu sering menggoda Marvelyn dengan mengajaknya pacaran hingga ia berkata serius pun, Marvelyn tidak akan mempercayainya.

Keenan masih menatap Marvelyn yang kini arah pandangannya kembali menuju film yang sedang mereka tonton. Keenan memperbaiki posisi duduknya, menghadap ke depan. Kemudian ia menghela nafas berat.

🌞

"Lo jadi bolos, Lyn?" tanya Keenan pada Marvelyn yang berada di sebrang sana.

"Jadi. Lagi nungguin Kle."

"Oke. Gua matiin, ya, teleponnya."

"Hmm."

"Gimana?" tanya Kefas, setelah Keenan mematikan sambungan telepon tersebut.

"Kata Marvelyn jadi. Lagi nunggu cewek lo."

Kefas mengangguk paham. "Ya udah. Ayo, jalan ke rumah Ryan. Yang lain udah nunggu di sana."

Keenan menatap sebal temannya itu. "Lo ya, bener-bener. Udah suruh gua setirin mobil lo. Alasannya lo malas nyetir. Terus barusan lo minta tolong gua telepon Marvelyn cuman biar tau kabar cewek lo yang gak bales chat lo."

"Yailah, Nan. Itung-itung lo ada alasan buat teleponan sama Marvelyn."

"Gua gak perlu punya alasan untuk telepon Marvelyn."

Mendengar perkataan Keenan, Kefas memutar mata malas. "Serah. Buruan jalan."

Di sisi lain, Marvelyn berdiri di dekat gerbang SMA Colorosa menunggu Clementine menjemputnya. Kunci mobil miliknya ia berikan pada Gaby yang sudah diperbolehkan menyetir oleh Ezra dan Kirana.

Dahi Marvelyn berkerut melihat Clementine berjalan ke arahnya. Bukankah seharusnya Clementine datang menghampiri Marvelyn dengan mobil yang dikendarai gadis itu?

"Lyn, gua gak jadi bolos deh."

Marvelyn membuang nafas kasar. Ia menatap datar Clementine. Merasa jengkel dan kesla terhadap sikap sahabatnya itu yang tidak konsisten dalam memegang ucapannya. Padahal Clementine tadi malam sangat yakin atas keputusannya untuk bolos. Sampai-sampai Marvelyn hanya membawa satu buku binder miliknya, meninggalkan map berisi catatan dan latihan-latihan soal. "Kle, yang bener aja? Gua cuman bawa binder sama kotak pensil."

"Gua ada kuis, Lyn."

"Gua juga. Kuis inggris kan? Inggris doang. Besoknya bisa minta susulan. Lagian open book juga."

"Duh! Anak-anak kelas gua tadinya banyakan pada mau bolos. Tapi kayaknya gak jadi."

"Kefas, Ryan, Joshua, Gavin, Yonathan sama Arvin jadi bolos tuh," ucap Marvelyn mengabsen anak-anak cowok yang satu kelas dengan Clementine.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang