04

456 53 4
                                    

   Aku tak bisa fokus bekerja. Setelah mengingat bagaimana dengan keadaan istriku yang akhir-akhir ini selalu menangis, entah menangis karena apa. Dan bodohnya aku, sama sekali tak menanyakan hal itu secara langsung padanya kemarin.

   Hingga pada akhirnya, aku memutuskan untuk menghubunginya lewat telepon. Tidak bisa ku pungkiri ternyata aku merasa begitu cemas akan keadaannya. Namun, niat awalnya untuk menghubunginya, gagal begitu saja, ketika seseorang merebut ponselku secara kasar.

   "Yoongi, kita sedang bekerja. Jangan bermain ponsel jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita!"

   "Ma-maafkan aku, Joohyeon."

   Wanita itu—kekasih gelapku—memberikan kembali ponselku yang sebelumnya dirampas secara kasar olehnya. Dan aku pun langsung menerimanya lalu menyimpannya ke dalam saku celana.

   "Siang ini, kau jadi mengantarku ke rumah sakit, kan?"

   "Ah, te-tentu saja." Jawabku terbata, dengan pikiranku yang kembali melayang akan kekhawatiran pada sosok istriku di rumah.

   "Hei, kau baik-baik saja, sayang?"

   Aku kembali sadar, ketika Joohyeon mengusap pipi kananku dengan lembut. Seolah-olah terbius dengan pesona cantiknya, jantung yang dulunya hanya bisa berdebar karena sosok istriku, kini telah tergantikan oleh wanita dihadapanku.

   Aku tersenyum sambil menggenggam tangan Joohyeon yang masih setia bertengger di pipiku.

   "Aku hanya ... Sedang merindukan sentuhanmu, Bae Joohyeon."

our marriage ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang