12

424 51 0
                                    

   Aku tidak akan pernah bisa marah pada Kak Yoongi, aku sayang Kak Yoongi, aku senang bisa berkencan dengan Kak Yoongi hari ini.

   Aku tersenyum kecil setelah mengingat jawabannya di restoran tadi. Bagaimana cara ia mengungkapkannya, begitu terlihat akan keterpaksaannya. Aku tahu, kau masih marah padaku. Hanya saja kau mampu menyembunyikan itu sendirian, sampai rela membuat dirimu sendiri sakit, demi menjaga perasaanku. Kau egois, sayang.

   Aku menghampirinya yang sudah terbaring di atas ranjang, membelakangi tempat tidur yang selalu ku tempati. Selimut tebal menyelimuti tubuhnya sampai sebatas pundak, bahkan akhir-akhir ini pundak itu selalu terlihat tak bersemangat di mataku.

   "Kau boleh marah padaku, kau boleh menghajarku, kau boleh memakiku sampai puas, karena aku seorang pembunuh. Aku telah membunuh anakku sendiri, itu pasti membuatmu sangat marah, kan? Itu yang membuatmu kehilangan semangat hidupmu sendiri, kan? Aku tahu ... maafkan aku. Sekali lagi maafkan aku."

   Aku mengeratkan pelukanku padanya, setelah merasa tubuh istriku bergetar, sampai tiba-tiba aku mendengar sebuah isakan berasal darinya.

   "Jangan di pendam, kau boleh mengungkapkan semua tekananmu padaku. Aku selalu menunggumu marah, aku selalu menunggumu menghukumku, tapi kenapa kau malah melakukan hal yang sebaliknya? Kau membuatku semakin terlihat buruk, sayang."

   "A-aku hanya tidak ingin jauh dari Kak Yoongi."

   "Tidak akan. Aku pantas mendapatkan hukuman darimu. Aku tak akan marah ataupun benci padamu, jika kau benar-benar marah padaku. Karena itu semua terjadi bukan berasal dari kesalahanmu. Tapi, dari diriku sendiri. Maafkan aku."

   Ia terdiam, sambil mengusap-usap tanganku yang masih betah melingkar di perutnya. Bahunya pun sudah tak bergetar lagi, namun aku masih bisa mendengarnya terisak.

   "Jangan ditahan lagi, ya?"

   "Iya. Aku sayang Kak Yoongi."

our marriage ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang