13

427 52 0
                                    

   Perkataanku yang semalam, sama sekali tak mengubah suasana di dalam apartemen ini. Istriku membisu, setelah pagi menjelang menyapanya. Semuanya berjalan seperti biasanya. Namun, aura yang diberikan istriku padaku, benar-benar membuatku khawatir. Apa dia sungguh marah padaku?

   Tapi, tak apa. Aku pantas mendapatkan itu darinya. Aku akan memberikannya banyak waktu untuk menyendiri. Aku tahu, aku juga merasakannya sendiri, kehilangan seorang anak itu ternyata begitu menyakitkan. Lagi-lagi aku mengutuk dalam hati, aku seorang ayah yang buruk, aku telah membunuh anakku sendiri, apakah nanti anakku akan membenciku di surga?

   Ya, jika memang begitu, aku pantas mendapatkannya.

   "Kakak, akan pulang lebih awal nanti. Kau ingin menitipkan sesuatu pada Kakak? Makanan? Hm?"

   Ia menggeleng pelan, "aku hanya ingin Kak Yoongi pulang dengan selamat saja. Aku selalu menunggu Kak Yoongi pulang dengan cepat. Nanti aku akan buatkan makanan yang terbaik untuk Kakak."

   Aku tersenyum sendu, ia masih saja berbuat baik padaku, padahal aku sudah beberapa kali membuatnya terluka.

   Aku pun menghampirinya, menangkup setiap sisi di wajahnya, lalu memberikan sebuah kecupan manis di keningnya.

   "Kakak akan pulang cepat. Kau harus menungguku."

   Untuk yang pertama kalinya, aku terpana dengan senyuman hangat yang diberikannya. Ia mendekatkan wajahnya padaku, lalu memberikan sebuah kecupan kilat di bibirku. Hatiku seketika terenyuh.

   "Kakak, jangan khawatir, kan aku."

our marriage ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang