01. Kompresan Es Batu dan Plester Luka

402 53 21
                                    

Langit cerah pada pagi hari seolah menyambut dan menyapa para makhluk di bumi yang sudah memulai aktivitas mereka. Mobil yang disetir Ezra, sang papa, memasuki sebuah kawasan ruko-ruko. Mobil hitam tersebut berhenti di depan sebuah ruko, yang dulunya merupakan gedung lama gereja Marvelyn. Sekarang hanya untuk kegiatan tertentu, tetapi masih milik gereja. Kakak beradik itu turun dari mobil. Berjalan ke bagasi. Lalu, membukanya.

Gaby dan Marvelyn menurunkan koper masing-masing. Bersamaan dengan mobil Kelsey yang berhenti tepat di sebelah mobil Marvelyn. Saat gadis itu menoleh, Kelsey sedang menutup pintu mobil dan membelakanginya.

"Kelsey!"

Yang dipanggil memutar balik tubuhnya. Keduanya sama-sama tersenyum lebar ketika saling menatap.

"Kata Kle sama Ellie, mereka sebentar lagi sampai," ucap Kelsey saat Gaby dan Marvelyn menghampiri dirinya. Dijawab anggukan oleh gadis berpipi bulat itu.

"Ini, Non," kata sang supir memberikan koper tersebut pada Kelsey.

"Makasih, Pak."

Sebelum beranjak, ketiga gadis itu berpamitan dengan Ezra dan Kirana. Kemudian mereka melangkahkan kaki sembari mendorong koper beroda empat milik mereka.

Begitu Marvelyn, Gaby dan Kelsey sudah masuk ke dalam ruko tersebut, mereka melihat sekumpulan koper berjejer. Ketiganya menaruh koper mereka diantara kumpulan koper-koper yang merupakan milik peserta retreat yang lain. Lalu, Marvelyn mengajak adik dan sahabatnya itu menaiki tangga menuju lantai atas. Tempat di mana mereka disuruh berkumpul.

Sementara itu, Keenan yang sedang sibuk mengurusi name tag para peserta dengan panitia yang lainnya, tak sengaja menangkap sosok Marvelyn beserta Gaby dan Kelsey yang baru datang.

"Ko, bentar, gua mau nyamperin mereka," kata Keenan menunjuk ketiga orang yang masih berdiri di dekat tangga. Disambut anggukan dari lelaki yang umurnya terpaut dua tahun di atasnya.

Marvelyn baru saja ingin mendatangi Natasya dan Vivi yang sedang sibuk mengurusi perihal name tag. Tapi dirinya dihadang Keenan.

"Lo lama banget. Buruan bantuin ci Nat dan ci Vivi. Kasian mereka kewalahan," kata Keenan, menatap Marvelyn datar.

"Gua baru mau ke sana, tapi lo ngalangin. Lagian gua udah ijin bakal telatan," ucap Marvelyn sedikit ketus. Merasa kesal dengan cowok di hadapannya itu.

"Yaudah. Sana." Keenan langsung meninggalkan Marvelyn yang memandangi punggung lelaki itu dengan raut kesal. Gadis itu mendengus, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

🌞

Kakak-kakak yang berada di dalam bus kelompok merah maroon, sedang membagikan roti dan segelas air mineral. Keadaan bus yang ramai, tidak membuat gadis yang duduk di bagian paling belakang bus terusik. Marvelyn terlihat menikmati, memandang keadaan jalan raya di ibu kota melalui kaca jendela bus.

"Lyn," panggil Keenan.

Marvelyn berdeham. Tidak bergeming dari posisinya.

"Roti sama minumannya sisa satu. Buat lo aja."

"Gak. Makasih, Nan. Buat lo aja. Gua gak laper."

"Emang lo udah sarapan?"

"Udah. Minum susu."

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang