03. Salah Tingkah

241 51 34
                                    

Keenan dan saudara sepupunya saling bertatapan. Wajah Keenan datar, berbeda dengan lelaki di hadapannya yang menunjukkan ekspresi santai.

"Nan, gua tau lo kecewa banget sama gua. Tapi kita ini tetap saudara sepupu. Dari kecil bareng, masa cuman karena—"

"Lo ngajak gua ngomong untuk bahas hal ini?" tanya Keenan dengan nada dingin.

"Nan, gua mau meluruskan mas—"

"Gak ada hal lain yang dibahas, kan? Kalau gitu gua pergi," potong Keenan, lalu berbalik dan berjalan menjauh. Menghiraukan teriakan Andrew yang memanggil namanya.

Keenan bukan tipekal orang yang menghindar dari masalah. Waktunya tidak tepat jika Andrew ingin membahas perihal masalah tersebut. Kegiatan satu harian ini begitu melelahkan dan menguras seluruh tenaganya. Memikirkan serta membicarakannya, hanya akan membuat Keenan semakin lelah.

"Aw!"

Keenan menghentikan langkahnya. Ia menoleh. Menatap semak yang berada di sisi kanan. Di mana sumber suara itu berasal. Ia mengerutkan dahi. Lelaki itu maju mengambil beberapa langkah. Mendekat pada semak tersebut.

Saat sudah berada di dekat semak, Keenan menemukan tubuh mungil Marvelyn yang sedang berjongkok. Serta menutup kedua matanya.

"Lo ngapain di sini?"

Suara berat Keenan membuat Marvelyn terkejut hingga gadis itu oleng dari posisi jongkoknya dan jatuh terduduk di rerumputan. Terdengar ringisan dari bibir Marvelyn.

Marvelyn mendongak. Melihat uluran tangan Keenan. Tanpa banyak berbicara, ia menerima uluran tangan tersebut. Kemudian Keenan menarik tangan gadis itu. Membantu Marvelyn berdiri.

"Gua tanya, lo ngapain di sini?"

Marvelyn membasahi bibir bagian bawahnya yang kering. "Hmm.. I-itu gua tadi mau ke kamar Gaby. Te-terus gak sengaja denger pembicaraan lo sama Andrew." Ia menyengir begitu menyelesaikan kalimat terakhirnya.

"Oh. Lo nguping?"

"Bu-bukan! Gua gak sengaja denger. Gua ngumpet karena gak mau lo tau gua ada di dekat sini."

Keenan hanya mengangguk kecil.

"Lo ngapain malem-malem ke kamar Gaby?" tanya Keenan, "lokasinya jauh banget dari sini."

"Gua mau ambil hoodie-nya. Dia baru ngecek kalau ternyata dia bawa lebih dari satu. Gua mau ambil sekarang. Takutnya besok lupa," jawab Marvelyn.

"Yaudah. Gua temenin."

"Gak usah! Gua bisa sendiri," tolak Marvelyn.

Keenan menggeleng. "Gak. Ini udah malam. Gak baik cewe sendiri malam-malam."

"Keenan, ini di dalam villa. Aman."

"Maksud gua bukan itu sih. Siapa tau ada makhluk kasat mata yang bakal gangguin lo." Lalu Keenan bergedik ngeri. Membuat ekspresi ketakutan yang dibuat-buat. Bertujuan menakut-nakuti Marvelyn.

"Ih! Gak lucu!" seru Marvelyn kesal.

"Mau ditemenin gak, jadinya?"

Marvelyn terlihat berpikir. Mempertimbangkan tawaran Keenan tersebut.

"Lama. Gua pergi, ya." Keenan hendak berbalik, tetapi tertahan akibat seruan Marvelyn.

Matahari ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang