08

446 48 1
                                    

   "Kakak, sa-salah paham. Biar aku jelaskan dulu, apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit kemarin ... hiks—"

   Aku menatapnya tajam, ketika ia pergi melangkahkan kakinya menuju kamar. Dan kembali ke hadapanku, sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisi kertas di dalamnya.

   Aku pun menerimanya, aku membuka amplopnya lalu membaca isi kertas yang berada didalamnya. Namun, amarahku belum tuntas mereda. Aku kembali menatapnya tajam, menginterupsinya untuk segera menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan isi kertas tersebut.

   "Kau ... Hamil?" Tanyaku.

   Ia mengangguk sambil menundukkan kepalanya, "a-aku positif hamil. Da-dan sudah berjalan ti-tiga minggu, kak."

   "Itu pasti bukan anakku, kan?!" Entah datang darimana, aku merasa ragu dengan kehamilannya, setelah aku tahu ia bergandengan dengan pria lain kemarin.

   Ia kembali terkejut setelah aku memberikannya pertanyaan tadi. Ia menggelengkan kepalanya cepat, dengan air mata yang sudah mengalir deras.

   "I-ini a-anak kita, kak ...  Kenapa bisa kakak berfikir sejauh—"

   "Dia anak dari pria itu, kan?!" Tanyaku lagi dengan penuh tekanan.

   "Bukan kak! Ini anak kita!" Bentaknya. Dan baru kali ini aku dibentak bahkan di perlakukan tidak sopan oleh istriku sendiri. Sehingga, untuk yang kedua kalinya, aku kembali menamparnya kasar.

   "SUDAH MULAI BERANI MELAWAN SUAMIMU SENDIRI, HAH?"

   Ia menunduk, lalu berlutut di hadapanku dengan isak tangis yang terdengar begitu pilu di telingaku, "percaya padaku, kak. Hiks ... Aku sama sekali tidak bermain dengan pria lain di belakang kak Yoongi. Ke-kemarin itu, d-dia hanya temanku. Ia mengantarku ke rumah sakit karena—"

   "Kau bohong." Aku berusaha mendorong tubuhnya untuk berhenti berlutut di hadapanku.

   "A-aku mohon. Percaya padaku, kak ... A-aku—"

   "Menjauh, sialan!" Aku mendorong kasar tubuhnya ke belakang.

   Sehingga tiba-tiba ia terhempas ke arah meja. Ia meringis histeris ketika perutnya mengenai sudut meja yang runcing. Aku membelalakkan kedua mataku, ketika aku melihatnya terjatuh di atas lantai, dengan darah yang keluar mengalir dengan deras berasal dari balik rok yang dipakainya.

   Aku panik, dengan segera aku memangku tubuhnya. Lalu bergegas membawanya ke rumah sakit.

   "Hiks ... K-kak ... I-ini sakit ... "

our marriage ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang