Istriku sudah sembuh. Dokter pun akhirnya memperbolehkan kami untuk pulang. Namun, aku merasa ia terlihat tak begitu senang dengan kesembuhannya. Semenjak keluar dari rumah sakit, raut wajahnya selalu menampilkan sesuatu seperti kehilangan semangat akan hidup. Dan aku begitu mengkhawatirkannya.
Sampai akhirnya, sebelum kami benar-benar sampai di apartemen, aku memutuskan untuk mengajaknya makan ke sebuah restoran kesukaannya. Juga sudah lama sekali aku tidak mengajaknya makan bersama, sudah lama sekali kami tidak berkencan. Dengan tiba-tiba aku merasa rindu akan semua hal yang selalu kami lakukan dahulu. Sebelum, datangnya Bae Joohyeon ke dalam kehidupanku.
Ah iya, dan soal Joohyeon, aku akan memutuskan persoalan dengannya suatu saat nanti. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi pada istriku. Aku sudah cukup sadar dengan peristiwa yang telah menimpaku kemarin. Aku tak ingin itu semua terjadi lagi untuk yang kedua kalinya.
Ketika tak sengaja aku melihat secuil makanan yang menempel di sudut bibir istriku, aku pun lekas mengusapnya, bermaksud untuk membuang kotoran itu yang telah berani-beraninya menghalangi wajah cantik istriku.
Ia terkejut dengan lucu, kemudian menatapku dengan horor, masih begitu terlihat menggemaskan di mataku. Ah iya, kenapa istriku akhir-akhir ini jadi terlihat semakin lucu dan cantik? Apa aku terlalu buta dengan kebodohanku, sehingga melupakan fakta kecantikan dari sosok istriku sendiri? Ah benar, dasar bodoh.
"Kau ingin tambah makanannya?" Tanyaku, sambil mengembangkan senyuman hangat padanya.
Ia hanya menggeleng lesu, lalu kembali fokus dengan makanannya. Tanpa membalas tatapanku. Dan pada saat itu juga, aku merasa seperti ada sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan padaku. Tapi, aku juga tak mau menanyakannya duluan.
"Apa kamu masih marah padaku, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
our marriage ✓
FanfictionTetap mencintaiku, ya? sekalipun aku tak bisa lagi memeluk tubuh kecilmu, sayang.