Selain itu, aku mengingkari janjiku lagi. Kemarin aku mengatakan kepadanya lewat pesan, bahwa aku akan pulang tepat di siang hari. Namun, aku terlalu terbawa suasana dengan kebersamaan teman wanitaku di dalam apartemennya. Sehingga, aku pulang terlambat ke apartemenku. Melupakan sosok istriku yang sepertinya telah sabar menunggu kepulanganku di apartemen. Namun lagi-lagi aku berfikir mudah, seolah-olah aku tak peduli padanya lagi, waktu itu.
Karena keberadaan wanita lain dalam hidupku. Entah mengapa ... Aku jadi lebih merasa nyaman bersamanya dibandingkan dengan istriku sendiri.
Dan benar saja. Setelah tepat ketika aku tiba pulang ke apartemen. Istriku langsung muncul dari dalam kamar. Sejujurnya, hatiku merasa sakit saat melihat wajah senangnya ketika melihat kepulanganku. Karena sejujurnya, aku pergi meninggalkannya bukan karena sebuah pekerjaan, melainkan aku telah mengkhianatinya dari belakang dengan wanita lain.
"Kakak, aku sudah menyiapkan makanan kesukaan kakak."
Aku tersenyum simpul sambil menatap dalam wajahnya. Air mukanya masih tetap menggambarkan sebuah rindu, dan mungkin rasa senang yang tidak bisa ia salurkan ... Karena setelah bertemu tatap dengannya, aku tak memberikannya sebuah pelukan seperti yang biasa aku lakukan padanya ketika pulang dari pekerjaan. Bahkan, sekedar memberikannya usapan di kepalanya pun, aku sama sekali tak melakukan kebiasaan itu lagi. Aku tak mengerti.
"Atau kakak mau mandi dulu? Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kakak."
"Kakak lapar. Kakak akan makan dulu." Ucapku, langsung meninggalkannya menuju dapur. Sedangkan ia hanya mengikutiku dari belakang.
"Kakak, apa besok kakak sibuk?"
Aku yang tengah melahap makanan, langsung terhenti lalu menatap ke arah istriku yang kini terlihat gugup sekaligus takut. Aku tak mengerti ia kenapa. Namun aku juga malas untuk menanyakannya.
"Ya, begitulah. Memangnya ada apa?"
"Oh begitu. Tidak. Hanya ingin bertanya saja." Ia tiba-tiba terlihat gugup ketika aku tengah menatapnya, "la-lanjutkan saja kak makannya. Aku ... Ke kamar dulu."
Ia pun pergi ke kamar entah sedang mencari apa. Dan tak lama setelah itu, ia kembali sambil membawa handuk untukku.
Namun, setelah aku menerima handuk darinya. Aku tak sengaja melihat bekas aliran air mata di kedua pipinya. Aku yang ingin menanyakan masalah itu secara langsung kepadanya, tidak tersampaikan ketika tiba-tiba ia kembali membalikkan tubuhnya pergi ke kamar.
"Kau baik-baik saja, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
our marriage ✓
FanfictionTetap mencintaiku, ya? sekalipun aku tak bisa lagi memeluk tubuh kecilmu, sayang.